Vlo berhenti, memekik terkejut melihat masih ada orang di dalam kelasnya. Disusul Egha yang masuk langsung merangkul Vlo dan kemudian ikut memekik terkejut melihat 4 manusia yang memasang raut tegang di wajahnya sebelum kedatangannya.
"Waah.. manisnya," komentar Lintang melihat betapa mesranya Egha merangkul Vlo.
Egha tersenyum, tersipu malu.
"Kenapa kalian masih di sini?" tanyanya kemudian.
"Kami hanya penasaran bagaimana akhir dari kisah ini," jawab Putra.
"Aku masih penasaran kenapa kau mau merangkul Vlo tapi benar-benar menolak untuk kugandeng," jawab Rubi kesal.
"Sudah jelas, kan?" jawab Egha mengajak Vlo berjalan menghampiri mereka. "Karena aku menyukai Vlo," jelasnya.
"Waah sepertinya aku patah hati," keluh Alfin menghela nafas.
Yang lain menertawakannya. Sedangkan Lintang menepuk-nepuk pundaknya dengan prihatin.
"Aku tak menyangka kau begitu menyukai Egha," kata Lintang.
"A-apa? Kenapa jadi Egha yang aku tangisi?" protes Alfin dan semuanya kembali menertawakan.
"Kalian mau main? Aku yang traktir," ajak Egha.
Rubi dan Putra mengangguk pelan, masing-masing menggendong tasnya.
"Baiklah tiba-tiba aku sudah baikan," kata Alfin bersemangat, sudah menggendong ranselnya.
***
Keenamnya sudah ada di sebuah mall tengah kota, masih memakai seragam olahraga masing-masing. Kini mereka sedang mencari tempat untuk makan.
"Aku mau di sana," kata Rubi menunjuk salah satu tempat yang cozy dengan konsep taman dalam ruangan.
Rubi menarik tangan Putra supaya mau berjalan lebih cepat bersamanya. Vlo dan Egha di belakang mereka sedangkan Alfin dan Lintang berada paling belakang.
Rubi menyatukan dua meja supaya cukup untuk duduk berenam. Barulah ia duduk disusul yang lainnya. Lintang melirik Alfin yang kelihatan ragu-ragu untuk duduk. Matanya tengah menatap ke arah lain.
Lintang menoleh untuk bisa melihat apa yang tengah diperhatikan Alfin. Mendapati seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk sendirian di salah satu meja dengan perhatiannya tertuju pada layar ponsel. Sejujurnya Lintang merasa tidak asing dengan wajah orang itu. Lintang mengernyit dan mencoba mengingat. Sesaat kemudian kembali menatap Alfin. Alfin sudah tak memperhatikan lagi. Ia sudah duduk dan tertawa, berdebat dengan Egha.
"Sekali-kali kita biarkan Bang Rengga kerja sendiri," jawab Egha.
Lintang tak tahu pembicaraan apa yang mereka obrolkan sebelumnya. Tapi terserahlah, ia tak mau ambil pusing. Yang penting Alfin sudah tertawa menanggapi perkataan Egha itu.
"Dia pasti ingin kita langsung ke sana kalau tahu kita pulang lebih awal," balas Alfin dan lalu Egha mengangguk menyetujui dugaan itu juga.
"Sepertinya kedai Bang Rengga semakin ramai," komentar Putra.
Alfin dan Egha kompak mengangguk membenarkannya.
"Dia sedang mencari karyawan, kau berminat?" tanya Egha.
Putra menggeleng saja.
"Hey apa maksudmu?" tanya Alfin menepuk lengan Egha. "Kenapa kau merekrut orang seperti Putra. Kita sudah cukup memiliki orang dingin sedingin abangmu di tempat kita, jangan kau tambahi dengan Putra," lanjutnya.
Egha tertawa.
"Benar juga, mereka bisa jadi duo yang hebat," kata Egha. "Duo yang sempurna untuk menakut-nakuti pelanggan maksudku," tambah Egha yang lalu tertawa, disetujui Alfin dengan anggukan dan tawa juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/162895895-288-k566648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas A [End]
Ficção AdolescenteVlo mendapat kejutan luar biasa di tahun ajaran baru. Ia dipindahkan ke kelas unggulan yang misterius yang bahkan tempatnya di sendirikan dari kelas lain. Kelas yang penghuninya saja tidak diketahui bagaimana bentuk dan rupanya. Dan sekolah tak pern...