Batz, nathasya, lisa,rose mereka sedang bermain menaiki wahana yg berputar. Batz satu kursi dengan tasya, lisa sama rose. Jarak mereka terhalang oleh dua kursi yg di duduki orang asing.
Rasa canggung dan malu terus menyelimuti keempat manusia itu. Tidak banyak bicara mereka hanya menikmati ayunan wahana yg terus berputar.
Lisa yg biasanya tak henti mencari ribut atau lebih tepatnya berperang mulut namun saat ini ia seperti cicak ke injak. Hanya diam duduknya tak diam sejak tadi pikirannya mengawang mengingat ke jadian di pagi buta tadi.
Sama halnya dengan rose. Sejak tadi rose hanya menghadap ke arah lain. Jangankan untuk menatap mata lisa untuk duduk bersamanya sajah membuatnya takaruan. Rasa malu sungguh menyerang dirinya bertubi tubi. Ia masih mengingat dengan jelas bagai mana ia mendesah di bawah lisa di bawah orang yg selama ini membuatnya kesal setengah mati. Tetapi malam tadi seolah mereka seperti sepasang kekasih. Bahkan dengan jelas pula ia masih mengingat bagai mana caranya lisa kenyentuh tubuhnya dengan agresif begitupun sebaliknya sama sama agresif dan terhanyut dalam nafsu mereka. Mengingat kejadian beberapa jam yg lalu membuat rose ingin menjerit karna tak kuasa dengan rasa malu. Bagai mana bisa itu terjadi begitu sajah pada dirinya dan lisa. Bahkan sedikitpun tak pernah terbayangkan sebelumnya kan hal itu. Jangankan untuk bersetubuh untuk menjadi kekasihnya sajah tidak pernah terlintaskan di otaknya. Tetapi malah separah ini yg terjadi antara dirinya dan lisa. Rose tak jarang menghebuskan nafas kasarnya. Persetan dengan perasaan kacau membuatnya merasa frustasi.
"Ekhemm!" Lisa yg merasa canggung akhirnya berusaha memecahkan kecanggungan itu
Tetapi justru itu membuat rose tersentak dan tersadar dari lamunannya. Mata rose melotot badannya menegang seketika. Mendengar suara itu seolah membuatnya trauma.
"Panas sekali di sini" badan rose semakin menegang walau ia sedikit memunggungi lisa tetapi sudut matanya dapat melihat samar samar lisa membuka jecket lepisnya.
Mata rose semakin melotot pipinya terasa panas.
"Apa kau tidak merasa ke panasan nona rose?" Ucap lisa mencoba mengajak ngobrol kepada rose
"Ah. Ti-tidak, hanya sa-" ucapan rose terputus saat menghadapkan tubuhnya ke arah lisa dan yg membuat ia terkejut mendapatkan lisa yg hanya mengenakan tanktop berwarna putih tipis segaris tali berwarna hitam nyaris terlihat jelas di balik tanktop mata rose tertuju pada belahan dada lisa di sana terlihat jelas bra warna hitam membulat payudara lisa. Rose menelan ludahnya yg terasa ke susahan. Di tambah lagi di dada lisa terlihat banyak kissmark bekas dirinya di tadi malam. Wajah rose mulai pucat.
Lisa yg mengetahui itu hanya tersenyum tipis.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Rose tersentak dan segera memalingkan wajahnya
Badan rose mendadak gemeteran.
"Ah ti-tidak. Kenapa kau membuka jaketmu?" Seru rose tidak berani menatap lisa
"Aku merasa di sini sangat panas, jadi aku buka sajah" jawab lisa santai
"Ta-tapii-?"
"Tapi apa?" Tanya lisa menatap sisi samping wajah rose
"Ta-tapi...da da dadamu memperlihatkan banyak a..anu" rose gelagapan dalam hatinya ia merutuki dirinya sendiri.
"Anu apa?" Lisa seolah malah memancing rose
"Ah kau..lebih baik kau pake kembali jaketmu lisa, dadamu...emm banyak tanda semalam" ucap rose mengecilkan suaranya di akhir kalimatnya dan semakin memalingkan wajahnya
Lisa tersenyum lalu mendekatkan wajahnya ke telinga rose.
"Aku tidak menyangka kau sehebat itu tadi pagi, kau sangat agresif saat memimpin permainan kita, kau sungguh membuatku gilaaaahhh" bisikan suara khas nan serak serak basah itu membuat darah dingin berdesir di tubuh rose matanya kembali melotot pipinya terasa panas dan merona merah