1- Dia Itu Orang Apa?

7K 573 72
                                    

"Bila kau memandangku, mungkin aku tak layak disebut indah sehingga tak sanggup menghias harimu. Namun bagiku, kau adalah penghibur hati saat deburan lika-liku hidup menghampiri."

***

Bermacam bebunyian saling bersahutan mengiring lagu. Snare drum, bass drum, quint tom, bellyra, mellophone, dan symbal dimainkan selaras, dipandu oleh seorang gitapati berparas cantik yang berada di bagian paling depan barisan.

Puluhan pasang mata berpusat pada deret barisan berjumlah lima puluh orang dengan alat musik di tangan mereka masing-masing. Menikmati aksi permainan tongkat paramanandi, gerakan tangan indah gitapati dalam menjaga tempo, juga bedebum snare drum serta instrument lain dalam marching band Wiyata Mandala.

Di antara kemeriahan mereka terus beraksi. Kali ini membawakan lagu selamat ulang tahun yang dipopulerkan oleh Jamrud untuk sekolah tercinta yang genap berusia dua puluh tahun.

Hingga akhirnya semua alat musik berhenti serempak kala gitapati memberi komando dengan mengangkat tangan. Pertunjukan marching band telah usai sebagai pembuka acara bazzar untuk memeriahkan hari ulang tahun sekolah. Semua pemain marching band membubarkan diri dengan tertib menuju pinggiran lapangan untuk istirahat.

Gadis cantik yang menjabat sebagai gitapati berjalan gontai meninggalkan lapangan, menerobos kerumunan anak yang sedang berjaga di stand bazzar, lantas mendudukkan dirinya di kursi panjang teras kelas.

Gadis itu melepas topi khas gitapati yang ia gunakan dan menaruhnya di sebelah tubuh. Kedua tangannya terangkat menggelung rambut panjangnya yang sebelum itu terurai bebas.

 Kedua tangannya terangkat menggelung rambut panjangnya yang sebelum itu terurai bebas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gerah, itulah yang tengah Rhea rasakan. Suara-suara menggelegar dari panggung utama dan ocehan para siswa yang sedang berjualan di stand bazzar tak urung semakin menambah rasa gerahannya.

Tak peduli lagi dengan penampilan, Rhea melepas sepatu mayoretnya, membiarkan kaki telanjangnya menyentuh keramik yang dingin. Gadis itu menyandarkan tubuh pada tembok sembari memejamkan mata, menikmati angin sepoi-sepoi yang perlahan mulai meminimalisir rasa gerahnya.

Saat kembali membuka mata, Rhea terlonjak kaget melihat wajah seorang lelaki yang berjarak hanya beberapa centi di depan wajahnya. Lelaki itu menaik-turunkan kedua alisnya dengan memamerkan senyum lebar, melepas botol air mineral yang ia tempel di pipi lantas menyodorkan itu pada Rhea.

"Nona gitapati, sebaiknya minum dulu biar tenaga yang udah hilang bisa balik lagi," katanya santai. Rhea menatap tak suka lelaki di hadapannya itu. Tanpa aba-aba ia mendorongnya untuk menjauh.

"Jangan deket-deket gue dalam jarak kurang dari dua meter atau lo bakal gue habisin!"

Lelaki itu tak peduli, malah semakin gencar menggoda Rhea. Ia melangkahkan kakinya kembali mendekati gadis itu.

NeglectusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang