Alano - 33

835 56 0
                                    

Jalanan di kota Jakarta memang selalu padat, terlebih lagi jika pada saat hari kerja. Pada pagi hari, jalanan macet karena berbarengan dengan orang yang berangkat kerja dan anak sekolah. Sinar matahari yang masih malu-malu muncul menghiasi pagi kali ini. Oliv menghela napas, selalu saja begini jika berangkat jika menggunakan mobil. Berbeda jika dengan Alan yang mengendarai motor jadi bisa lebih cepat, namun sekarang cowok itu tidak menjemputnya karena Oliv sendiri yang memintanya karena Raka yang bersemangat sekali ke sekolah. Oliv berangkat bersama dengan sepupunya—Raka yang menjadi murid baru di sekolahnya dan sekelas dengannya. Bayangkan saja, Raka sudah di rumahnya kurang lebih jam setengah enam pagi. Sehingga, Oliv harus terburu-buru karena Raka.

"Liv," panggil Raka yang sedang menyetir.

"Hm." Jawab Oliv singkat.

"Lo masih marah sama gue?" Tanya Raka hati-hati. Memang, Oliv tadi sempat kesal dengan Raka.

"Nggak." Jawab Oliv singkat lagi.

"Jangan marah sama gue dong. Hari ini kan hari pertama gue sekolah, jadinya gue semangat, Liv."

"Semangat si semangat tapi overdosis semangatnya." Oliv mendelik.

"Iya deh, nggak lagi. Maafin gue ya?" Raka menoleh pada sepupunya itu.

"Iya, Rakaaa."

Raka menyengir lalu kembali focus menyetir.

****

Mobil Raka terparkir dengan rapi bersanding dengan mobil yang lainnya. Bisikan siswi yang baru saja datang menjadi pengisi suara ketika Raka baru saja keluar dari dalam mobilnya. Bahkan, banyak siswi terpana melihat apa yang baru saja di lihat. Raka dengan gaya andalannya mengedipkan matanya berulang kali membuat siswi berjingkat kegirangan. Oliv memutar bola matanya malas. Melihat gaya Raka rasanya ingin muntah di tempat, belum ada lima menit di sekolahnya udah genit, gimana nanti.

"Lo lihat 'kan? Tampang gue emang nggak meragukan lagi, ganteng maksimal." Kata Raka narsis.

"Idih. Kayaknya yang ngelihat, matanya katarak deh. Raka jangan macem-macem di sekolah ini, apalagi bikin keributan." Ucap Oliv memperingati.

"Iye, kanjeng ratu." Katanya seraya membungkukkan badannya seolah Oliv memang seorang ratu. Oliv tertawa lalu menepuk bahu Raka.

"Udah, mending lo ke kelas dulu. Gue mau ke ruang TU." Kata Raka.

Oliv mengangguk dan menuju kelasnya. Namun, langkah kakinya terhenti ketika sebuah tangan lebih dulu menarik pergelangan tangannya membuat Oliv sedikit tersentak dan terbelalak ketika melihat siapa pelakunya.

"Riko?" cowok itu tersenyum. Oliv melihat pergelangan tangannya yang masih di pegang Riko. Rikoyang mengerti arah pandang Oliv langsung melepaskan tangan nya dari pergelangan tangan Oliv.

"Ada apa?" Tanya Oliv dengan dahi yang berkerut.

Riko mengusap tengkuknya, dan tersenyum canggung.

"Lo sibuk ya?" Tanya Riko sedikit ragu.

"Sibuk? Kapan?"

"Dua hari yang lalu. Lo nggak bales pesan gue." katanya dengan sedikit malu mengutarakannya, dapat terlihat dari gelagatnya.

Oliv ber'oh' ria. Ia baru ingat jika tidak boleh membalas pesan dari Riko karena perintah Alan. Tapi, tidak mungkin kan jika Oliv harus mengatakannya seperti itu.

"Ah, itu. I-iya aku agak sibuk. Maaf ya," Oliv menyengir berbohong.

'untuk kali ini aja bohong. Nggak enak sama orangnya kalo bohong gini, kayak ada yang ngeganjel gimana gitu. Nggak tenang." Batin Oliv.

"Oh iya nggak papa kok Liv, malah gue yang harusnya minta maaf karena udah ganggu lo. Maaf ya." Katanya membuat Oliv di liputi rasa bersalah. Riko orang yang baik.

"Mm, Liv. Lo besok free nggak?"

"Kenapa emangnya, Rik?" Tanya Oliv.

"Nggak sih. Cuma minta lo temenin gue beli buku buat bahan pelajaran. Besok lo bisa nggak?"

"Nggak." Bukan Oliv yang menjawab melainkan Alan yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Oliv tanpa mereka berdua ketahui. Tiba-tiba, Alan merangkul pundak Oliv yang berada di sampingnya. Oliv terkejut, membelalakkan kedua matanya menatap Alan sementara yang di tatap biasa saja bahkan tidak menatapnya balik. Batin Oliv menjerit, banyak pasang mata yang melihat mereka.

"Lepas, kak." Perintah Oliv sambil mencoba melepaskan rangkulan Oliv namun sulit.

"Dia udah ada janji sama gue." kata Alan dengan gaya ketusnya.

"Oh oke. Lain kali aja. Gue duluan ya Liv," pamit Riko.

"Maaf ya, Riko." Ucap Oliv yang merasa tidak enak dengan perlakuan Alan.

"Iya, nggak papa. Santai aja." Katanya dengan tersenyum manis sebelum melenggang meninggalkan Oliv yang merasa tidak enak dan Alan yang merasa dongkol.

Alan melepaskan rangkulannya lalu berbalik meninggalkan Oliv yang masih melongo di tempat. Dengan cepat, Oliv langsung menyusul Alan yang berjalan cepat. Bibirnya mengerucut.

"Kak! Ish, tungguin." Oliv mensejajarkan langkahnya dengan Alan yang menatap ke arah depan seakan tak mempedulikan Oliv.

"Emang kita besok ada janji ya kak? Perasaan nggak ada deh." Kata Oliv sembari mengingat-ingat agenda hari besok. Tapi, seingatnya memang tidak ada janji dengan Alan. Mengapa kakak kelasnya itu mengatakan jika mereka ada janji?

"Ih di jawab kek, kak! Nggak enak tau di cuekin. Tadi aja main rangkul-rangkul mana banyak orang yang ngeliat, tapi sekarang di cuekin. Jadi bingung tau nggak si." Cerocos Oliv tanpa henti sembari mengerucutkan bibirnya kembali.

Lewat lirikan mata, Alan bisa melihat raut wajah Oliv. Ingin sekali ia tertawa namun ia tahan. Kan nggak lucu tiba-tiba tertawa. Oliv menghentakkan kakinya menandakan ia sedang kesal membuat Alan tidak tahan lagi untuk tidak tertawa. Oliv di buat terpaku saat Alan tertawa dan cowok itu bahkan mencubit pipinya.

"Kenapa ketawa sih kak? Tadi diem aja, eh sekarang ketawa-ketawa nggak jelas." Heran Oliv.

Alan menggeleng lalu mengusap puncak kepala Oliv dengan lembut membuat siapa saja yang melihatnya menatap tak percaya terlebih kaum hawa yang seketika terkena patah hati berjamaah sekaligus iri melihatnya.

"Jangan deket-deket sama si Royko itu." Alan dengan sedikit berbisik.

"Namanya Riko, bukan Royco." Ralat Oliv.

"Ya itulah."

"Emang kenapa?" Tanya Oliv dengan polosnya. Tidak bisakah Oliv peka sedikit saja? Atau perlu Alan perjelaskan secara gamblang?

"Pikir aja sendiri."

"Kok gitu?"

Alan tak menjawab.

"Ish kesel di diemin mulu. Yaudah aku besok temenin Riko aja ke toko buku." Oliv berbalik.

"Jangan!" Alan mendekati Oliv lalu bibirnya ia dekatkan pada telinga Oliv membuat jantung Oliv menjadi tidak karuan. Bahkan, napas Alan dapat ia rasakan.

"Gue jealous, udah jelas?"




                          🍁🍁🍁🍁

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang