Alano - 20

1K 37 0
                                    

Alan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Suasana hening lebih mendominasi ruangan pribadinya. Berbagai foto terpajang di kamarnya, begitu pula dengan foto dimana dirinya masih memakai baju putih biru dengan seorang perempuan yang rambutnya dikucir dengan pita. Ingatan tersebut masih jelas di memorinya.

Sepi.

Yang di rasakan Alan saat ini. Keheningan selalu saja menyapanya ketika ia memasuki rumahnya. Tak ada lagi tawa yang terdengar nyaring di telinganya, dan tak ada lagi canda yang terbangun. Semua menjadi asing.

Alan menghela napas berat, cowok itu meraih jaket army yang tergantung di lemarinya dan meraih kunci motornya di nakas.

Ia butuh udara segar saat ini. Hidupnya tak ada lagi warna.

"Kamu mau kemana?" Tanya Risa—ibu Alan yang sedang sibuk dengan laptopnya.

Alan tidak menjawab, cowok itu masih bungkam.

"Alan, kamu denger mama nanya apa?"

"Denger," jawabnya singkat lalu mengambil sepatu yang terletak di rak sepatu dekat dengan dapur.

"Terus kenapa nggak di jawab?" Tanya Risa yang kini sudah berdiri dengan mata yang menjuru pada anaknya itu.

"Males,"

Alan langsung keluar tanpa pamit hendak pergi kemana. Risa langsung mengejar anaknya itu, namun baru saja sampai di depan pintu, anaknya telah pergi menembus angin yang terasa dingin dikulitnya.

"Maafin mama, Alan." Gumam Risa dengan berurai air mata yang tidak bisa ia tahan.

                        🍁🍁🍁🍁

Alan mengendarai motor ninja nya di atas rata-rata dan penuh dengan emosi yang menggebu. Apa yang ia lakukan sebenarnya salah. Ia mengakuinya.

Tapi, tak bisa di pungkiri ia juga kecewa apa yang telah di alaminya saat ini. Semua seolah mimpi buruk yang terus menghantuinya.

Angin berhembus kencang yang menusuk kulitnya tak ia rasakan. Ia hanya ingin hiburan sekarang. Hidupnya terasa tidak jelas.

Ia menepikan motornya sejenak dan mengambil ponselnya di saku jaket lalu menelpon seseorang. Seseorang yang mungkin bisa menghiburnya saat ini.

                          🍁🍁🍁🍁

"Kenapa kak?" Tanya Olivia yang sudah berada di teras rumahnya sambil membawa nampan yang berisi teh hangat. Karena memang, cuaca nya dingin.

Oliv memandang Alan dengan raut bingung. Mata Alan terlihat sendu, tak ada tawa yang menghiasi wajah tampannya itu saat di pusat perbelanjaan. Semenjak kejadian itu, keduanya menjadi dekat.

"Kakak ada masalah?" Tanya Oliv dengan hati-hati takut menyinggung kakak kelasnya itu.

"Kita keluar sebentar, boleh?" Alan memandang Oliv yang sedang menatapnya. Mata mereka bertemu pada satu garis lurus. Oliv dapat menangkap apa yang sedang terjadi pada Alan lewat tatapan mata.

"Sebentar, aku izin dulu." Oliv beranjak, masuk ke dalam rumahnya untuk meminta izin pada bundanya.

Alan memainkan ponselnya untuk menghilangkan kebosanan yang melanda sembari menunggu Olivia.

Lima belas menit kemudian, Olivia keluar dengan memakai celana kulot dipadukan dengan kaus berwarna putih.

"Udah, ayo."

Alan memberhentikan motornya di sebuah cafe dengan gaya yang simple namun instagramable banget. Cocok untuk tempat nongkrong remaja saat ini.

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang