24

38.8K 3.7K 392
                                    


Vlo menarik tangannya dari genggaman Nathan.

"Aku tidak mau," jawab Vlo tak berani. Memikirkannya saja dia tak mau. Apalagi melakukannya. "Aku tidak mau melakukan hal seperti itu, apalagi padamu," lanjut Vlo.

Nathan menatap Vlo yang tak mau balas menatapnya. Sedikit kecewa tapi bisa mengerti.

"Tidak apa Vlo. Aku yang ingin," bujuk Nathan berusaha mengambil tangan Vlo lagi tapi langsung ditampik oleh si empunya.

"Aku tidak ingin," jawab Vlo langsung. "Nathan, jangan begini," kata Vlo pelan.
"Kau tahu aku bukan orang seperti itu," katanya lirih.

Nathan jadi merasa bersalah. Sepertinya baru saja Vlo merasa direndahkan oleh tawarannya itu.

"Maaf," kata Nathan. "Aku hanya putus asa."

Vlo menatap wajah Nathan yang kini terlihat sedih. Vlo jadi merasa tak enak, lalu menghela nafas pelan. Jadi menyangkut-nyangkutkan, apa jangan-jangan perlakuan Egha padanya adalah balasan atau karma dari apa yang telah ia lakukan pada Nathan selama ini.

"Nathan," panggil Vlo lirih.

Nathan langsung menoleh padanya.

"Kenapa kau sampai sejauh ini, padahal aku hanya memberimu sepotong roti?" tanya Vlo menatap roti di tangannya.

Nathan jadi ikut menatap roti itu. Memikirkan pertanyaan Vlo beberapa saat.

"Ini bukan soal rotinya Vlo," jawab Nathan, lalu kembali memikirkannya. Beberapa lama dan Vlo masih menunggu jawabannya.

"Entahlah,"  ucap Nathan akhirnya, terkekeh.

Vlo memukul punggungnya kesal. Sudah lama dia menunggu, tapi yang dikatakan Nathan hanya 'entahlah' begitu saja.

Nathan tersenyum senang, kemudian mereda dan menghela nafas pelan.

"Lelaki memang biasanya begitu Vlo. Kami mudah jatuh cinta hanya karena sebuah perhatian kecil," jelas Nathan.

Vlo menggerakkan bola matanya pelan. Memikirkan kata-kata Nathan.

"Kau menolongku walaupun tidak mengenalku, dan lalu dengan ramah kau malah mengajak berteman, itu saja sudah berhasil membuatku terpesona," cerita Nathan. "Dan semakin mengenalmu aku justru semakin menyukaimu," lanjut Nathan menatap Vlo sambil tersenyum manis.

"Tapi, bukannya sudah terlalu lama kau menungguku? Apa kau tidak ingin melihat gadis lain saja. Kau pantas bahagia Nath. Sedangkan aku tak pernah berpikir untuk punya hubungan yang lebih dari sekedar teman denganmu."

"Yaa.. aku tahu, kau sudah mengatakannya saat menolakku dulu," jawab Nathan justru tersenyum. "Tidak apa Vlo," katanya mendongak menghela nafas.

Vlo menatapnya iba, kembali merasa bersalah karena tak bisa membalas perasaan lelaki di depannya ini.

"Kau tahu apa yang dulu ku takutkan?" tanya Nathan menerawang. "Setelah aku mengungkapkan perasaanku dan lalu kau menolaknya. Aku takut kau akan berubah dan lalu menjauhiku," kata Nathan.

Ulung hati Vlo serasa ngilu mendengarnya. Vlo pernah merasakan ketakutan itu juga dulu. Dan sekarang benar-benar terjadi. Sikap Egha padanya berubah. Padahal Vlo memang tak berharap Egha akan menerimanya. Ia sadar diri. Tapi setidaknya jangan seperti ini. Vlo masih ingin berteman seperti sebelumnya. Kalau bukan karena dare itupun pasti perasaan ini akan ia simpan selama mungkin demi masih bisa berteman dengannya.

Vlo menarik nafas dan terasa berat. Ia lalu menatap Nathan. Jadi itulah yang dirasakan Nathan sebelumnya. Ia sudah tahu kalau Vlo tak akan membalas perasaannya, tapi ia pikir paling tidak mereka bisa tetap berteman dekat seperti ini. Vlo bersyukur ia bisa menyikapi ini dengan benar untuk Nathan, hingga lelaki ini tak perlu merasakan sakit yang ia rasakan saat ini. Mendapat perlakuan berbeda dari orang yang disukai.

Kelas A [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang