Lintang, Alfin dan Ibunya

40.9K 4.6K 151
                                    

Komen kalo ada typo ya gaes

__________

Jam pelajaran terakhir telah usai, dan masing-masing anak tengah sibuk mengemasi barang-barangnya.

"Lintang, mau kuantar pulang?" tawar Galang sudah berdiri di samping Lintang.

Lintang mendongak malas. Lalu mengacuhkannya dan kembali mengemasi barang, memasukan buku terakhir ke dalam tasnya.

"Kau sudah selesai?" tanya Alfin pelan, sudah berdiri menunggunya.

"Hm," jawab Lintang singkat, menggendong tasnya lalu berdiri.

Sebentar kemudian Alfin pergi dan Lintang mengikutinya.

Lintang benar-benar yakin ada sesuatu di antara mereka. Alfin dan Galang. Bukan sekedar saling kenal saja, tapi ada sesuatu yg lebih serius. Alfin seolah menyangkal keberadaan Galang di sekitarnya setiap saat. Dan harus Lintang akui ia menyukai sikap Alfin itu.

Ya, meskipun ia membenci kehadiran Galang di kelas, apalagi setelah tahu alasan di baliknya. Setidaknya masih ada hal baik di sana. Alfin jadi tenang dan berubah dingin, hampir sedingin dirinya. Dan bagi Lintang itu menyenangkan, seperti mempunyai komplotan. Tanpa sadar Lintang tersenyum menatap tengkuk lelaki di depannya.

____

Alfin membuka pintu rumahnya dan seketika Lintang jadi gugup. Ia membenci kecanggungan. Biasanya akan ia abaikan begitu saja. Tapi jelas tidak bisa begitu kalau yang dihadapi adalah orang yang lebih tua dan mesti dihormati seperti ibunya Alfin.

"Buuu... Alfin pulang," seru Alfin pelan saat memasuki rumah.

Bu Rita, ibunya Alfin yang duduk di dekat situ menoleh. Dan raut terkejut nampak jelas di wajahnya saat melihat Lintang berdiri di dekat pintu.

"Selamat siang," sapa Lintang sudah berusaha untuk tersenyum. Tapi bibirnya itu memang tidak mudah diajak tersenyum kecuali dia memang ingin. Jadilah dia menyapa dengan wajah datar.

Ibu segera bangkit menatap Alfin dengan tak percaya. "Kamu punya pacar Fin?" tanyanya.

Langsung saja menciptakan jenggitan ngilu di dada Lintang.
"Tidak, saya bukan...."

"Aaa... Cantiknya," potong Ibu yang kemudian menghampiri Lintang dengan berlari kecil.

Ibu kelihatan begitu senang, nampak dari betapa panjangnya lengkungan di bibirnya. Mengelus kedua pundak Lintang nampak begitu mengagumi wajah Lintang yang menurut pemiliknya sebenarnya biasa saja. Wajah oval dengan dagu runcing.

"Tidak... Saya bukan...."

"Ayo sini sini... Duduk!" potong Ibu lagi, menarik Lintang supaya duduk di sofa ruang tamu bersamanya.

Lintang melirik Alfin yang tengah melepasi sepatunya. Alfin balas meliriknya, tersenyum saja dengan lebarnya. Bahagia melihat ibunya begitu antusias dengan kehadiran Lintang. Sebentar kemudian membuat Lintang makin kesal karena dia malah masuk dan meninggalkannya.

"Bu, Alfin ganti baju dulu," katanya.

Dijawab ibunya dengan anggukan.
Sedangkan Lintang sudah mendelik padanya dengan geram dan tapi Alfin kembali hanya tersenyum menanggapinya. Alfin segera hilang di balik dinding rumah yang begitu luas itu.

"Nama kamu siapa sayang?" tanya Ibu mendapatkan atensi Lintang.

"Lintang," jawab Lintang dengan canggung.
"Tapi Tante.. saya bukan.."

"Rumahnya di mana?" potong Ibu lagi.

Lintang menghela nafas agak kesal karena tak juga diberi kesempatan untuk bicara.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang