15. Retak Kembali

3.6K 236 8
                                    

Tak terasa hari semakin larut malam, Aura sudah rapih dengan kaos merah maroon beserta celana levisnya. Seperti biasa, Aura tetap berpenampilan natural tanpa polesan make up sedikit pun.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit, Aura, Rozel dan ke dua orang tua mereka sudah menunggu kedatangan Renzo beserta Fanya diruang tamu.

Aura dan Raffa sibuk menonton film kartun bersama, sedangkan Asshilla dan Rozel hanya menyibukkan diri dengan memainkan ponsel masing-masing. Hari ini Aura merasa Raffa tengah memanjakan dirinya. Sedari tadi, Raffa terus memeluk Aura dengan erat seakan tidak ingin kehilangan putri bungsunya itu.

Suara bell rumah membuyarkan fokus ke-empat orang tersebut. Terlihat di sana ada sepasang kekasih yang menggunakan baju couple. Ada perasaan tidak suka dibenak Aura, saat cewek itu melihat tangan Renzo memeluk pinggang Fanya dengan possessive.

Keluarga Kenzeero menyambut ramah kedatangan Fanya. Cewek itu juga langsung mencium tangan Raffa dan Asshilla dengan sopan.

"Malam om Raffa, tante Asshilla." sapa Fanya lembut.

"Malem juga Fanya." sahut Asshilla dengan senyum simpul.

Raffa tidak menyahuti sapaan dari Fanya, memang dari awal kurang suka dengan kekasih putra sulungnya itu. Namun, ia berusaha bersikap biasa dahulu selagi Fanya belum melakukan sesuatu yang buruk untuk keluarganya.

"Selamat malam juga Rozel."

"Malam." sahut Rozel dengan raut wajah datar.

Entah sengaja atau tidak, cewek itu tidak menyapa Aura yang sedaritadi sudah mengembangkan senyum kepalsuan nya.

"Aura enggak disapa?" tanya Rozel dan berhasil dihadiahi kekehan kecil dari Fanya.

"Oh iya, selamat malam juga Aura." Aura memandang jijik dengan cewek yang tengah tersenyum penuh dusta di hadapannya.

"Malam." sahut Aura tanpa ekspresi.

Asshilla langsung merujuk mereka untuk melangkah keruang makan. Banyak makanan yang menggugah selera tersedia dimeja makan.

"Ra, tolong ambilin jus jeruk dikulkas dong!" perintah Ashilla. Aura pun langsung menjalani perintahnya.

Cewek itu berjalan kearah dapur untuk mengambil jus jeruk yang diperintahkan oleh mamahnya. Aura menuangkan jus jeruk itu ke dalam enam buah gelas yang ada diatas nampan. Setelah semua gelas itu terisi dengan minuman, Aura langsung membawanya ke meja makan.

Saat ingin menaruh nampan itu, kakinya tersandung oleh sesuatu sehingga membuat minuman tersebut tumpah. Lebih parahnya lagi, minuman itu membasahi pakaian serta tubuh Fanya.

Aura sudah menutup mata karena takut Renzo akan memarahinya. Dan benar saja cowok itu sudah berdiri di samping Fanya sambil membantu kekasihnya untuk mengelap cairan yang mengenai tubuh Fanya.

"Kamu gapapa?" tanya Renzo khawatir.

Aura mengumpat di dalam hati, seharusnya pertanyaan itu diberikan untuk dirinya. Karena yang terluka adalah Aura sebab tersandung sesuatu saat ingin menuju meja makan.

Renzo mengalihkan tatapan nya pada Aura. "Lo sengaja numpahin minuman itu kan?" tanya Renzo ketus.

Putri bungsu Raffa itu langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak bang, tadi Aura kesandung dan enggak sengaja minumannya tumpah,"

"ALASAN!" bentak Renzo.

"Minta maaf sama Fanya, sekarang!" perintah Renzo.

"Enggak mau, Aura kan enggak sengaja bang!" bela Aura pada dirinya sendiri.

Renzo kembali mendekatkan dirinya pada Aura, menatap mata Aura dengan penuh amarah yang menggebu-gebu.

"Udah salah, masih bisa ngeles? Lo itu bener-bener keterlaluan ya, Ra. Sikap lo itu berubah! Lo bukan Aura yang gue kenal!" ketus Renzo yang membuat jantung Aura berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

"RENZO!" bentak laki-laki paruh baya, siapa lagi jika bukan Raffa.

"Ayah mau belain anak nggak tau diri kayak Aura? Yah, sadar! Sikap Aura itu berubah! Kenapa si ayah masih aja belain dia, "

Aura memejamkan matanya kala Renzo merendahkan namanya di depan keluarganya sendiri.

Raffa menatap Renzo dengan tatapan marah. Ia tidak suka jika putri bungsunya dihina seenak jidat oleh saudara kandungnya sendiri. Aura punya arti sendiri bagi hidup Raffa. Hanya Raffa yang mengetahui arti tersebut.

"Jaga mulut kamu, Renzo!"

"Raffa! Stop! Memang ini kesalahannya Aura, bener kata Renzo. Dia harus minta maaf!" sinis Asshilla.

Aura kaget, entah mengapa wanita yang paling ia percaya malah memarahi dirinya yang jelas tidak bersalah. Ingin rasanya berteriak sekencang mungkin. Semua yang ada dikeluarga Kenzeero sudah berubah, Aura tidak dapat merasakan lagi kasih sayang dari Renzo maupun yang lainnya.

"Shill, Aura enggak salah," bela Raffa.

Asshilla menghembuskan napas berat. "Raff, tolong dengerin aku. Berhenti buat belain Aura! Dia itu udah besar dan enggak pantes kamu manjain. Kamu harus nya bisa turut adil dalam keluarga kita! Bukannya malah terus-terusin manjain Aura!"

Kalimat yang dilontarkan Asshilla benar-benar membuat amarah Raffa makin menjadi. Apalagi saat ia melihat Fanya tersenyum penuh kemenangan disela-sela perdebatan keluarganya.

"Apa salah aku ngebela anak sendiri? Kamu tau nggak, Shill? Perlakuan kamu itu se-akan kayak ngebela Fanya yang udah banyak ngelakuin drama di depan kita!"

Fanya membulatan ke dua matanya saat namanya disebut-sebut di tengah perdebatan Raffa dan Ashilla. Cewek itu menatap Raffa dengan tatapan sedikit takut dan khawatir.

"Setelah ngebela Aura, kamu nuduh Fanya tanpa bukti? Raffa, kamu itu kayak anak kecil tau, nggak?! Kamu itu egois, dan maunya menang sendiri!" ketus Asshilla.

"Aku capek Raff kalo harus kayak gini mulu!" sindir Asshilla.

"Mau kamu apa?" tanya Raffa yang tengah tersulut emosi.

"Aku mau kamu jangan manjain Aura lagi. Aku pengen dia mandiri. Aura itu sering membuat onar, dan aku pengen dia pindah ke asrama supaya akhlaknya terbentuk!"

Aura benar-benar ingin menangis sekencang mungkin. Berarti selama ini, Asshilla sudah tidak tahan dengan dirinya? Hati Aura terasa sesak, sekarang mungkin Fanya tengah tersenyum kemenangan saat keluarganya mengalami masalah.

•••

A/n: Kalian mau ngehujat siapa?

Renzo? Fanya? Asshilla?

Tenang, kisah cinta Aura sama Raga lagi otw kok, cuma aku lagi bikin konflik dulu biar bacanya panas wkwk

AURAGA || END ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang