Alano - 51

693 24 0
                                    

"Gue minta maaf."

Alan sedikit menunduk sedangkan Oliv mengernyit heran.

"Minta maaf untuk apa?" Tanya Oliv.

Keduanya terdiam untuk sesaat, Oliv menunggu jawaban dari pertanyaannya itu.

"Gue-"

"ALAN!" Panggil seseorang. Keduanya mengalihkan pandangan pada orang yang mengganggu mereka berdua. Orang itu adalah Rayhan, berlari menghampiri dua orang berlawanan jenis itu dengan napas yang tersengal-sengal. Rayhan memegangi kedua lututnya sembari membungkuk dan mengatur napasnya agar normal kembali.

"Gue cariin ternyata di sini lagi berduaan."

"Kenapa?" Tanya Alan singkat dan sedikit ketus. Ia agak kesal dengan Rayhan, mengapa datang di saat yang tidak tepat. Saat ia ingin mengutarakan hal yang sebenarnya dan memperjelas semuanya terkait kesalahpahaman yang ada.

"Lo di cariin sama siapa tuh namanya.." Rayhan mencoba mengingat kembali, emang Rayhan sudah seperti kakek-kakek, gampang pikun. Nggak deng, bercanda.

"Sama si bu Dona, katanya lo di suruh ke ruangannya sekarang, nggak pake lama."

"Oh, harus sekarang banget?"

"Yaa, di suruhnya 'kan sekarang bambang masa nunggu lebaran tahun besok."

Alan sedikit berdecak.

"Lah, lo ngapain masih di sini? Sono gih, temuin bu Dona." Perintah Rayhan dengan muka songong-nya.

"Lo ngusir gue? lo juga ngapain masih di sini?"

"Lah, gue 'kan mau berduaan sama bidadari yang baru turun dari surga."

"Bidadari?"

"Iya, yang sekarang lagi ada di samping gue." katanya sambil melirik ke Oliv sambil tersenyum manis dengan menaik-naikkan alisnya menggoda.

"Nggak mempan gombalan lo!" ketus Alan.

"Sirik aja lo! Bilang aja mau nge-gombal tapi nggak bisa." Kata Rayhan dengan nada meremehkan.

Oliv sedari tadi hanya menyimak perkataan mereka berdua tanpa berniat membuka suara. Satu tarikan tangan membuatnya sedikit terkejut. Tangan yang menggenggamnya terasa hangat, hingga ia menahan napas selama beberapa detik karena jaraknya yang cukup terbilang dekat dengan Alan. Aroma parfum yang di gunakan cowok itu terasa nyaman, dan ... Oliv menepis pikiran itu semua. Ia dan kakak kelasnya itu sudah tidak ada hubungan apa-apa, lantas mengapa dirinya malah memikirkan hal yang seharusnya tak ia pikirkan.

"Eh mau kemana?" Tanya Rayhan sambil mencoba melepaskan genggaman Alan pada pergelangan tangan Oliv.

"Apaan sih!"

"Sono ke ruang guru, 'kan lo di panggil sama bu Dona. Nanti kalo lo sampe telat, bisa di kultum-in sejam."

Alan berdecak, "Berisik!" Alan menatap Oliv dengan tatapan datarnya sementara yang di tatap hanya menunduk, merasa salting di tatap seperti itu membuat jantung gadis itu semakin tidak karuan, terlebih lagi tatapannya terasa begitu dalam seolah menyiratkan sesuatu. Beberapa detik kemudian, Alan melenggang pergi.

****

Alan menghembuskan napasnya perlahan. Cowok itu menatap ke arah depan dengan tatapan datar, namun pikirannya tidak focus. Menyendiri di rooftop sekolah menjadi kenyamanan dirinya, jauh dari kebisingan yang menganggunya.

Pikirannya berkelebat tentang keluarganya, yang sudah retak dan sepertinya tak akan utuh lagi. Terbukti, kemarin ada seseorang yang mengirimkan surat terkait dengan surat perceraian kedua orang tuanya. Ia sendiri yang menerima surat itu. Entah apa yang harus ia rasakan sat ini, entah harus senang, atau sedih ia pun tak tau. Sebagian besar orang melihatnya tampak dari luar sebagai cowok yang hampir mendekati kata perfect, tapi yang pasti setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang