22

36.3K 4.5K 206
                                    

Esoknya Vlo lega Alfin sudah bersikap seperti biasanya. Meski terlihat jelas kalau ia dan Egha tengah berada dalam perang dingin. Mereka tak bicara satu sama lain. Vlo merasa bersalah karena dialah yang menyebabkan ini terjadi.

Sedangkan Egha, dia lebih jarang bicara sekarang. Vlo tidak mengerti dengan sikapnya. Ketika Vlo coba untuk mengajaknya bicara, Egha masih mau menjawabnya. Dia juga masih bisa tersenyum meski kelihatan jelas kalau itu dipaksakan. Egha terlihat memikirkan sesuatu sepanjang waktu.

Vlo benar-benar bingung. Tadinya ia pikir mungkin Egha marah padanya. Tapi saat Vlo memberanikan diri untuk bertanya apakah ia marah. Egha kelihatan terkejut dan buru-buru menjawab "tidak".

Membuat Vlo sungguh tak mengerti, ada apa dengan Egha sebenarnya. Egha tidak marah tapi jelas sikapnya lain. Apa Egha ilfeel dan jadi muak atau apa.

Egha tetap bertingkah seperti itu selama beberapa hari, dan Vlo mulai tak tahan dengan ini. Mereka selalu makan satu meja saat istirahat, makan dalam diam tanpa obrolan apa pun. Satu hari Vlo putuskan untuk tidak membawa bekal. Mungkin dia harus mencari suasana lain.

"Kau tidak bawa bekal hari ini?" tanya Lintang, Egha dan Alfin kompak mendongak menatap Vlo yang telah berdiri.

Vlo menatap ketiganya lalu tersenyum.
"Aku kesiangan," jawab Vlo berbohong.

"Mau..." kata Egha dan Alfin kompak, sepertinya akan mengucapkan hal yang sama. keduanya saling pandang sesaat lalu...

"Mau kutemani?" tawar Alfin.

Sedangkan Egha tak lagi melanjutkan kata-katanya.

Vlo menggeleng dan tersenyum sungkan. "Aku sudah janjian dengan teman-temanku, jadi aku tidak akan sendirian," katanya meyakinkan Alfin agar tak perlu khawatir.

Lintang tidak keberatan Vlo pergi. Ia pikir itu baik juga memberi waktu bagi Vlo untuk menarik diri dari rutinitas kelas ini. Jadi Lintang tersenyum dan mengangguk.

"Pergilah! ereka mungkin sudah menunggumu," kata Lintang.

Vlo balas tersenyum dan mengangguk. Dia melambaikan tangan sembari berjalan keluar. Ia mulai menyusuri lorong sepi kelas MIPA 1. Vlo tidak langsung ke kantin. Dia ingin ke kelas Dian dan Nita dulu. Sebentar berjalan dia sampai. Dia melongok ke dalam dan mengedarkan pandangan.

"Oh.. hai Vlo, lama tidak bertemu," sapa beberapa gadis yang dikenalnya.

Vlo tersenyum dan melambaikan tangan menyapa mereka. Dian dan Nita menoleh saat mendengar nama Vlo disebut. Mereka bergegas keluar kelas begitu mendapati Vlo ada di ambang pintu.

"Vlo," sapa mereka memeluk Vlo bersamaan.

Vlo terharu dengan sikap Dian dan Nita yang nampak benar-benar merindukannya, justru membuatnya ingin menangis sekarang. Matanya sudah berkaca-kaca dalam pelukan mereka. Saat pelukan itu dilepas barulah Dian dan Nita panik.

"Kau kenapa?" tanya Nita khawatir.

Vlo tertawa, menggeleng dan mengusap matanya.
"Aku hanya terlalu senang bertemu dengan kalian," jawab Vlo.

"Ya ampun," geleng Dian tak habis pikir.

Vlo kembali hanya bisa tertawa. Mereka lalu mulai berjalan beriringan menuju kantin. Vlo tidak banyak bicara, lebih suka mendengarkan cerita Dian dan Nita tentang apa saja yang terjadi setelah Vlo pindah kelas.

Sebentar mereka sampai di kantin. Bertemu Nathan di sana. Nathan berlari ke arah Vlo dan langsung saja memeluknya.

"Aaa... Aku rindu sekali padamu," keluhnya.

"Hey! Hey! Lepaskan!! Cari kesempatan saja," omel Dian dan Nita melepaskan pelukan Nathan.

"Aa, kalian kejam sekali. Apa tidak boleh aku melakukan itu setelah begitu lama?" gerutu Nathan.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang