Komen kalo ada typo, thankyou 😘😘
____________
"Alfin," panggil Putra saat Alfin telah menggendong tasnya dan bersiap untuk pulang.
Alfin berhenti berjalan dan menoleh.
"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Putra, atau lebih tepat disebut sebagai ajakan.
Alfin menggerakkan bola matanya ke kanan dan kiri, ragu juga heran. Putra ingin bicara padanya, maka pastilah itu hal serius. Namun akhirnya mengangguk juga, mengikuti Putra yang sudah lebih dulu berjalan keluar dari kelas. Sisa-sisa anak di kelas mengekorkan mata mereka pada dua lelaki itu hingga akhirnya hilang dari pandangan.
Putra membawa Alfin sampai ujung koridor, tepatnya di samping kelas X MIPA 1. Putra berbalik hingga menghadap Alfin. Ia menarik nafas dalam menyiapkan diri untuk bicara.
"Antara kau dan Galang," kata Putra memulai.
Alfin telah membulatkan matanya. Terkejut dan khawatir. Khawatir Putra akan bertanya apa hubungan antara dia dan Galang. Bingung dengan apa yang akan ia katakan jika Putra benar-benar bertanya. Apakah akan menceritakannya atau tetap menyimpannya saja.
"Aku sudah tahu apa yang terjadi," kata Putra kemudian. Membuat Alfin lebih terkejut lagi.
"Aku juga terganggu dengan kehadirannya di kelas kita. Banyak anak juga merasa begitu. Tapi aku yakin kaulah yang paling terganggu dengan itu. Aku khawatir padamu...."
"Apa semua orang sudah tahu?" potong Alfin.
"Bukan itu yang ingin aku bicarakan," jawab Putra.
"Jadi semua orang sudah tahu," gumam Alfin menyimpulkannya sendiri, menatap ke arah lain.
"Tahu soal apa maksudmu?" tanya Putra tenang.
Alfin menatap Putra jadi ragu dengan kesimpulan yang ia buat sebelumnya.
"Tahu apa hah?" tanya Putra lagi.
"Lalu apa yang kau maksud saat kau bilang kau sudah tahu apa yang terjadi?" balas Alfin.
"Aku tahu kau dan Galang saling kenal dan dulu dia sering merundungmu. Memangnya apa lagi? Apa ada hal lain selain itu?" jawab Putra tetap tenang, menatap Alfin dengan serius.
Alfin bimbang, ia bingung apakah Putra tahu mengenai ayahnya juga atau tidak. Tapi seandainya Putra tidak tahu, menanyakannya sama saja dengan memberitahunya. Mereka beradu pandang beberapa lama. Dan kemudian Alfin menggeleng.
"Kalau saja aku tahu lebih awal, aku tidak akan membiarkan Galang ada di kelas kita. Urusan OSIS itu, pastilah bisa dilakukan anak lain selain dia," kata Putra akhirnya melanjutkan kata-katanya. "Tapi bagaimanapun juga, aku tidak akan membiarkan ada perundungan di kelas MIPA 1. Tidak selama aku masih jadi ketua di sana."
Putra menatap Alfin yang ia tahu pasti memikirkan perihal ayahnya walau Putra sudah bersikap seolah-olah tidak tahu.
"Aku bisa melihat kalau Galang masih mengintimidasimu, dan aku tidak akan tinggal diam. Aku akan mengatakan ini pada Pak Irwan."
Alfin mengangkat wajahnya menatap Putra.
"Dan selanjutnya, mungkin Pak Irwan akan memanggilmu juga. Apakah tidak apa?" jelas Putra perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Ficção AdolescenteVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...