Cowok yang disebut namanya dengan pelan itu menatap Aura dengan tatapan frustasi. Tanpa diduga Aura menghamburkan pelukan pada Virgo, ia mendekap erat tubuh kakak kandungnya tersebut.
"Maaf, karena Aura, abang jadi kehilangan semuanya. Tolong maafin Aura, bang," ucap Aura tulus bersama suara isakan tangis yang tidak bisa ia tahan.
Haru sekali rasanya, apa lagi saat tahu semua kebenarannya. Aura tidak benci Raffa, hanya saja ia kecewa dengan ayahnya kenapa tidak merawat Virgo, malah merelakan kembarannya di asuh oleh orang asing.
Masih dengan posisi yang sama, Aura masih berada dalam dekapan cowok tersenyum. Virgo mengakui bahwa dirinya sangat membenci Aura, tapi ada sisi dalam dirinya yang senang karena kembarannya itu sudah menyadari rahasia ini.
Dan Virgo mengakui sangat terharu dengan apa yang dilakukan Aura. Saat berada dipelukan saudara kembarnya tersebut, Virgo merasa ada sedikit kehidupan yang kembali bangkit. Hanya sedikit.
Ia jelas tidak bisa menyalahkan Aura atas kematian bundanya, ini semua takdir yang telah ditulis oleh Tuhan untuk keluarganya. Tapi tetap saja, ada sisi egois dalam diri Virgo yang ingin terus menyalahkan Aura atas semua yang terjadi.
"Abang mau kan tinggal bareng Aura diapartmen ayah?" tanya Aura lembut, bahkan sangat lembut. Untungnya Virgo masih bisa mendengar jelas suara Aura walau bertabrakan dengan suara hujan.
"Gak bisa."
"Kenapa?" tanya Aura sedih.
"Gue dibesarin ayah tiri gue dari kecil, jadi udah seharusnya gue tinggal bareng mereka selamanya."
Aura kembali memasang wajah kesedihan, "Tapi ayah tau kalo abang itu anak kandung dia?"
Virgo mengangguk, "Sampe sekarang gue gak tau alesan kenapa dia gak pernah nganggep gue anaknya. Haha, gue sadar diri, kok!"
Aura menatap Virgo lagi dan lagi. Ternyata dibalik sosok cowok kasar dan judes, ada hal yang begitu menyakitkan dan membuat fisik mau pun batinnya terluka.
"Aura bakal berusaha bikin keluarga kita sempurna, bang!"
Virgo tertawa hambar sambil mengusap wajahnya yang basah karena air hujan yang terus mengenainya.
"Keluarga kita terlalu rumit untuk bersatu, Ra. Yang gue butuh cuma satu."
"Abang butuh apa?" tanya Aura penasaran.
"Gue butuh alesan kenapa ayah gak ngerawat gue bareng lo, waktu kecil."
Raut wajah Aura berubah seperti orang yang sedang berusaha menampakkan senyum, walau senyum itu terlihat sangat penuh dengan keterpaksaan.
"Gue bakal berusaha buat bikin ayah jelasin semuanya, lo jangan khawatir, tapi gue mohon jangan pernah benci ayah sedikit pun."
Cewek itu berharap Virgo akan menyetujui ucapannya, tetapi nihil. Virgo tetaplah Virgo.
"Tergantung,"
Aura menghembuskan nafasnya kasar, berusaha menerima jawaban-jawaban Virgo yang membuat hatinya resah.
"Gue pamit!"
Setelah memdengar kata pamit yang terucap dari bibir Virgo, Aura menatap kepergian cowok tersebut dengan air mata yang sudah menorobos dinding pertahanannya dengan lancang.
Aura menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar, skenario kehidupannya sungguh membuat pening kepala Aura. Sulit dimengerti, dan terlalu rumit untuk dijelaskan.
Karena sudah merasa sangat lelah, cewek itu menatap jam yang menempel pasa lengannya untuk memastikan pukul berapa sekarang. Pantas saja langit semakin gelap, ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul 17.25 WIB. Bergegas Aura mencari angkutan umum untuk pulang ke apartmen.
=====
Sepi. Aura fikir sang ayah ada dirumah tapi nihil, Raffa memang seorang pria sibuk yang selalu mengutamakan pekerjaan. Hal itu tidak membuat Aura keberatan, hanya saja saat mengetahui rahasia tersebut fikirannya jadi kemana-mana dan tidak bisa fokus.
Benarkah ayahnya seorang pembohong? Aura yakin Raffa bukan orang yang seperti itu, mungkin Raffa punya alasan tersendiri mengapa ia menyembunyikan hal ini.
Jujur saja, Aura juga penasaran kenapa ayahnya tidak merawat Virgo dulu. Apa Virgo berbohong soal ini? Ah, tidak mungkin rasanya laki-laki tegas, pemarah dan emosional seperti Virgo akan bermain-main tentang hal ini.
Memikirkan hal tersebut hanya akan menambah beban Aura. Akhirnya ia memutuskan untuk mandi dan segera makan karena perutnya sudah keroncongan.
Dua puluh menit waktu yang Aura habiskan untuk membersihkan seluruh tubuhnya, saat ia hendak mengambil makan ada suara pintu yang terbuka. Aura berfikir jika itu Raffa, ayahnya. Walau pun Aura kecewa dengan pria itu, ia tetap harus menghormati ayahnya.
Matanya membulat saat sampai diruang tamu. Ashilla, seseorang yang sudah lama tidak ia temui. Entah refleks atau bagaimana, Aura langsung berlari untuk memeluk Ashilla. Tangisnya kembali tumpah, ia sangat merindukan mamahnya tersebut.
"Mah, Aura kangen." ucapnya terdengar bersamaan dengan isakkan tangis.
Ashilla yang kaget dengan perlakuan Aura pun langsung membalas pelukan anaknya lalu mengelus rambut Aura dengan lembut.
"Miss you too, Aura."
Suara isakan tangis Aura semakin terdengar kencang, ia fikir Ashilla akan memarahinya karena dengan lancang memeluk tubuh wanita itu.
Dengan gerakan pelan Ashilla melepas pelukan lalu menghapus Air mata Aura dengan sangat lembut.
"Anak mamah kok cengeng?" ujarnya sambil terkekeh pelan.
"Aku kira mamah bakal marah karena aku peluk,"
"Buat apa mamah marah, sayang? Mamah udah lupain kejadian yang lalu, mamah gak bisa jauh-jauh dari kamu, Ra!"
Aura kembali menghamburkan pelukannya pada sang mamah. Akhirnya rindu yang ia pendam selama ini terbalaskan.
"Sekali lagi maafin Aura, ya, mah. Aura sayang banget sama mamah."
Ashilla tersenyum hangat, tangannya terangkat untuk mengelus pipi Aura dengan sayang.
"Ada yang pengen mamah sama ayah omongin ke kamu, Ra."
Sejenak Aura diam menatap Ashilla dan Raffa yang terlihat baru saja memasuki apartemen tersebut. Aura dapat melihat mata ayah sangat lesu, seperti orang yang sedang banyak fikiran.
"Ayah capek?" tanya Aura.
Seketika Raffa menatap putrinya sambil tersenyum. "Iya, tapi capeknya jadi hilang kalo lihat kalian."
"AYAH, JANGAN BERCANDA!" tegur Aura.
Raffa terkekeh pelan, lalu menghampiri Aura dan Ashilla.
"Ayo selesaikan semua masalah dan rahasia yang selama ini ayah simpan."
=====
A/n: semoga suka-!
.
Maap klo sesuai ekspetasi ya
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURAGA || END ✔️
Random[17+] Cerita banyak mengandung kata-kata kasar #1 in php in 21/5/21 #5 in nyesek in 14/5/21 #2 in badboyriend in 16/1/20 "Nggak usah deket-deket juga, kali!" omel Aura. "Kenapa? Takut gue cium?" Raga merengkuh pinggang Aura untuk merapatkan tubuh m...