Alano - 31

872 22 0
                                    

Maapkan kalo ada typo, yess 😂😂

****



Alan duduk di depan UKS sambil memegang ponselnya. Cowok itu menunggu Oliv yang berada di dalam UKS bersama dengan Teresa dan Loli. Sudah sekitar sepuluh menit yang lalu bel berbunyi, namun Oliv tak kunjung keluar dari ruangan itu. Entah apa yang sedang di lakukan oleh mereka. Karena rasa penasaran, Alan memilih untuk berdiri dan mencoba mengecek keadaan Oliv. Sebelum tangannya menyentuh knop pintu, seseorang lebih dulu memanggilnya. Alan hanya memasang wajah datarnya.

"Alan!" panggil seseorang itu. Seseorang itu berlari kecil menghampiri Alan yang berdiri menatapnya datar.

"Kamu ngapain didepan ruang UKS? Kamu sakit?" Tanya Lana. Ya, cewek yang memanggilnya itu Lana.

"Bukan urusan lo." Jawab Alan dingin.

"Kamu kenapa beda banget sih, Al? Kamu dulu nggak kayak gini. Tapi sekarang, kamu berubah. Mana Alan yang aku kenal dulu?"

Alan hanya tersenyum sinis, tak menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak perlu untuk di jawab. Alan memalingkan wajahnya pada koridor sekolah yang sepi, hanya menyisakan murid yang masih ada kegiatan ekstrakurikuler.

Alan sedikit tersentak, ketika tangan Lana menyentuh tangannya dan menggenggamnya. Tangan mungil yang pernah Alan genggam, dulu.

Cewek dengan rambut pirang itu menggenggamnya dan menatapnya dengan tatapan yang sama seperti dulu. Tatapan yang selalu membuat Alan luluh seketika. Tapi, untuk sekarang mungkin tidak terlalu berefek bagi Alan. Tapi, Alan sedikit luluh. Ya, hanya sedikit.

Alan memandang Lana yang tengah menatapnya, "aku tau, aku salah. Aku kesini ingin memperbaiki kesalahan aku dulu. Dan, kamu malah berubah kayak gini."

Alan terdiam, tak merespon apa-apa. Tangannya masih di genggam Lana. Memang, dulu ia pernah memiliki perasaan yang lebih pada Lana. Namun, setelah Lana meninggalkannya seolah memberitahu padanya jika Lana memang tidak memiliki perasaan yang sama dengannya. Tak mudah untuk melupakan Lana. Dan, sekarang dengan mudahnya Lana memasuki kehidupannya yang baru yang terisi dengan orang yang baru. Kehidupan yang terasa berbeda dibandingkan dengan dulu.

"Alan jawab aku. Kenapa kamu diem aja?" Tanya Lana yang masih memandangnya dengan wajah penuh harapan.

Bersamaan dengan Lana berbicara, suara derit pintu mengalihkan perhatian mereka berdua. Oliv berhenti sejenak saat melihat kedua tangan tersebut saling menggenggam. Disampingnya ada Teresa yang memandang mereka bingung. Refleks, Alan melepaskan genggaman Lana. Sebelum mulutnya hendak berbicara, Olivia lebih dulu bersuara.

"Maaf, permisi." Katanya lalu berjalan melewati Alan. Hatinya terasa perih melihat orang yang disukainya menyukai orang lain yang merupakan masa lalunya. Rupanya, ia telah jatuh lebih dalam, dan membiarkan perasaannya terus tumbuh. Ia berjalan dengan tempo yang lebih cepat dan tidak bisa dibendung lagi, air matanya jatuh seketika. Jadi, seperti ini rasanya mencintai tapi tidak di cintai.

"Lo kenapa nangis?" Tanya seorang laki-laki yang berseragam sama dengannya. Oliv langsung menghapus air matanya yang mengalir tanpa diminta.

"N-nggak papa." Jawab Oliv. Cowok itu mengulurkan sapu tangan berwarna biru pastel membuat Oliv menatapnya dengan dahi yang berkerut.

"Buat hapus air mata lo." Katanya seolah mengerti apa yang dipertanyakan Oliv. Mungkinkah cowok itu bisa membaca pikiran orang?

Oliv menerimanya. "makasih." Lalu mengusap air matanya. Cowok itu tersenyum, "sama-sama."

Kemudian, cowok di hadapannya itu mengulurkan tangannya dan Oliv menerimanya, "Riko."

"Olivia panggil aja Oliv." Kata Oliv memandang Riko. Cowok itu bertubuh tinggi tapi lebih tinggi Alan dan alisnya terlihat sedikit tebal dan hidung yang tidak terlalu mancung. Tetapi, terlihat tampan. Ya, walaupun lebih tampan Alan.

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang