Alano - 50

673 20 0
                                    

Pengumuman-pengumuman bagi siswa-siswi dan warga sekolah, saya ingin menyampaikan kabar bahagia dan membanggakan bahwa siswa yang mewakili olimpiade matematika yaitu ananda Alano Emilio Jonathan dan Olivia Vernanda masuk dalam tiga besar olimpiade matematika. Untuk itu, saya memanggil ananda Alano dan ananda Olivia untuk ke ruangan saya dengan segera. Terima kasih.

Oliv merasakan jantungnya berdetak kencang, timbul rasa senang yang menyapa dirinya ketika mendengar kabar tersebut. Ia tidak menyangka, bisa masuk tiga besar. Tidak sia-sia ia belajar sampai malam jika hasilnya cukup membanggakan. Ternyata benar, hasil tidak mengkhianati usaha.

"Liv, lo-lo denger 'kan tadi?" Tanya Teresa dengan wajah yang sumringah.

"Lo-lo masuk tiga besar Liv. Congratulation Oliv, sahabat gue yang paling chubby ini," katanya sambil mencubit pipi sambil memeluk erat Oliv saking girangnya.

"Aduh-aduh Res, akuh nggak bisa napas." Ucap Oliv tertahan, walaupun hanya sebuah candaan. Teresa reflex melepas pelukannya, "ah, lebay lo. 'Kan gue seneng denger kabar tadi."

Karena berada di sisi lapangan basket, alhasil mereka berdua di perhatikan oleh yang lainnya ada yang melihat dengan tatapan heran, tersenyum geli dan yang lainnya. Karena merasa di perhatikan, mereka memilih untuk minggir dan tidak berdiri di pinggir lapangan basket yang banyak di lewati orang berlalu lalang. Saat hendak melangkah berbalik, dua orang memanggilnya.

"Congrats ya Oliv," kata Elno dengan mengulurkan tangannya sebagai bentuk apresiasi di ikuti Rayhan.

"Congrats Oliv. Udah cantik, pinter lagi. Idaman banget, boleh daftar nggak?"

"Daftar apaan?"

"Daftar buat jadi pacar kamu, eaakk." Kata Rayhan dengan gaya nya yang sangat khas. Oliv, terkekeh sementara Teresa memutar bola matanya muak dengan sikap kakak kelasnya yang freak.

"Sa ae lo pantat panci." Sahut Elno yang berada di sampingnya.

"Gosong dong?" rayhan dengan kening berkerut.

"Iya, sama kayak lo."

"Kamvrettt!! Temen lucknut dasar!" umpat Rayhan.

Elno terkekeh, lalu kembali menatap Oliv yang sedang tersenyum melihat kelakuan Rayhan.

"Lo nggak ke ruangannya pak Broto?" Tanya cowok itu.

"Oh iya sampe lupa. Makasih kak, udah di ingetin." Oliv mengalihkan pandangannya pada Teresa.

"Sa, aku tinggal dulu nggak papa?"

"Ya nggak papa lah, 'kan lo di suruh ke sana. Dah gih, buruan."

"Okay. Duluan ya semua."

Oliv meninggalkan ketiga orang itu yang mungkin asik mengobrol lagi. Ia terus memamerkan senyumnya, tak bisa menahan rasa bahagia. Dan, orang-orang memberikan ucapan selamat padanya saat berjalan di koridor sekolah menuju ke ruangannya pak Broto. Senyumnya terus mengembang, pasti bunda dan abangnya akan senang mendengar kabar ini. Bibir mungilnya mengucapkan do'a yang terus di panjatkan.

Saat ia memasuki ruangan pak Broto setelah mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia merasakan jantungnya yang berdegup kencang saat Alan yang sudah berada di dalam, menatapnya dengan tatapan yang ... sulit Oliv artikan.

"Silahkan duduk, Oliv." Kata pak Broto. Oliv mengangguk lalu duduk di samping Alan dengan jantung yang masih berdegup kencang.

'Kalo deket dia, pasti selalu kayak gini.' Batinnya.

"Saya bangga pada kalian berdua, bisa saling membantu, bekerja sama dengan baik hingga kalian bisa mendapat juara pada olimpiade itu. Dari awal, saya sudah yakin, Alan pasti tidak akan mengecewakan sekolahnya. Saya bangga sama kalian berdua."

Alan dan Oliv sama-sama tersenyum. Oliv sedikit melirik dari sudut matanya ke Alan lalu mengalihkannya lagi.

"Ternyata hubungan kedekatan kalian dalam artian hal yang positif. Saya salut, tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang negative. Saya sangat mendukung kalian berdua."

Oliv terdiam, mencoba mencerna kata demi kata dari pak Broto, ia menemukan sebuah kejanggalan dari tutur kata gurunya itu.

"Maksudnya pak?" Tanya Oliv heran.

"Kalian berdua 'kan pacaran, saya dukung jika menjurus ke hal-hal yang positif seperti hal ini, kalian dapat bekerja sama dengan baik."

"Pacaran?" oliv tergugu.

"Tapi pak-"

"Ada lagi pak yang ingin bapak sampaikan?" Tanya Alan memotong perkataan Oliv. Oliv menolah pada cowok berparas tampan itu, begitupun sebaliknya.

"Sudah tidak ada. Terima kasih atas waktu kalian. Saya harap, kalian tetap belajar sebaik mungkin. Boleh pacaran, tapi ingat dengan kewajiban masing-masing sebagai pelajar."

"Baik pak. Kalau begitu, kami permisi ya pak."

"Iya, silahkan. Terima kasih ya."

Alan menarik pergelangan tangan Oliv membuat gadis itu membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang di rasakannya saat ini. Oliv diam saat cowok itu membawanya entah kemana, lalu kemudian ia sedikit memberontak, mencoba melepaskan tangan Alan yang memegang tangannya.

"Kak, lepas." Kata Oliv sambil mencoba melepaskan cekalan tangan Alan.

Alan melepas genggamannya, lalu berbalik menatap Oliv yang tingginya hanya sampai sebahunya saja. Alan melihat Oliv dengan tatapannya yang dalam.

Cowok itu merasa seperti .. kehilangan sosok gadis itu. Gadis yang ia cintai entah sejak kapan, yang pasti perasaan rasa cinta itu pasti, tidak ragu. Ingin sekali ia memeluk gadisnya itu, ia rindu dengan tingkah Oliv. Ia yakin, Oliv salah paham dan saat itu ia juga terbawa emosi saat gadis itu meminta memutuskan hubungan. Ia kalut saat itu. Alan ingin meluruskan semuanya, meminta maaf pada gadis itu.

Gadis itu hendak membuka suara, namun suara orang di depannya terlebih dahulu menyela.

"Gue minta maaf."







                           🍁🍁🍁🍁

Alano [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang