PROLOG
Malam semakin larut saat salah seorang gadis muda baru saja menyelesaikan pekerjaan sampingannya sebagai penyanyi Cafe. Pekerjaan tersebut dilakoninya semenjak tiga bulan terakhir ini. Jadwal menyanyinya pun hanya dua kali setiap minggu. Yaitu, setiap Selasa malam dan Jumat malam.
Menyanyi sudah menjadi hobi bagi gadis berusia 24 tahun tersebut. Setiap kali menyanyi, di situlah ia merasakan hidup yang benar-benar hidup. Dan dia mencintai hobinya tersebut lebih dari apapun. Sehingga tidak ada aktifitas yang lebih menyenangkan selain menyalurkan hobinya dan menghibur banyak orang.
Waktu telah menunjukkan pukul satu dini hari, sudah cukup larut baginya untuk pulang. Gadis tersebut keluar dari Cafe tempat bekerjanya dengan rasa gugup, karena sebelumnya dia tidak pernah pulang sampai selarut ini. Dia biasanya akan meminta tampil di sekitaran pukul delapan malam waktu setempat setiap kali manggungnya. Sehingga dia bisa pulang setengah jam kemudian setelah menyanyikan tiga buah lagu. Tapi malam ini berbeda, sebab dia baru menyelesaikan pekerjaan kantornya hingga pukul 10 tadi.
Selain bekerja sebagai penyanyi Cafe, dia juga bekerja di salah satu kantor ayahnya sendiri yang bergerak di bidang property. Gajinya manggung di cafe memang tidak seberapa jika dibandingkan dengan gaji yang ia terima dari bekerja di kantor ayahnya. Tapi, siapa yang bisa membeli hobi? Yang sudah barang tentu bisa memberikan kepuasan saat menjalaninya.
Dengan gusar ia berjalan menuju area parkir Cafe yang berada di bawah bangunan gedung dua lantai tersebut. Perasaan takut dan was-was semakin menghinggapi perasaannya tatkala ponselnya berbunyi dan menunjukkan nama yang cukup mengerikan tertera di layar ponselnya. 'Bokap Killer’ begitulah tulisan yang muncul. Si gadis berusaha tak menghiraukannya dan memasukkan kembali ponsel tersebut ke dalam tasnya.
Sesegara mungkin si gadis mempercepat langkahnya agar segera sampai pada mobil miliknya. Saking tergesa-gesanya, ia secara tidak sengaja menabrak sepasang kekasih (kelihatannya) yang sedang berjalan berdua. Perempuan di sampingnya nampak bergelayut manja dan melingkarkan kedua tangannya dengan posesif di tangan sang pria.
Si gadis gusar dan meminta maaf sekenanya. "Ohh... Saya minta maaf, saya buru-buru." Sambil berlalu melewati pasangan yang baru saja ia tabrak dan menangkupkan kedua telapak tangannya ke depan dada sembari menunduk.
Perempuan berambut pirang dan bertubuh mungil tersebut nampak begitu marah dan menarik tangan si gadis seketika. "Hello.. Penyanyi cafe, kamu pikir dengan hanya meminta maaf masalah kita selesai? Big no young lady." Kata si perempuan berambut pirang sambil mencengkeram pergelangan tangan kiri gadis yang menabraknya.
Si gadis tersentak mendengar cibiran tersebut. Lantas dia menunduk agar dapat menatap mata perempuan berambut pirang yang memang lebih pendek darinya. "Jadi apa yang anda inginkan? Perlu saya antarkan anda ke rumah sakit kalau begitu?" tanyanya elegant.
"Gua mau loe..."
Kalimatnya terhenti tatkala sepasang tangan kekar menariknya kebelang. Spontan perempuan itu berbalik dan bertanya dengan nada lugas pada pemilik tangan kekar tersebut. "Ada apa??" Tanyanya kesal pada sang pria.Pria itu hanya berkata "Sudahlah sayang, yang penting kamu nggak kenapa-napa. Kita pergi saja. Bukankah katamu bilang sudah cukup bosan di sini?" bujuknya dengan suara selembut mungkin.
"Fine. Kita pergi." Perempuan yang angkuh tersebut begitu saja luluh hanya dengan kalimat lembut dari sang pria. Kemudian perempuan tadi kembali berbalik ke arah si gadis dan berkata. "Loe beruntung karena laki gua menghentikan gua buat kasih pelajaran sama loe. Lain kali berhati-hatilah saat jalan sehingga tidak menabrak orang lain. Bye..." Katanya sambil berlalu dan kembali bergelayut di lengan prianya.
Gadis itu tidak merespon tindakan perempuan tersebut. Dia hanya menggeleng dan mengedipkan kedua matanya. Begitu kesadarannya pulih, ia segera membuka pintu mobilnya dan beranjak pulang.
Suasana jalan cukup sepi, sehingga ia dengan gesit bisa meliak-liukkan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Sehingga jarak dari Cafe ke rumah yang biasanya ditempuh dengan waktu 35 menit, kini bisa dia tempuh hanya dengan waktu 20 menit.
Begitu mobil berhasil memasuki pintu gerbang rumahnya, dia sengaja meninggalkan mobil tersebut di halaman depan rumah dan tidak memasukkan ke dalam garasi. Karena takut suara degum mobilnya akan membangunkan seisi rumah. Dan pasti dia tidak menginginkan hal itu terjadi, mengingat ayahnya pasti akan mengeluarkan taringnya jika tahu anak gadisnya pulang menjelang pagi.
Seperti layaknya maling, gadis tersebut mengendap-ngendap dan berputar menuju ke arah pintu dapur agar dia bisa masuk. Seperti biasanya, dia sudah membawa kunci belakang agar dia bisa menyelinap masuk kapanpun tanpa menganggu singa yang lagi terlelap. Setelah berhasil masuk, ia menutup pintu perlahan dan menguncinya kembali.
"Hello my lady, apakah jam di tanganmu baru menunjukkan pukul 10 malam? Sementara aku rasa jam di rumah sudah hampir pukul 2 dini hari? Kudengar dari assistenmu kau keluar kantor jam 10." Suara yang cukup familiar menggema di telinga sang gadis sehingga menghentikan aktifitasnya mengunci pintu. Sesaat kemudian lampu menyala dan gadis bermata cokelat tersebut terkesiap.
Gugup si gadis menarik nafas dalam, kemudian berbalik dan menatap sang ayah berdiri dengan cukup angkuh dan kedua tangannya bersandar di kedua pinggangnya. Dengan santai si gadis menjawab pertanyaan ayahnya dan menampakkan senyum yang dibuat sesumringah mungkin. "Hai my lovely daddy. Im so sorry because......" kalimatnya terhenti ketika ia melihat sang ayah melotot tajam ke arahnya.
"So shut up and go...!" teriak sang ayah kemudian.
"Maaf Pa, tapi kemana aku harus pergi? Aku baru pulang dan aku cukup lelah untuk pergi lagi." kata si gadis dan sontak membuat ayahnya menggeram. Dia kemudian menunduk setelah melihat sorot mata ayahnya seolah mengintimidasi.
"Masuk kamarmu sekarang juga naughty lady!! Bangun tepat pukul 07.00 pagi, lalu temui aku di meja sarapan besok." Bentak ayahnya dengan keras dan penuh penekanan saat mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Yes sir." Jawab si gadis pasrah pada apa yang akan diterimanya besok pagi. Apakah dia akan ditendang ke Gurun Sahara dan dia bakal dehidrasi di sana kemudian mati secara perlahan?? Seperti yang sering kali ayahnya ucapkan. Entahlah, biarkan nasib menghakiminya besok pagi. Yang terpenting sekarang adalah tidur karena dia sudah cukup lelah dengan segala aktifitas sepanjang hari ini.
Yang perlu gadis itu lakukan saat ini hanyalah masuk kedalam kamarnya, berbaring di tempat tidur, memejamkan matanya dan berharap mimpi indah mampu membelai tidur nanggungnya tersebut. Dia hanya berharap, malam ini bisa menjadi malam yang cukup panjang. Setidaknya agar dia cukup beristirahat sebelum menghadapi amukan ayahnya besok pagi. “Ok, Preety Woman. Lets get sleep.” Katanya sembari mematikan lampu mejanya. Karena dia memang suka tidur di dalam gelap.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny (COMPLETE)
RomanceJodoh merupakan seseorang yang diciptakan oleh Tuhan sebagai pemilik sebagian dari jiwa manusia. Jodoh juga merupakan seseorang yang berada jauh lebih dekat bahkan dari urat nadi kita sendiri. Namun apa jadinya jika jodoh Lucy adalah seorang pria ya...