"Terima kasih banyak kepada Mr. Ketua karena terus berusaha untuk memberikan kelas yang nyaman dan bersih dari kekerasan," kata Pak Irwan tersenyum bangga menatap Putra.Putra mengangguk saja menjawabnya.
"Ngomong-ngomong...," lanjut Pak Irwan. "Agenda pertama kita hari ini adalah membentuk pengurus kelas," katanya. "Tapi Bapak rasa, sedikit susah ya... Kalau harus move on dari Putra," kata Pak Irwan disambut tawa beberapa orang.
"Putra," panggil Pak Irwan pelan.
Putra mendongak melihat gurunya itu.
"Jadi ketua kelas lagi ya?" pinta Pak Irwan nampak penuh harap.
Putra tersenyum, namun sesaat kemudian menggelengkan kepala.
"Setuju!!" seru seorang anak dari sudut kelas.
"Ya... Setuju!" sahut yang lain.
"Putra yang terbaik."
"Ketua, kami mendukungmu."
Den terdengar dukungan lainnya hingga kelas mulai riuh.
"Kalian sangat berisik, makanya aku tidak mau," jawab Putra berusaha meredam kegaduhan.
"Hey! Memangnya kapan kami berisik?"
"Kalau bukan kau siapa lagi? Masa Alfin?"
"Aku takut Pak Irwan akan menunjuk Lintang untuk jadi ketua kelas, misalnya Putra tidak mau."
"Kurasa aku akan mati muda kalau Lintang yang jadi ketua."
Putra menertawakan diskusi itu, sedangkan Lintang tersenyum sengit. Sesaat kemudian Lintang mengangkat tangannya. Dan entah kenapa kelas jadi hening seketika dan atmosfer ketegangan kental terasa.
"Jangan bilang, Lintang mau mengajukan dirinya," gumam salah seorang begitu khawatir.
Lintang kembali tersenyum dengan kecut mendengar itu. Kelas masih senyap menunggu Lintang mengatakan sesuatu. Sampai akhirnya Pak Irwan memberinya ijin untuk bicara.
"Lintang," kata Pak Irwan mempersilakan.
"Aku mendukung Putra," kata Lintang seraya menurunkan tangannya.
Dan kelas kembali riuh mendengar itu. Dukungan kepada Putra.
Walaupun Vlo baru di kelas ini, dan belum mengenal Putra dengan baik, tapi ia setuju jika Putra dijadikan ketua kelas lagi. Cara Putra mengatasi Alfin dan Andi tadi sudah membuatnya kagum. Itu tadi adalah ketua kelas paling tegas dan berwibawa yang pernah ia lihat.
"Ya.. ya... Oke, baiklah.. Sudah jangan gaduh!" jawab Putra, akhirnya menyerah.
"Yess," seru Pak Irwan paling keras di antara anak-anak lain membuat anak-anak didiknya kembali tertawa.
"Ketua... I love you," teriak Rubi lantang. Dilanjutkan kegaduhan dari anak-anak lain. Histeris. Vlo sendiri tanpa sadar tersenyum mendengar itu.
Putra terkejut tapi kemudian nampak tersipu. Si dingin itu manis sekali saat tersipu begitu.
Putra menatap Rubi."Love you too," jawabnya lirih.
Kelas semakin gaduh. Terdengar suitan dan sorakan. Bahkan Vlo ikut gemas melihat kemanisan pasangan itu. Gadis ramah dan ceria dengan lelaki dingin yang tegas. Mereka terlihat sungguh serasi bersama.
"Bapak cemburu," keluh Pak Irwan membuat anak-anak kembali tertawa. "Baiklah... Bagaimana dengan pengurus lainnya? Apa perlu diganti?" lanjut Pak Irwan. "Kurasa Putra masih ingin Rubi jadi wakilnya," tambahnya melirik Putra dengan tatapan menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Teen FictionVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...