"Virgo!"
Yang dipanggil namanya hanya diam tanpa menyahut. Ia tahu pemilik suara yang tadi berteriak kencang menyebut namanya. Sudah jelas dan dapat dipastikan jika itu adalah suara Aura. Lebih tepatnya, Aura yang memanggilnya.
Aura menatap Virgo yang tengah duduk dipinggir lapangan dengan ragu. Pagi ini suasana sekolah masih sepi. Tadi sebelum berangkat, ada seseorang yang mengirimkan kotak makanan ke apartemennya. Itu adalah kotak makanan milik Luna yang ditujukan untuk Virgo.
Pengantar makanan itu memberitahu bahwa Luna menyuruh Aura untuk memberikan kotak tersebut pada calon pacarnya. Kalian pasti tahu siapa orang yang dimaksud. Dengan berat hati Aura menerimanya, dan karena itulah dirinya ada di sini. Tepat di samping Virgo dengan auranya yang cukup menyeramkan.
"Ngapain?" tanya cowok itu langsung pada intinya.
Aura mengulurkan tangan yang memegang kotak makan berwarna kuning itu pada Virgo, berharap cowok itu peka dan mengambil kotak tersebut tanpa penolakan.
"Dari Luna, please, terima. Gue harap lo hargain makanan dari dia. Hari ini Luna gak masuk karena ada acara mendadak."
Bukannya mengambil kotak makanan itu, cowok berhoodie merah itu hanya menatap nanar pada kotak tersebut.
"Buang! Gue gak akan mau nerima makanan yang lu sentuh,"
Aura membulatkan bola matanya. Memang dasarnya cowok nyebelin seperti ini tidak akan berubah. Ia akan tetap menjadi seseorang yang menjengkelkan.
"Ini dari Luna, bukan gue."
"Gue tau, tapi kotak makan itu lo yang pegang. Gue males nerima barang yang pernah tersentuh sama orang kayak lo!"
Aura yang tidak terima pun langsung menarik dasi Virgo dengan sedikit kasar.
"Maksud lo apa? Lo jijik sama gue?" tanya Aura sambil tertawa meremehkan.
"Kalo iya, emangnya kenapa? Gue lebih mending nerima makanan ini langsung dari Luna dari pada lo, Ra!"
Kesal. Itu yang Aura rasakan. Padahal niatnya baik, hanya ingin menolong Luna tapi kenapa malah seperti ini? Kalau saja Luna bukan sahabatnya, mungkin Aura tidak akan pernah membantu cewek itu, apa lagi harus berurusan dengan Virgo. Malas sekali rasanya.
"Gue cuma bantu Luna, apa salahnya lo terima makanan ini?"
Virgo mengeluarkan smirknya tipis, sangat tipis bahkan tidak terlalu kelihatan.
"Tangan gue alergi bersentuhan sama barang yang pernah dipegang sama cewek yang udah ngerusak segalanya!"
Jujur, Aura tidak mengerti dengan topik pembahasan Virgo. Merusak segalanya? Setau Aura, dia dengan Virgo tidak dekat sama sekali. Kalian pun tahu jika Aura dan Virgo selalu saja bertengkar saat bertemu. Bagaimana Aura bisa merusak segalanya yang dimaksud cowok itu.
"Kalo lo ada masalah sama gue, ngomong, Go! Lo fikir enak diperlakuin kayak gini, hah?!"
Sungguh, emosi Aura sudah terpancing hanya karena mendengar ucapan pedas Virgo.
"Lo fikir hidup kayak gini enak, Ra?" tanya Virgo membalikkan perkataan Aura.
"Lo fikir hidup tanpa keluarga kandung kayak gue enak?!" teriak Virgo, dan detik selanjutnya cowok tersebut menarik kerah Aura dengan kasar.
Virgo menarik dagu Aura dengan kencang, berharap sang empu tersiksa karena perlakuan kasarnya ini.
"Lo itu cuma penghancur!"
"Lo itu cuma sampah!"
"Lo itu benalu bagi keluarga gue!"
"LO PEMBUNUH, ANJ*NG!"
Aura tersentak akibat bentakan Virgo yang benar-benar terlihat seperti orang kesetanan. Mata Aura berkaca-kaca, sungguh ia sangat takut berada diposisi seperti ini. Ini menyakitkan. Batin mau pun fisik Aura terasa sakit yang luar biasa.
"G-gue bukan pem-mbunuh yang lo ma-kksud, Go!" mengucapkan satu kalimat seperti ini saja membuat suaranya terdengar bergetar hebat.
"LO ANJ-" bentak Virgo yang sudah menyiapkan tangan besarnya untuk menampar pipi Aura dengan kencang. Namun rencana itu gagal. Bentakan dan tindakannya berhasil dicegah oleh salah satu guru di sana.
"Apa yang kamu lakuin, Virgo?!" bentak guru yang mempergoki Virgo hendak bermain kasar dengan Aura.
Virgo diam, dan tangannya yang masih menggenggam kerah seragam Aura segera ia lepas. Dan berusaha untuk mengontrol emosinya.
Guru itu sempat melihat Aura yang sudah menumpahkan air matanya, Aura juga terlihat ketakutan. Wajah cewek itu berubah pucat pasi, sang guru mulai berkhawatir dengan keadaan siswi perempuan tersebut.
"Kalian berdua ikut saya ke kantor!" perintah guru berperawakan tinggi dengan setelan formal itu.
Aura menghapus jejak air matanya, lalu menyusul sang guru dengan langkah yang terbilang buru-buru. Sedangkan Virgo menatap kesal sang guru dan Aura yang bebas dari amukannya kali ini.
=====
Semenjak keluar dari ruangan tersebut, Virgo tidak berhenti menatap pria dewasa yang berada di samping Aura. Tatapan Virgo dua kali lebih menyeramkan kali ini. Entah apa alasan cowok itu menatap ayah Aura dengan tatapan elang.
Ayah Virgo mengajak anaknya untuk bertemu dengan wali Aura, entah apa maksud cowok tersebut. Karena sudah terlalu penasaran, akhirnya Virgo mengikuti langkah ayahnya untuk menghampiri Aura dan ayahnya.
Virgo dapat melihat bahwa Aura dan ayahnya terlihat sedang menunggu seseorang di depan pintu mobilnya. Saat mata mereka bertemu, ayah Aura menunjukkan senyum simpul dan itu berhasil membuat hati Virgo semakin sesak.
"Raff," sapa ayah Virgo sambil berjabat tangan dengan ayah Aura.
Raffa membalas jabatan tangan tersebut sambil tersenyum kecil.
"Hai, Virgo. Lain kali kendalikan emosimu, jangan sampai melukai orang lain, ya!" nasihat Raffa sambil menepuk bahu Virgo pelan.
Virgo mengakui hatinya seperti teriris, pedih sekali rasanya. Virgo sudah mengetahui rahasia yang disembunyikan Raffa selama bertahun-tahun. Ia tidak menyangka, sungguh pria arogan yang berada di hadapannya ini adalah pria pembohong.
"Terima kasih atas nasihatnya, saya permisi!" pamit Virgo sambil berjalan entah kemana.
Aura menatap kepergiaan Virgo dengan banyak pertanyaan. Ia mengamati gerak-gerik cowok itu saat melihat ayahnya, seperti ada yang disembunyikan. Aura juga dapat melihat kesedihan di mata Virgo.
Tanpa meminta izin pada Raffa, Aura berlari mengejar Virgo yang jejaknya sudah hampir tidak terlihat. Raffa yang melihat Aura berlari pun ingin mengejarnya, tapi suara dering ponselnya berhasil menunda niatnya untuk menyusul Aura.
"......."
"Kumpulkan semua karyawan, 30 menit lagi saya datang!"
Setelah menjawab telepon tersebut, buru-buru Raffa memasukki mobilnya tanpa pamit dengan ayah Virgo yang diketahui adalah temannya sendiri. Ayah Virgo menatap kepergiaan Raffa dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Mungkin sudah saatnya mereka tahu, Raff."
=====
A/n: Semangat puasanya-!
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURAGA || END ✔️
Random[17+] Cerita banyak mengandung kata-kata kasar #1 in php in 21/5/21 #5 in nyesek in 14/5/21 #2 in badboyriend in 16/1/20 "Nggak usah deket-deket juga, kali!" omel Aura. "Kenapa? Takut gue cium?" Raga merengkuh pinggang Aura untuk merapatkan tubuh m...