Alano - 40

705 21 0
                                    

Alan meletakkan jaketnya pada gantungan yang berada di belakang pintu lalu menuju ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya agar lebih fresh. Cowok itu duduk di pinggir ranjang sembari mengusap wajahnya yang basah menggunakan handuk. Alan meraih ponselnya lalu membuka sebuah aplikasi.

To : Olivia

Gue udh smp rmh.

Send.

Alan tersenyum tipis tatkala mengingat apa yang di lakukannya tadi di depan rumah Olivia. ia merasa ada getaran aneh yang menghinggapinya dan hal tersebut spontan di lakukannya entah dorongan dari mana.

Suara orang tuanya terdengar keras dari ruang tamu. Bukan karena tertawa terbahak-bahak tetapi perdebatan keras yang membuat Alan mengalihkan perhatiannya pada orang tuanya itu. Cowok itu keluar dari kamarnya dan melihat ke bawah ke arah ruang tamu.

"KAMU BERANI NGOMONG GITU SAMA SAYA?!!" Terdengar bentakan papanya dari sana. Tangan Alan mengepal menahan amarahnya.

"EMANG KENYATAANNYA BEGITU 'KAN? KAMU BERSELINGKUH!!" Jawab Risa dengan mata yang mengalir dan membekas di pipinya itu.

"ATAS DASAR APA KAMU NGOMONG SEPERTI ITU?!!"

"SAYA MELIHAT OBROLAN KAMU DI HP DAN TERNYATA KECURIGAAN SAYA MEMANG BENAR DAN SEKARANG KAMU MAU NGELAK?!" Bahu Risa bergetar karena isakan.

Alan buru-buru ke bawah karena situasi semakin memanas. Alan tidak suka dengan keadaan seperti ini.

"Anda yang salah karena telah berselingkuh." Ujar Alan yang sudah berdiri di samping Risa-mamanya yang masih terisak. Bahkan, kedua matanya sangat sembab.

"Kamu tau apa, Alan? Jangan ikut campur urusan papa sama mama."

Alan tersenyum miring, lalu terkekeh. "papa? Saya sudah tidak menganggap anda adalah papa saya semenjak papa berselingkuh."

"Berani kamu ngomong seperti itu kepada papa kamu sendiri?" geram Gani Jonathan itu yang sudah di liputi kemarahan.

"Papa? Saya tidak sudi memanggil Anda dengan sebutan papa lagi. Saya tau, Anda berselingkuh dengan wanita-wanita yang tidak mempunyai moral itu! Saya tidak habis pikir, kenapa Anda berselingkuh. Bukankah dalam suatu pernikahan itu berkomitmen untuk bersama sehidup semati, menghabiskan waktu bersama dan membina rumah tangga yang harmonis. Tapi kenapa Anda mengkhianati hal itu?"

"Sok tau kamu. Bocah kayak kamu tidak usah mencampuri urusan orang tua. Jangan sok ceramahin saya. Kamu bocah ingusan yang belum sepenuhnya mengerti tentang pernikahan. Kamu masih bau kencur!"

Alan menyeringai, "Justru saya sebagai anak, jadi saya berhak mengerti permasalahan orang tua saya, apalagi berkaitan dengan mama saya. Anda tidak berhak memarahi mama karena memang faktanya anda berselingkuh dengan wanita lain. Anda mesra-mesraan dengan wanita tidak bermoral itu tanpa memikirkan anak dan istri Anda yang menunggu Anda dengan perasaan khawatir!" Nada bicara Alan semakin meninggi seiring dengan emosi yang sudah lama ia tahan. Risa-mamanya mengelus bahu Alan sambil terisak.

"Udah, nak. Udah, jangan emosi."

"Berani kamu bentak saya seperti itu? MAU JADI ANAK DURHAKA KAMU, HAH?!"

"Liat Risa, ternyata kamu nggak becus mendidik anak, berani sekali melawan orang tuanya." Lanjutnya.

"Jangan salahin mama! Mama nggak salah apa-apa. Di sini yang salah itu Anda. Yang tega mengkhianati mama!" emosi Alan semakin tak terkendali. Tatapan tajamnya menghunus ke arah papa—bahkan Alan tidak ingin menyebutnya.

"Dasar anak kurang ajar!" geram pria paruh baya itu yang melayangkan tangan kanannya. Alan yang tak siap, hanya bisa memejamkan matanya.

PLAK!

Tamparan tersebut tidak mengenai wajah Alan, melainkan Risa yang sudah memegang pipinya yang memerah karena tamparan yang begitu keras. Bahu Alan naik-turun karena emosi ketika melihat mamanya yang melindunginya dari tamparan pria itu.

"MAMA!" Alan langsung membantu Risa menegakkan badannya karena mamanya itu sedikit menunduk.

Sementara, Gani diam di tempat dengan mata yang terbelalak. Ia tak menyangka, jika Risa akan melindungi Alan. Ia melihat telapak tangannya sendiri dengan perasaan tak tentu ketika melihat Risa meneteskan air mata.

Alan membantu Risa menuju kamarnya, "Anda keterlaluan!" geram Alan langsung meninggalkan Gani yang mematung memandang Alan tengah merangkul istrinya itu. Beliau menghembuskan napas frustasi, "bodoh!"

Alan mendudukkan mamanya di ranjang lalu menyentuh pipi Risa yang memerah karena tamparan itu. Alan tak habis pikir, kenapa Risa mau melindunginya? Harusnya ia yang mengalaminya, bukan mamanya.

"Sakit banget ya, ma?" Tanya Alan lembut menyentuh pipi kanan Risa.

Risa menggeleng lemah sambil tersenyum tipis, "nggak kok."

"Maafin Alan ma selama ini. Alan tau, Alan banyak salah sama mama. Alan minta maaf, ma. Alan sempat nggak menganggap mama, tapi mama itu mama yang paling baik. Maafin Alan ya, ma." Tubuh Alan bergetar dan terdengar isakan kecil menumpahkan segala rasa bersalahnya sambil memegang tangan mamanya dan berjongkok.

Risa terisak, "mama udah maafin Alan kok. Mama yang harusnya minta maaf karena terlalu sibuk bekerja. Hingga akhirnya semuanya jadi seperti ini. Maafin mama ya, nak."

Alan memeluk mamanya hangat, "Alan janji, Alan nggak mau seperti papa. Alan janji." Risa semakin mengeratkan pelukannya pada putranya itu. Sudah lama ia tidak merasakan seperti ini. Ia begitu melewatkan perkembangan Alan hingga sudah sebesar ini. Ia menyesal dan kini suaminya yang tega mengkhianatinya.







                          🍁🍁🍁🍁

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang