14. Aura Sayang Ayah

3.3K 245 5
                                    

Now playing : Dewa 19 - Pupus (cover hanin dhiya)

•••

Aura menatap kesal pada Renzo. Bisa-bisanya ia melakukan hal semena-mena pada Aura, ini kah sikap yang harus dilakukan Abang kepada adik kandungnya sendiri?

"Jaga ucapan! Jangan karena lo adik kandung gue, lo bisa berlaku se-enaknya sama ade-adean gue, Ra!" kalimat itu begitu menusuk hati Aura.

Aura bukanlah tipe cewek yang langsung diam jika diperlakukan keterlaluan oleh lawannya.

"Kalo dia enggak nyolot juga Aura nggak bakal marah marah!"

"Sebagai kakak kelas harusnya lo itu maklumin sifat Cinderella yang masih beradaptasi sama sekolah kita. Makanya sekali-kali mikir, Ra! Jangan maunya dimanja!" ketus Renzo.

Entah mengapa cowok itu berubah seratus persen sikapnya terhadap Aura. Renzo yang dahulu baik, ramah, penyayang, sudah hilang. Sekarang yang ada hanya Renzo yang pemarah, cuek, dan kasar.

"Abang enggak tau masalahnya kan? Mending diem aja deh!" ucap Aura dengan gaya nyolotnya.

"Sikap sopan santun lo mana, Ra? Apa harus gue kasih tau cara bersikap yang baik sama orang lain?" Aura menggigit bibirnya karena takut dengan tatapan Renzo yang kini menatapnya dengan penuh amarah.

"Kayak anak TK!" ketus Renzo.

"Bahkan, sekarang gue lebih sayang sama ade adean gue daripada adik kandung gue sendiri!"

Seusai mengucapkan kalimat yang begitu menyakitkan bagi Aura, Renzo lantas pergi sambil menggenggam lengan Cinderella dengan lembutnya. Sesekali cowok itu mengusap rambut Cinderella dengan penuh kasih sayang.

"Lo semua bubar!" pekik Luna.

Luna menghela napas saat Aura menatap kesekitar dengan tatapan kosong. Luna tahu jika Aura sedang terpuruk. Cewek itu juga tidak menyangka dengan apa yang dilakukan Renzo pada adik kandungnya sendiri. Seandainya Renzo bukanlah senior brandal di SMA Mars, Luna dapat meyakini jika Renzo sudah dimaki-maki oleh dirinya.

"Ra?" panggil Luna lembut.

Luna dapat melihat jelas, jika kelopak mata Aura sudah dipenuhi genangan air yang ingin tumpah. Luna menarik tubuh Aura agar cewek itu bisa bersandar.

Aura belum melakukan pergerakan apapun saat Luna memeluknya sambil mengusap punggung Aura berharap agar cewek itu bisa tenang.

"Gue tau lo butuh sandaran."

Seketika air mata Aura langsung jatuh menerobosu dinding pertahanannya, bahkan sampai membasahi seragam yang dikenakan Luna. Aura menangis sambil menahan sesak, cewek itu tidak peduli jika banyak siswa yang memperhatikannya. Hati Aura sangat rapuh, bahkan ia sudah tidak punya obat penguat agar dirinya tidak tumbang.

"Kenapa bang Renzo jahat sama gue, Na? Kenapa?" sesak sekali jika Aura mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

"Dia baik, cuma kak Renzo lagi dibawah kendali Fanya, si cewek busuk itu!"

Aura kembali diam. Luna menunggu Aura untuk menenangkan hatinya yang tengah kacau. Sudah sekitar lima menit Luna memeluk tubuh lemah Aura, namun cewek itu masih terdiam.

"Ra, perlu gue panggil kak Rozel kesini?" saat mendengar pertanyaan Luna yang melibatkan nama Rozel, Aura langsung menggelengkan kepala.

"Tapi gue yakin lo butuh dia," Aura langsung melepaskan pelukannya.

"Gue enggak mau bikin bang Renzo sama bang Rozel berantem!" jawab Aura.

•••

Tepat pukul setengah dua siang, siswa SMA Mars keluar dari kelasnya masing-masing. Malam ini, Fanya diundang ke-dua orang tua mereka untuk makan malam bersama. Hancur sudah mood Aura hari ini. Tidak bisakah hatinya tenang untuk sehari saja?

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhasil membuyarkan lamunan Aura. Cewek itu tercengang saat ada mobil milik ayahnya tengah berada dibelakangnya. Tanpa berkata lagi, Aura segera masuk kedalam mobil tersebut. Ia duduk dijok paling depan, karena pasti Asshilla tidak ikut menjemputnya.

Aura langsung menciun tangan Raffa yang wanginya selalu menggoda.

"Kok ayah tumben jemput?"

Raffa tersenyum sekilas. "Lagi pengen."

Cewek itu langsung diam dan menatap kaca mobil dengan tatapan sendu. Raffa yang peka pun langsung menangkup pipi putri bungsunya itu.

"Kamu habis nangis?" tanya Raffa yang membuat Aura terkejut.

Bagaimana ini, apa yang harus Aura katakan? Sejujurnya ia ingin sekali mengatakan yang sebenarnya, namun Aura belum punya cukup bukti untuk mengungkapnya.

"Enggak kok yah,"

Raffa langsung manatap sinis pada Aura. "Bohong dosa lho, Ra."

Aura jadi bingung sendiri, Raffa pasti selalu saja tidak bisa dibohongi. Aura berfikir keras untuk mencari alasan lain agar ayahnya percaya.

"Iya Aura habis nangis,"

"Siapa yang nyakitin kamu?" tanya Rafa penasaran.

"Enggak ada. Ini kesalahan Aura, yah. Tadi Aura kepleset dikamar mandi. Terus pinggangnya nyeri banget, yaudah deh Aura nangis. Habisnya sakit banget sih!" biarlah Aura berbohong demi kedamaian keluarganya.

Raffa mencubit gemas pipi Aura. "Ternyata anak ayah dari dulu sampe sekarang tetep aja masih cengeng!" ledek Raffa.

"Ih ayah jahat!" pekik Aura kesal.

"Aura kan cewek kuat yah!"

Pria yang sudah berumur itu langsung menaikkan alis sebelahnya. "Masa?"

"Au ah gelap."

"Ini terang, sayang." ucap Raffa dengan suara yang terdengar lembut.

"Aura bilangin mamah nih, kalo ayah lagi selingkuh sama anaknya." ledek Aura sampai membuat Raffa menautkan alisnya karena bingung.

"Lagian ayah manggil Aura pame kata sayang. Nanti mamah cemburu!" seketika Raffa tertawa lepas. Aura sempat melihat tawa ayahnya, tawa inilah yang membuat hati Aura terobati.

"Ayah, janji jangan tinggalin Aura ya."

Raffa langsung menghentikan tawanya. "Kamu kenapa?"

Aura langsung memeluk tubuh Raffa erat. "Aura sayang ayah."

•••

A/n: Renzo nya ngajak ribut gasi?
Hujat aja, author rela kok;)

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang