Di kantin Vlo tidak hanya bertemu dengan Dian dan Nita tapi juga bertemu dengan Nathan. Ketiganya heran karena tak pernah lagi menjumpai Vlo di kantin, pun di tempat lain.
"Vlo sudah benar-benar jadi anak kelas A," komentar Dian.
Dian terdengar kesal mengatakannya, tapi vlo justru senang disebut begitu. Murid unggulan di kelasnya sungguh mengagumkan. Jadi membanggakan bagi Vlo disebut telah jadi bagian dari mereka.
"Hari-hariku jadi sedikit suram tidak bisa melihatmu," keluh Nathan.
"Apa susahnya? Datang saja ke kelasnya," jawab Dian.
Nathan nyinyir dengan usulan itu.
"Aku pernah ingin melakukannya. Tapi, baru saja melewati kantor guru aku langsung merinding melihat koridor kelas mereka. Itu benar-benar sepi seperti kuburan," cerita Nathan sambil bergidik ngeri.Tentu Vlo dan lainnya tertawa.
"Vlo. Apa kau betah di sana?" tanya Nathan selanjutnya.
Vlo mengangguk yakin. Ia amat sangat betah. Kelas A jelas tak semenakutkan yang Nathan pikirkan. Teman-temannya ramah dan mereka selalu menciptakan suasana belajar yang luar biasa. Semua yang ada di sana terasa sempurna.
*
Vlo memutuskan untuk kembali ke kelas lebih dulu karena masih akan mampir membelikan jus yang ia janjikan pada Lintang. Ia menuju minimarket sekolah setelah berpamitan pada ketiganya. Berjalan sebentar dan sampai. Di sana ia bertemu dengan Egha juga Icha.
"Vlo," sapa Egha melambaikan tangan begitu melihat Vlo.
Vlo tersenyum saja. Rasanya jadi canggung melihat perubahan ekspresi Icha saat melihat dirinya.
"Ayo," ajak Icha menatap Egha.
"Kau duluan saja. Aku akan kembali dengan Vlo," jawab Egha tersenyum ramah. Tak nampak sedikit pun rasa sungkan di wajahnya saat mengatakan itu. Apa bahkan ia sadar, kalau itu tadi terdengar seperti usiran.
Icha mengerjap beberapa kali. Tapi kemudian mengangguk.
"Sampai jumpa besok," kata Icha tersenyum berpamitan."Ah. Besok aku ada janji, lain kali saja ok?" Tahan Egha mengejutkan Icha.
Tapi Icha kemudian mengangguk juga. Sebelum akhirnya benar-benar pergi. Ia masih sempat tersenyum masam berpamitan pada Vlo. Vlo jadi merasa tidak enak, walaupun bukan dia yang mengusirnya. Tapi entah kenapa....
"Ini," kata Egha menyodorkan sekotak jus pada Vlo.
Vlo menerimanya dengan bingung.
Egha tersenyum melihat raut kebingungan itu.
"Untuk Lintang, kan?" tanya Egha. "Dia suka yang itu," jelasnya.
Baru Vlo mengerti, lalu manggut-manggut. Yah memang Egha dan Lintang kenal lama, jadi wajar kalau Egha tahu.
"Aku yang bayar," tambah Egha tengah menyodorkan uang pada petugas kasir.
"Eh? Tidak usah! Aku saja," kata Vlo buru-buru menarik selembar uang dari sakunya.
"Terlambat," jawab Egha saat petugas kasir sudah menerima sodoran uang darinya. Lalu tertawa.
Vlo memukulnya pelan. Kesal tapi tidak ingin marah pada Egha.
"Ayo kembali," ajak Egha menarik tangannya.
Vlo terkejut tapi menurut juga. Mengikuti Egha yang entah sadar atau tidak telah menggandeng tangannya. Tapi yang pasti Vlo tidak keberatan, jadi ia biarkan saja.
"Vlo. Besok jangan bawa bekal, ok?" kata Egha tiba-tiba. "Kita ke kantin sama-sama," lanjutnya tersenyum menatap Vlo.
"Eh? Bukannya tadi kau bilang sudah ada janji?" tanya Vlo heran. Ia yakin tidak salah dengar. Egha tadi bilang pada Icha begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Ficção AdolescenteVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...