20. First Kiss

4.6K 237 35
                                    

Cowok dengan seragam yang cukup berantakan itu berhasil mengurung pergerakan Aura, Raga mengakui jika ada sesuatu yang sangat sulit ia tahan. Sampai akhirnya tangan Raga menarik tengkuk Aura dengan sedikit kasar dan merapatkan tubuh mereka sampai bersentuhan.

"RAGA, LO MAU NGAPA-MPPHHH"

Aura jelas merasakan ada benda kenyal yang menyentuh bibirnya dengan sedikit kasar. Raga menciumnya? Sungguh ini bukan bukti yang Aura inginkan. Ini adalah pelecehan.

Raga melumat kasar bibir Aura untuk mencari kepuasan tersendiri. Setelah bergulat beberapa menit, ciuman mereka terlepas. Raga dapat melihat jelas bibir Aura bengkak, dan mata cewek tersebut mengeluarkan air mata

Seperti sedang kesetanan, Raga tidak bisa mengendalikan nafsunya. Sungguh ia merasa sangat bodoh dengan tindakan gegabahnya ini. Ia mengumpat kasar di dalam hati karena berani-berani bertindak seliar ini pada perempuan.

Ini adalah first kiss Raga dan Aura. Mereka sebelumnya tidak pernah melakukan hal se-esktrim ini. Jangankan berciuman, saling bergandeng tangan pun tidak pernah. Faktanya saja mereka berdua selalu bertengkar saat bertemu.

"Brengsek!" umpat Aura sambil menahan isakkan tangisnya.

"M-maaf, gue khilaf, Ra. Cuma ini yang bisa jadi bukti kalo gue beneran suka sama lo. Sekarang lo percaya kan sama gue?" tanya Raga sambil mengusap bibir Aura yang basah akibat ulahnya.

Aura menepis tangan Raga dari bibirnya, ia menatap sinis Raga. Aura tidak munafik, sensasinya memang memabukkan, tapi ia kehilangan first kiss yang seharusnya ia berikan pada lelaki yang akan menjadi pendamping hidupnya di masa depan.

"Cara lo salah, Ga! Gue bukan cewek murahan yang bisa lo giniin seenak hati. Berhenti buat mainin perasaan gue, sebelum gue beneran jatuh cinta sama lo!"

Raga diam dan tidak berkutik sama sekali setelah mendengar ucapan Aura. Cewek berambut pirang itu pun melewatinya dengan raut wajah kusut. Raga sadar ia telah membuat kesalahan diawal pendekatannya dengan Aura.

"Bego, kenapa gue nggak bisa nahanmya, sih, anj*ng!" umpatnya kesal.

=====

Aura menatap pantulan dirinya di cermin kamar mandi sekolah, ia menyetuh bibirnya dengan perasaan yang tidak bisa ia gambarkan. Hatinya mendadak terasa nyeri saat mengulang kejadian tadi saat di kelas bersama Raga.

Tangannya menyentuh keran air untuk membasuh permukaan wajahnya agar ia bisa kembali tenang. Aura mengatur nafas berharap agar jantungnya perlahan berdetak seperti semula.

"Ra,"

Aura memejamkan mata dengan panik saat suara Luna berhasil membuatnya terkejut. Sungguh rasanya ia ingin mengutuk Luna yang memanggil namanya tiba-tiba di saat dirinya sedang menenangkan diri di depan kaca kamar mandi.

"Ihh, Luna! Bisa nggak, sih, jangan muncul mendadak gitu, bikin gue kaget aja!" ocehnya sambil mengembungkan pipi.

"Hehe, maaf deh, abisnya lo ngelamun gitu sih kan gue jadi pengen isengin lo," sahut Luna.

"Lagian ngapain ngelamun di kamar mandi, Ra? Nanti kesambet setan, lho!" sambung cewek tersebut.

"Gue lagi banyak fikiran Lun, bingung harus nyelesaiinnya gimana,"

"Ceritain semua keluh kesah lo ke gue, Ra, siapa tau bisa bikin lo sedikit tenang."

Aura menghembuskan nafas dengan kasar. "Percuma kalo gue cerita, masalah hidup gue juga nggak akan kelar."

"Tapi kan seenggaknya beban lo bisa berkurang karena gue juga yang bakal nanggung beban itu. Gini deh Ra, jujur gue tuh selalu ngerasain sakit tiap liat lo ngelamun, nggak tau alesannya kenapa. Intinya gue juga ngerasain apa yang lo rasain, Ra. Jadi lo harus bisa berbagi masalah lo ke gue, biar gue juga ngerasain penderitaan lo. Dengan begitu, gue sedikit tenang, karena bukan cuma lo yang nanggung beban, tapi gue juga."

Luna menatap Aura dalam lalu menepuk bahu cewek tersebut dengan sedikit kasar. "Dengan begini, gue ngerasa berguna sebagai sahabat!"

Tidak disangka ternyata Luna-nya yang cerewet, bawel, ngeselin sekarang bisa berfikir seperti ini. Ucapan Luna berhasil memotivasi Aura, cewek itu bangga bisa mengenal sosok Luna yang terkadang cerdas dan bodoh pada waktu-waktu tertentu.

"Nggak nyangka sohib gue bisa sebijak ini!" kagum Aura.

Yang dipuji malah melambai-lambaikan tangannya ke udara seolah sedang menyapa para penggemar, padahal realitanya mereka ada di kamar mandi dan tindakan Luna itu sangatlah menggelitik perutnya. Halu tingkat akut! Batin Aura.

"Udah nggak usah sedih, ada gue di sini, Ra."

"Makasih, Lun. Lo juga jangan bego kalo berurusan sama cinta. Nggak usah bucinin Virgo, dia cuma bisa bikin lo sakit hati!" sindir Aura yang berhasil memperlihatkan senyum Luna yang lirih.

"Kata ibu, jangan terlalu benci sama orang walau pun dia sering nyakitin kita. Karena terkadang seseorang itu bisa mengendalikan perasaan lawan jenisnya, contohnya sekarang dia nyakitin tapi di masa depan bisa jadi dia adalah orang yang ngelindungin dan sayang banget sama kita setulus hatinya."

Aura sangat kagum dengan Luna pada saat-saat seperti ini. Ia bertepuk tangan dan bersorak meneriakkan nama Luna dengan Lantang.

"MBAK LUNA, ASIK-ASIK JOSS!!!"

=====
A/N: udh baca aja, maap kalo ga sesuai ekspetasi. Soalnya blm ada ide lagi:(

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang