Empat manusia di dalam kelas MIPA 1 masih menunggu dengan gelisah dua temannya yang sudah lama tak juga kembali.Lintang memukul kaki Alfin, kesal karena kaki itu tak juga berhenti bergerak.
"Sakit Lin," keluh Alfin mengusap kakinya.
Lintang meliriknya saja, terlanjur kesal jadi tak merasa bersalah sedikit pun.
"Kalau berhasil, mereka pasti jadian, kan?" tanya Alfin kemudian.
"Hmm.. kenapa? Kau patah hati?" jawab Lintang.
Alfin tersenyum pada Lintang penuh arti.
"Kenapa? Apa kau cemburu?" goda Alfin.
Lintang melirik Alfin dingin.
"Kau yakin mau membahas ini?" tanya Lintang.
Alfin tak menjawabnya masih tersenyum penuh arti menggoda Lintang.
"Ok kita bahas," kata Lintang menggeser duduknya menghadap Alfin, ia terlihat lebih antusias sekarang.
"Kita mulai dengan membahas apa yang kau lakukan kemarin di depan rumahku," lanjut Lintang.
Alfin terperanjat, senyumnya hilang entah kemana, kini jadi Lintang yang sengit menatapnya penuh tuntutan. Menuntut penjelasan.
"Ok, aku paham.. aku akan diam," jawab Alfin.
"Siapa yang menyuruhmu diam? Aku menyuruhmu bicara sekarang," kata Lintang tersenyum sengit menikmati wajah gugup di depannya.
"Aaaaaa..." keluh Alfin meringkuk di meja, menenggelamkan wajah dalam kungkungan lengannya.
***
"Hari itu aku benar-benar kesiangan," kata Egha memulai ceritanya.
"Jadi aku ke kantin untuk membeli sesuatu. Aku sedang tak begitu berselera, jadi kuputuskan untuk membeli sepotong roti saja.
Dan disanalah kita bertemu, kau berada di depanku. Tinggal dua roti tersisa, aku mengambil satu dan kau mengambil yang satunya.
Setelah itu ada seorang lelaki datang dan menanyakan apa ada roti lain. Sudah tidak ada tentu saja, kita berdua mengambil dua roti yang terakhir.
Tapi setelah itu kau bilang padanya bahwa dia bisa mengambil punyamu. Itu saja dan berhasil membuatku mulai tertarik pada sosok gadis di depanku itu.
Yang membuatku lebih tertarik adalah saat ternyata kau bahkan sudah membayar itu. Kau juga tidak mau dia mengganti uangnya.
Dan ya... kau benar-benar menarik Vlo. Kau malah minta berteman saja sebagai gantinya. Tanpa disuruh, bibirku sudah tersenyum menatapmu yang menjabat tangannya dan memperkenalkan dirimu sebagai 'Vlo'," Egha tersenyum menatap Vlo. Lalu melanjutkan ceritanya.
"Setelah kau meninggalkan kantin, aku mengejarmu. Karena entah kenapa aku jadi ingin memberikan rotiku padamu saja. Tapi saat aku sudah di belakangmu lagi, aku mendengar percakapanmu dengan temanmu.
Temanmu bertanya kenapa kau mau repot-repot memberikan roti itu padahal lelaki tadi bisa mencari makanan lain.
Kau bilang kau tadi memperhatikan dia nampak kesakitan memegangi perutnya, kau sadar bahwa dia punya sakit maag dan itu tengah kambuh. Kau hanya tak ingin membuat dia menahannya lebih lama lagi.
Meski begitu temanmu masih bertanya kenapa tidak mau terima uangnya. Dan kau tertawa. Kau bilang memangnya kenapa, itu hanya sepotong roti. Lagi pula kau jadi punya seorang teman baru hanya karena sepotong roti."
Egha menatap Vlo tersenyum sangat manis.
"Saat itu ingin juga kukatakan padamu bahwa hanya karena sepotong roti, kau tidak hanya mendapatkan seorang teman. Kau juga mendapatkan seorang pengagum rahasia," kata Egha membuat dada Vlo terasa ngilu dan mulai kembali berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Teen FictionVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...