Alano - 57

706 19 0
                                    

Hello, apa kabar kaliaaann? Semoga baik yakk. Sorry baru update wkwk.

Semoga suka ya ❤️❤️

Happy reading, maap kalo ada typo hehe.

                         *********

"Eh, No lu nyium bau sesuatu nggak?" Tanya Rayhan.

"Bau apaan? Lo kentut ya?" Elno dengan refleks menutup hidungnya dengan menggunakan tangannya, takut-takut mencium bau kentut Rayhan yang sama seperti telur busuk. Pernah sekali, Rayhan kelepasan kentut di kelas, katanya udah nggak tahan membuat seisi kelas menutup hidungnya masing-masing karena tidak tahan dengan baunya. Dengan wajah tanpa dosanya, Rayhan menuduh temannya padahal ia sendiri yang melakukannya. Dasar, bocah sableng.

"Kagak anjir, tuh 'kan gue jadi inget pas gue ngentut di kelas. Ngakak, anjir. Kagak ada yang curiga lagi sama gue."

"JANGAN DI INGET LAGI, GOBLOK. JIJIK!" Elno bergidik geli. Cowok itu merasa malu dengan tingkah Rayhan yang nggak tau malu. Dia yang ngentut, dia yang nyalahin orang. Oke, abaikan. Elno tidak mau mengingatnya kembali. Aib yang sungguh memalukan.

Rayhan tertawa keras, membuat sebagian perhatian siswa di koridor menoleh pada keduanya.

"Brisik, ogeb. Lo nggak malu di liatin?" Elno sedikit menoyor kepala Rayhan.

"Tuh, liat tuh. Gue nyium bau sesuatu itu karena mereka kayaknya balikan lagi deh." Ujar Rayhan ketika melihat dua sejoli sedang bercakap-cakap entah membahas apa. Tapi, yang pasti Rayhan mencium bau-bau kalau dia akan di traktir.

"Sok tau lo!"

"Yeh bener. Ngeyel di kasih tau. Daritadi, telapak tangan gue gatel soalnya." Katanya, sembari menggaruk telapak tangannya.

"Lah, apa hubungannya?"

"Nih ya, emak gue bilang katanya kalo telapak tangannya gatel berarti mau menerima sesuatu." Katanya sambil memperlihat telapak tangannya yang ia garuk karena terasa gatal.

"Mitos itu!"

"Yaudah kalo nggak percaya, mending Tanya aja langsung."

Sementara di sisi lain, Alan menatap Oliv dengan intens, membuat gadis itu menjadi salting sendiri dan menahan malunya namun rona di wajahnya tidak bisa di hindarkan. Oliv meremas rok-nya sembari berjalan pelan, di samping Alan.

"Kenapa liatin? Ada yang aneh dari muka aku? nggak kayak biasanya?"

"Cantik," gumam Alan ketika melihat tingkah Oliv. Tentu, gumaman Alan mampu di dengar Oliv membuatnya semakin di buat salting olehnya.

Oh ayolah, Oliv bisa meleleh di tempat kalo Alan terus seperti ini.

"WIDIHHH! UDAH BAIKAN NIIHH?" Teriak Rayhan dengan lantangnya yang hampir sebagian besar murid yang lain menatap ke arah mereka lagi.

"Berisik, goblok! Jangan teriak-teriak napa!" protes Elno yang merasa terganggu telinganya karena mendengar teriakan Rayhan yang super cempreng itu kayak cewek.

"Lo ngatain gue goblok mulu, kalo gue goblok beneran gimana? Lo mau tanggung jawab?" Tanya Rayhan yang tidak sadar diri. Kata Bundanya, Rayhan itu pinter Cuma Rayhan malas aja jadi pinternya ketutupan. Jadinya ya, dia dapet ranking ke 3 dari bawah. Dari bawah loh ya, bukan dari atas.

"Udah berisik, Njing! gue nggak mau debat!"

"Yaudin! Eh, Al telapak tangan gue kok gatel mulu ya?"

"Terus?" Tanya Alan.

"Kata bunda aku, kalo telapak tangannya gatal berarti mau dapet sesuatu. Wah, kak Rayhan mau dapat hadiah!" ucap Oliv ikut nimbrug dengan wajah antusias.

"Tuh 'kan, tuh 'kan! Gua bilang juga apa, No. Dia aja bilang sama kayak omongan gue."

Elno berdecak. Rayhan tersenyum, tersirat akan sesuatu. "Lo berdua mau traktir gue ya?" Rayhan memainkan kedua alisnya.

"Ngapain gue traktir lo?" Tanya Alan dengan nada datarnya, seperti biasa.

"Yaelah, lo berdua 'kan udah baikan eh baikan atau balikan sih? yah pokoknya gitu lah. Berarti ada traktiran dong, abang Si Alan."

"Lo ngatain gue sialan?"

"Lah, nama lo kan Alan." Rayhan membela diri.

"Ya bukan sialan juga, bego!"

"Mentang-mentang udah baikan, gue di kata-katain mulu. Kemaren-kemaren galau nya ke gue. Emang dasar, abis manis sepah di buang. Sedih akutuu." Katanya dramatis.

"Apa sih, jijik Ray! Gue normal ya!" Elno menghindar saat Rayhan mendekatinya dan mencoba memegang lengannya.

"Gue juga normal!"

Elno memijat keningnya lalu menatap Alan, "Lan, urus nih anak perawan lo, nggak kuat gue liatnya frustasi kayak habis di putusin pacarnya padahal nggak pacaran."

"WOY GUE PERJAKA YAAKKK BUKAN PERAWAN!!!"

****

"Hawa-hawanya kayak ada yang berbunga-bunga gitu ya." Ucap Teresa melirik Oliv berada di sampingnya yang sibuk dengan satu mangkuk baksonya.

"Bunga? Lo nyium bau bunga melati apa kamboja, Res? Kok gue nggak nyium ya?"

Teresa memutar kedua bola matanya, untungnya Lolita ini sahabatnya.

"Maksud gue tuh. Roman-romannya ada yang lagi bahagia."

"Siapa?" Lolita mengernyitkan dahinya, tak mengerti siapa yang dimaksud Teresa.

Teresa menunjukkan dengan menggunakan isyarat dagunya menunjuk Oliv yang focus dengan makanannya. Lolita memperhatikan Oliv intens, membuat Oliv tersadar tak mengerti kenapa dua orang di sampingnya menatapnya serius.

"Kenapa?"

"Lo nggak bilang ke kita-kita?" Tanya Teresa.

"Bilang apa?"

"Jangan pura-pura nggak tau deh. Lo mah gitu, nggak mau bilang-bilang. Lo nggak nganggap kita sahabat?"

Oliv memalingkan wajahnya, menatap kedua sahabatnya dengan tatapan rasa bersalah yang terpatri di wajahnya yang mulus.

"Bukan gitu. Jangan baper dong." Katanya dengan mengerucutkan bibirnya hingga seseorang menangkup kedua pipinya dari samping kirinya.

Oliv melirik ke pelakunya sambil mencoba melepaskan tangan pelaku tersebut.

"Lwe-pwas." Katanya sambil mencoba melepaskan jeratan itu.

"Tuh mulut ngapain maju-maju, udah kayak ikan mas koki tau nggak. Atau kode minta di cium ya sama pacar lo itu." Goda Raka melepaskan tangannya di pipi sepupunya itu dengan menekankan kata 'pacar' di kalimatnya.

"Apaan sih! nggak usah deket-deket tadi udah ngeselin! Hush, hush pergi!" usir Oliv.

"Yeh dasar. Kalo udah baikan, gue di usir. Kalo lagi galau atau nangis-nangis larinya ke gue." Balas Raka.

"Eh kampreto! Udah di suruh pergi, masih aja di sini. Pergi sana!" kali ini Teresa buka suara dengan suara galaknya.

"Galak bener udah kayak ibu kost-an." Gumam Raka yang masih mampu di dengar Teresa.

"Untung cewek. Kalo nggak, udah gue tabok dah." Gumamnya lagi.

"APA LO BILANG?! LO MAU NABOK GUE HAH?! SINI LO NGOMONG YANG KENCENG?!" Kedua mata Teresa melotot kayak mau keluar. Raka merinding sendiri, takut melihat Teresa yang melotot seperti itu. Jangan sampe, dia terlibat baku hantam dengan Teresa si ibu kost-an. Serem banget lagi kalo melotot. Kalo berantem sama dia kan nggak lucu. Masa iya berantem sama cewek, harga dirinya runtuh seketika.

Beberapa menit setelah kepergian Raka si biang rusuh suasana kembali normal seperti semula. Sebelum sebuah tangan menyentuh rambut Oliv yang sedang makan bakso, membuat suasana di kantin itu menjadi berbeda. Ya, berbeda karena yang melakukannya adalah Alan.







                         🍁🍁🍁🍁

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang