Alano - 41

729 23 0
                                    

Olivia mengecek ponselnya berkali-kali berharap ada pesan masuk dari Alan. Cewek itu mendadak gelisah di tempat duduknya. Setelah Alan memberi kabar jika ia sudah sampai rumah dan Oliv membalasnya, sampai sekarang belum di balas, bahkan belum di baca. Hal tersebut mampu membuat Oliv uring-uringan sendiri.

"Lho, Oliv kamu belum berangkat?" Tanya Risma pada anaknya yang tengah duduk di teras rumah.

"Iya ini Oliv mau berangkat, bun." Pamitnya lalu mencium punggung tangan bundanya.

"BANGG, UDAH SIAP BELUM. AYO CEPETAN, NANTI OLIV TELAT!" Teriak Oliv dengan cemprengnya, di balik pintu Revan keluar sambil membenarkan kemejanya yang belum rapi. Kakaknya menggunakan celana jeans dan kemeja flannel.

"Kamu berangkat sama abang? Tumben Alan nggak jemput." Tanya Risma.

"Nggak tau bun, nggak ada kabar dari kak Alan." Jawab Oliv melihat layar ponselnya.

"Gaya banget lo, masih kecil juga udah pacaran." Celetuk Revan.

"Oliv udah gede ya, bang. Bukan anak kecil lagi." Oliv tidak terima.

"Iyain aja biar cepet." Ucap Revan memakaikan Oliv helm lalu naik ke motornya di ikuti Oliv yang duduk di belakangnya. Keduanya mengucapkan salam sambil melambaikan tangan pada Risma yang masih berada di depan pintu.

"Lo lagi marahan, Liv sama Alan?" Tanya Revan di sela-sela perjalanan.

"Nggak kok," jawab Oliv sedikit keras agar Revan bisa mendengarnya. Lagipula, kenapa Revan menanyakan hubungannya dengan Alan.

"Kok Alan sampe nggak ngabarin lo?"

"Ya mana aku tau, bang!" seru Oliv sedikit kesal. Mood nya semakin bertambah buruk. Oliv hanya menghembuskan napas nya. Mungkin, ia akan menemui Alan jika sudah sampai di sekolah nanti.

tak lama kemudian, mereka sampai di sekolah Oliv yang sudah banyak siswa berlalu lalang. Revan berhenti di depan sekolah Oliv. Oliv turun dari motor Revan sembari membuka helm nya dengan kesal. Wajahnya tertekuk dan bibirnya yang mengerucut. Revan geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya itu.

"Udah jangan di pikirin. Nanti temuin dia, ngomong baik-baik biar masalahnya kelar." Ujar Revan.

"Aku nggak ada masalah sama kak Alan."

"Ya terus, kenapa cemberut gitu adiknya Revan yang paling cantik ini?"

Oliv berdecak, "Kak Alan nggak hubungin aku. Biasanya kan nanya walaupun singkat."

"Ya itu namanya juga masalah Oliv cantik." Revan menahan diri untuk menahan amarah.

Dari arah yang berlawanan, seorang cewek mendekati mereka dengan senyum yang tak bisa di sembunyikan. Apalagi binar matanya saat melihat Revan. Tak lupa, cewek itu membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan agar terlihat lebih rapi. Maklum, di depan doi kan harus rapi, nanti doi nggak mau meliriknya.

"Hai, kak Revan." Sapa Loli menyengir memperlihatkan deretan gigi ratanya.

"Hai juga." Revan tersenyum tipis. Loli tambah menyengir lebar ketika sapanya di balas di tambah dengan senyum Revan yang walaupun hanya senyum tipis.

"Kak Revan, kok tambah ganteng sih? Padahal, baru beberapa hari nggak ngelihat kak Revan tapi udah tambah ganteng." Ucap Loli dengan wajah polosnya, jangan lupa sembari memberikan senyum termanisnya. Revan meneguk ludahnya melihat kawan adiknya itu sambil bergidik ngeri.

"Loili, pagi-pagi udah nge gembel aja." Seru Oliv.

"Nge gombal, Liv! Gombal, bukan gembel." Ralat Loli

"Typo dikit."

"Abang tinggal ya, liv. Kan udah ada temen kamu."

"Lho, kok cepet banget kak? Nggak mau ngobrol dulu sama gue?" Tanya Loli dengan nada yang penuh harapan dan di sedih-sedihkan.

"Maaf ya Loli, lain kali kita ngobrolnya." Tolak Revan secara halus. Senyuman Loli semakin memudar walaupun masih tersisa senyum tipis. Rasanya itu sakit tapi nggak ber-blood.

"Yaudah ya, abang pergi dulu." Pamit Revan mengacak rambut Oliv.

Setelah hilang dari pandangan, Loli mencebikkan bibirnya, "abang lo kenapa deh, Liv? Kok kayak menghindar dari gue?"

Oliv mengangkat bahunya, "nggak tau. Mungkin dia pusing kali mikirin kuliahnya, akhir-akhir ini banyak tugas katanya."

"Oh, pantesan. Tapi Liv, sebenarnya abang lo suka nggak si sama gue?"

Langkah Oliv terhenti lalu menoleh ke Loli dengan senyum tipis, "Loli Tanya aja langsung sama bang Revan."

****

Oliv melongokkan kepalanya di pintu kelas Alan yang sudah ramai. Ia mencari-cari keberadaan Alan, namun sayang cowok itu tak tampak di kelasnya membuatnya mengernyitkan bingung.

"Nyari siapa, Liv?" Tanya Elno-salah satu teman dekat Alan yang baru keluar dari kelas ketika melihat Oliv mencari keberadaan seseorang.

"Ehm, kak Alan nya ada kak?"

"Lho, kira gue Alan sama lo. Soalnya dari tadi gue nggak lihat Alan." Jawab Elno.

"Yang bener, kak?" Oliv memastikan.

"Bener. Biasanya 'kan lo berangkat bareng sama Alan."

"Iya sih, tapi tadi aku nggak bareng sama dia. Dari semalem aku chat nggak di bales, di telpon juga nggak di angkat." Jelas Oliv.

Elno tampak berpikir, kemudian menatap Oliv yang terlihat bingung.

"Gini aja, gue cari Alan dulu. Lo tunggu aja di kelas, nanti kalo gue ketemu sama dia, gue kabarin lo."

Oliv mengangguk, walaupun hatinya terasa tidak tenang. Tidak biasanya Alan seperti ini, menghilang tanpa jejak.

Oliv sempat berpikir, apakah ia mempunyai salah pada cowok itu? Atau ada perkataannya yang menyinggung perasaan Alan? Oliv menggelengkan kepalanya, merasa tak pernah menyinggung atau menyakiti perasaan cowok itu. Terakhir saja, mereka berdua bersenang-senang melepas penat setelah melaksanakan olimpiade kemarin.

Langkah kaki Oliv bergerak tanpa arah, bahkan dirinya melamun ketika berjalan dan bahunya menabrak seseorang membuatnya tersentak.

"Maaf, maaf. Aku nggak sengaja." Ucap Oliv pada orang yang di tabraknya itu.

"Iya nggak papa, santai aja." Kata cowok yang di tabraknya itu, Riko.

Oliv tersenyum tipis.

"Kok ngelamun? Lagi ada masalah ya?" Tanya Riko.

Oliv tersenyum tipis, lalu menggeleng. Ia tak ingin, ada yang mengetahui apa yang ia rasakan saat ini.

"Nggak kok. Yaudah ya, aku pergi dulu, Riko."

Riko memandang Oliv dengan tatapan yang sulit di artikan, "lo emang susah di gapai, Liv."

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang