25

38.3K 4.1K 221
                                    

Lintang sungguh terkejut dengan apa yang dilakukan Galang padanya. Butuh beberapa saat untuk mengembalikan kesadarannya sendiri. Barulah setelah itu ia berusaha mendorong Galang agar menjauh.

Berhasil terlepas, tapi kemudian Galang mendekat lagi dan merengkuh kepala juga pinggang Lintang. Melanjutkan ciumannya. Lintang kembali mencoba melepaskan diri, tapi kali ini lebih sulit dari sebelumnya. Galang memperkuat pertahanannya.

Namun beberapa saat kemudian hal itu terhenti saat seseorang memisahkan keduanya secara paksa, berlanjut dengan Galang tersungkur ke tanah karena sebuah tinju yang mendarat di wajahnya. Lintang memekik terkejut. Terkejut dengan kemunculan Alfin juga terkejut dengan pukulan itu.

Bahkan Alfin sendiri terkejut melihat Galang tersungkur, seolah yang ia lakukan barusan adalah tanpa kesadaran diri. Alfin menatap Galang antara kaget, bingung dan menyesal. Ia lalu menatap telapak tangannya sendiri yang baru saja memberikan pukulan keras ke wajah yang menatapnya terduduk di tanah itu.

"M-maaf aku...."

Galang segera saja merasa muak dan lalu bangkit. Cepat-cepat ia menghampiri Alfin, merenggut kerah bajunya dengan kasar.

"Kau dan ayahmu.. tidak ada bedanya," geram Galang.

Alfin mengerutkan dahi, tak mengerti kenapa tiba-tiba Galang menyebut masalah ayahnya. Dan detik berikutnya Alfin terhuyung ke belakang setelah satu pukulan mendarat di wajahnya.

Alfin menatap Galang saja tanpa ada niat untuk melawan, ia juga masih tak paham dengan maksud Galang tadi. Sedangkan Galang kelihatan masih belum puas dengan satu pukulan saja, ia kembali mendekati Alfin dengan wajah telah memerah.

"Galang hentikan," cegah Lintang berusaha menahannya.

Galang tak peduli, ia mendorong Lintang kasar agar jangan mengusiknya. Ia kembali menarik kerah baju Alfin dan lalu memukulnya satu kali lagi.

"Apa masalahmu dengan dia sebenarnya?" kesal Lintang kembali menahan Galang yang sudah ingin memukul Alfin yang dari tadi hanya pasrah.

"ITU BUKAN URUSANMU!!!!" bentak Galang mendorong Lintang lebih keras hingga ia terjerembab.

Lintang tidak apa, hanya terduduk sambil menatap Galang nanar. Bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi antara mereka. Tapi melihat Lintang terjatuh membuat Alfin gusar. Alfin melayangkan satu pukulan keras ke wajah Galang dengan geram. Dan akhirnya mereka benar-benar berkelahi.

Wajah Lintang memucat menatap perkelahian di depannya. Keduanya sudah tak terkendali, saling pukul, tendang, dorong, banting dan semuanya. Lintang tak berani melerai, dia hanya akan ikut terpukul kalau nekat. Berpikir sebentar, ia akhirnya lari menuju kelasnya. Berharap masih ada Putra atau Egha atau Andi atau siapa saja.

Ia sampai. Dengan nafas berkejaran Lintang mengedarkan pandangannya. Syukurlah masih ada Putra sedang melakukan tugas piket. Ia sedang mengangkati kursi-kursi supaya yang lain lebih mudah menyapu lantai di bawahnya.

"Putra," panggil Lintang.

Putra menoleh melihatnya.

"Alfin," kata Lintang susah payang dengan nafas tersengal. "Alfin..." kata Lintang kembali terhenti karena nafasnya. "Alfin dan Galang, mereka berkelahi," jelas Lintang cepat-cepat, tak ingin kata-katanya terpotong karena sengalan nafas lagi.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang