Galang muncul di ambang pintu kelas MIPA 1 saat jam pelajaran matematika Pak Irwan sudah hampir selesai.
"Permisi," katanya pelan, dia sudah menggendong tasnya. Padahal ini baru mendekati jam istirahat ke dua.
"Galang? Kamu mencari seseorang?" tanya Pak Irwan.
Galang mengangguk dan lalu memasuki kelas tanpa perlu dipersilahkan.
"Saya ingin berpamitan," jelas Galang.
Alfin yang langsung bangkit dari duduknya, membuat semua orang terkejut.
"Kau benar-benar akan pindah?" tanyanya.
Galang tersenyum dan mengangguk.
"Waah, bapak merinding. Kenapa justru Alfin yang merasa paling kehilangan?" komentar pak Irwan.
"Mereka sudah baikan," jelas Lintang datar.
Pak Irwan tercengang lalu manggut-manggut mengerti.Alfin berjalan kedepan dan langsung memeluk Galang. Galang tersenyum balas memeluknya.
"Bapak rasa Bapak akan menangis," kata Pak Irwan tersenyum menatap mereka.
"Lintang. Kau tidak ingin memelukku juga?" goda Galang.
"Tidak," jawab Lintang langsung.
"Kenapa kau tetap sedingin itu sampai akhir?" tanya Galang tertawa.
Lintang berdecak dan lalu bangkit dari kursinya.
"Kau cuma pindah sekolah. Bukan mau mati. Jangan berlebihan," kata Lintang berjalan ke depan.
Lintang berhenti di depannya dan lalu mengulurkan tangan, Galang melepas pelukannya dengan Alfin menatap uluran tangan itu penuh tanya.
"Sampai jumpa lagi. Baik-baik di sekolahmu yang baru. Jangan buat onar dan jangan membully siapa pun," kata Lintang.
Galang tertawa dan lalu mengangguk menjabat tangan Lintang. Sesaat kemudian ia tarik Lintang dalam pelukannya. Lintang menghela nafas pelan, sedikit kesal tapi membiarkan Galang melakukannya.
"Apa kau akan merindukanku?" tanya Galang.
"Tidak."
Galang tertawa, baru setelah itu anak-anak lain juga ke depan. Putra mengulurkan tangannya pada Galang.
"Maaf untuk semuanya," kata Putra.
Galang tersenyum dan lalu menyambutnya juga.
"Jangan merasa bersalah. Setelah semua yang kulakukan pada Alfin, kurasa aku pantas menerimanya hahaha," tawa Galang.
Alfin memukulnya pelan.
Anak lain menghampiri dan mengucap perpisahan juga pada Galang.
"Yah.. kurasa sekarang aku memang menyesal karena pernah memukulmu," kata Egha setengah tertawa saat menjabat Galang.
Galang ikut tertawa mendengarnya. Menepuk lengan Egha pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Teen FictionVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...