Alano - 24

932 24 0
                                    

Alan dan Oliv berhenti saat mereka sudah sampai di depan kelas X-1. Alan melepaskan genggamannya dan tersenyum dengan Oliv.

Ya ampun, kak Alan senyum.

Jantungnya berdetak tidak karuan, saat tangan Alan mengusap lembut puncak kepalanya. Keringat dingin pun menjalarinya.

Ah, ia ingat sesuatu.

"Bentar, kak."

Olivia mengeluarkan sesuatu berwarna oranye dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada cowok tinggi di hadapannya.

"Buat kak Alan."

"Bekal?"

"Iya, ini aku tadi pagi dibantuin bunda. Di makan ya kak." Alan mengambilnya lalu tersenyum manis. Begini rasanya ada orang yang perhatian padanya. Sebenarnya banyak yang memberikan aneka macam makanan, seperti coklat, kue atau apapun. Tapi di beri sesuatu oleh orang yang di sayang rasanya itu berbeda.

"Thanks, ya."

Oliv mengangguk tanda jawaban dengan tersenyum yang memperlihatkan lesung pipinya di kedua pipinya.

"Yaudah, buruan ke kelas."

Oliv masuk ke kelas dengan perasaan yang bahagia. Ya, ia bahagia saat ini.

"Cie, sweet banget sih." Goda Teresa yang sudah berada di mejanya.

"Ih, sweet banget sih kalian. Gue jadi mau, apalagi kalo sama bang Revan. Aduhh, gue pingsan kali ya?" Loli melebih-lebihkan.

"Pagi-pagi udah bikin orang lain iri aja lo!" Sahut Raka—teman sekelasnya yang tubuhnya tinggi.

"Apaan sih!" Elak Oliv langsung duduk di tempatnya. Senyumnya tak pernah luntur dari bibirnya.

Tak berapa lama, bel masuk berbunyi menandakan pelajaran akan segers di mulai.

  
                         🍁🍁🍁🍁

Alan membuka ponselnya yang memperlihatkan pesan yang dikirim ibunya. Tangannya tiba-tiba mengepal erat. Apa maksud ibunya mengirimkan pesan seperti itu? Ia pikir ia peduli?

Alan berdecih, menatap layar ponselnya. Ia tak berniat membalas pesan ibunya.

"Kenapa Al?" Tanya Elno.

Alan menggeleng, "nggak papa."

"Lo kayak anak cewek aja. Di tanyain ngomongnya nggak papa padahal mah ada apa-apanya tuh." Ucap Elno.

"Pengalaman?" Tanya Alan.

"Iya dong. Gue jadi males buat suka sama cewek. Ribet urusannya! Ntar minta inilah, itulah. Mendingan gue sendiri." Katanya dengan menggebu-gebu.

"Berarti hati lo udah mati dong, No?" Rayhan yang tiba-tiba menyambar.

Elno mengedikkan bahunya, sebagai tanda jawaban.

"Gue tau, Al. Apa masalah lo, kita nggak temenen satu tahun atau dua tahun. Kita temenan bertahun-tahun Al."

"Udahlah, males gue." Kata Alan lalu berniat keluar kelas. Membasuh wajahnya agar segar kembali. Memang, sekarang pelajaran kimia tapi gurunya tidak mengajar. Hanya di beri tugas lalu di kumpulkan.

"Lo mau kemana, Al?" Tanya Rayhan

"Toilet. Mau ikut?"

Rayhan bergidik ngeri, "ih ogah. Kayak anak cewek aja, ke toilet minta dianterin."

Alan berjalan dengan langkah lebar menuju toilet yang agak jauh dari ruang kelasnya. Toilet laki-laki ada di lantai paling bawah, jadi ia harus ke lantai bawah. Namun, saat melewati ruang kelas X-1 ia berhenti sejenak.

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang