Lintang, Olivia dan Kursi Vlo

56.3K 5.7K 299
                                    

Pagi keesokan harinya …

Lintang baru sampai saat ia melihat Olivia duduk di kursi Vlo, tengah mengobrol dengan Egha.

Lintang sudah sudah bisa menebak kalau Olivia langsung menyukai Egha saat bertemu dengannya kemarin. Tapi Sejak pertama bertemu, Lintang sudah tidak suka dengan "teman" barunya itu. Bahkan kemarin saat baru berkenalan, gadis itu mengamati dirinya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan tatapan merendahkan. Membuat Lintang risih.

Rasanya Lintang langsung tahu gadis tajir itu terbiasa memilah-milah orang ke dalam kasta yang ia ciptakan sendiri dalam pikirannya. Itulah kenapa kemarin Lintang jadi langsung bisa menerima Vlo. Sama-sama menjadi pendatang baru membuat keduanya otomatis dibandingkan satu sama lain. Dan Lintang lebih menyukai Vlo yang apa adanya dan agak polos itu.

Lintang duduk di kursinya. Mengambil ponsel dan mulai berkutat dengannya. Namun bisa ia dengar dengan jelas percakapan dua orang di belakangnya itu.

"Kudengar kau ada di peringkat teratas semester kemarin...," kata Olivia.

Diam sebentar kemudian dia terdengar antusias.

"Waah... Hebat. Apa aku bisa minta tolong padamu jika ada yang tidak aku mengerti? " tanyanya.

"A-aku tidak sehebat itu," jawab Egha.

"Aaah... Jangan merendah seperti itu. Itu terlihat jelas tauu...," kata Olivia.

Lintang tertawa sinis mendengarnya. Terlihat jelas Olivia bilang? Yang benar saja. Sejujurnya sekilas Egha justru terlihat bodoh karena tingkah konyolnya itu. Tak nampak sedikitpun kalau Egha itu ternyata pintar. Lintang sudah kenal Egha sejak SMP dan baru kali ini dia temui orang mengatakan kepintaran Egha sudah terlihat dari sekali pandang. Kebanyakan orang biasanya terkejut mengetahui si konyol itu ternyata punya otak cerdas. Apanya yang terlihat jelas ? Mungkin maksud gadis baru itu jelas terlihat tampan dan menawan.

"Begitukah?" tanya Egha rupanya juga menyangsikan.

"Hm-m.. bagaimana menyebutnya ya... Sebut saja kau punya kharisma," jelas Olivia.

Hampir saja Lintang tersedak gara-gara menahan tawanya mendengar itu. Rayuan konyol macam apa ini sebenarnya? Lintang yakin rayuan semacam ini tidak akan berhasil pada Egha. Walaupun kelihatan polos, Egha tidak sebodoh itu.

"Mm... Aku sebenarnya kurang bisa mengajari orang lain. Kau bisa bertanya pada Lintang. Dia biasa mengajari teman-teman yang lain," jawab Egha. "Jangan khawatir. Semester kemarin dia ada di peringkat dua. Nilai kami hanya selisih sedikit," tambahnya.

Lintang langsung kesal mendengarnya. Dia paham apa yang sedang Egha lakukan. Sedang berusaha melempar Olivia padanya. Lintang menghela nafas lalu memutar tubuh untuk bisa melihat keduanya.

"Memangnya berapa kau berani membayarku?" tanya Lintang dingin. "Kalau ada yang tidak kau pahami tanyakan saja langsung pada gurunya, itu sudah tugas mereka untuk mengajar. Jangan biasa merepotkan teman seperti itu," lanjutnya.

Olivia nampaknya tercengang, tak menyangka Lintang akan berkata sekasar dan seblak-blakan itu. Tapi memang seperti itulah sifatnya Lintang. Lintang lalu kembali melihat ke depan. Kembali berkutat pada ponselnya.

Sebenarnya Lintang memang biasa mengajari teman-temannya. Dia juga sebenarnya tidak keberatan dengan hal semacam itu. Tapi karena itu adalah Olivia, dia tak sudi melakukannya.

"Lihat, kan?" kata Olivia dengan suara pelan. Mungkin sedang berusaha agar tidak didengar oleh Lintang.
"Lintang kelihatannya tidak menyukaiku. Makanya aku minta bantuan darimu saja," lanjut Olivia masih pelan.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang