BAB 1 GOOD MORNING MY BAD LUCK

7K 234 3
                                    

Kesialan ataukah keberuntungan?? Ketika kamu dihadapkan pada satu perkara di mana kamu akan diadili atau kamu akan diberi kejutan tak terduga (jika terduga maka bukan kejutan namanya). I don’t know what. But just read this story.

Happy Reading...!!!

Bunyi alarm ponsel berdering tepat pukul 07.00 pagi hari. Gadis cantik bermata cokelat indah itu mengerjap membuka mata secara perlahan. Rasanya masih enggan untuk ia bangun karena masih terasa begitu mengantuk. Namun seketika ia membelalakkan matanya, dipaksakan agar mau terbuka ketika ucapan keramat ayahnya semalam terngiang-ngiang di kepalanya.

Dengan langkah yang masih gontai dia menuruni anak tangga rumahnya, dari arah kamar menuju ke ruang makan. Dan benar saja, ayah super killer-nya sudah berada di meja makan sambil menyesap kopi. Gadis itupun menyadari jika sang Ayah sudah menghabiskan sarapan paginya. Nampak dari piring di hadapannya yang sudah kosong dan kotor.

Dengan terkesan cukup angkuh, Ayah gadis tersebut meletakkan cangkir kopinya kembali keatas meja.

"Lucy Darrellyn Addison, saya persilahkan anda untuk duduk di kursi anda." Ucap ayahnya begitu melihat putri semata wayangnya tiba.

Gadis berparas cantik dengan wajah khas Lebanon-Brazil perpaduan dari ayahnya Billy Addison yang keturunan Indo-Lebanon dan Ibunya Emily Davise yang keturunan Brazil-Turkey tersebut mengerjapkan matanya agak sedikit bingung. Lucy memandang ke arah Emily Davise sang ibu yang sedang tersenyum geli mendengar sapaan suaminya pada Lucy. Tanpa menunggu aba-aba berikutnya, Lucy duduk di kursi tepat di samping kanan sang ayah.

Lucy tidak berani menatap mata ayahnya, dia hanya menunduk. "Yes papa. Sesuai perintah anda."

Sorot mata Billy mulai terlihat mengintimidasi seperti biasanya. Pria tua itu menangkupkan jari-jari kedua tangannya lalu menatap ke arah Lucy secara seksama. "Saudari Lucy Darrellyn Addison dari mana saja anda semalam sehingga baru pulang dini hari tadi? Bukankah anda keluar kantor jam 10 malam? Apa yang anda lakukan sampai selarut itu?"

Lucy tampak melumat bibirnya. "Im so sorry pa, aku hanya pergi ke Cafe semalam untuk melepas semua beban pikiranku karena pekerjaan saja. Karena aku cukup penat dengan kerjaan kantor yang sangat melelahkan. Bukankah Papa yang menyuruhku untuk bekerja lembur semalam? Dan dengan bodohnya aku menurut saja padahal hari ini adalah hari libur."

Billy nampak tak memperhatikan keluhan putrinya. "Cafe mana yang kamu tuju? Dan dengan siapa kamu pergi kesana? Aku memang menyuruhmu lembur tapi tidak menyumuruhmu untuk pergi ke Cafe, nona." Seolah tidak mendengarkan protes putrinya yang telah menyuruhnya untuk kerja lembur.

"Ke D'Amour Cafe pa. Dan aku hanya pergi seorang diri." Jawab Lucy enteng sembari mengambil piring dengan berisikan roti selai yang disodorkan Emily padanya.

Billy kemudian mengambil ponselnya dan tampak melakukan panggilan kepada seseorang. "Sekretaris Hans, hubungi CEO atau Owner D'Amour Cafe dan pastikan apakah semalam sekitar pukul 10 lewat putriku mengunjungi Cafe tersebut sendirian! Cari tahu apa saja yang ia lakukan di sana, termasuk apa saja yang ia makan...!!!" panggilan diakhiri.

Lucy hanya menatap Billy tanpa ekspresi dan mulai melahap roti selainya. Sikap over protektif ayahnya mulai kambuh dan Lucy seolah tak acuh.

Suara lembut sang ibu yaitu Emily membuyarkan keheningan. "Apa kau mau minum jus untuk pagi ini sayang?" tanyanya pada Lucy dengan mata teduh khas wanita itu.

Lucy menggeleng. "Thanks mam, aku akan membuatnya sendiri jika aku ingin minum." Katanya sambil menggigit rotinya kembali.

Dada Lucy mulai mencelos tatkala sang ayah menghentakkan kursinya dan kemudian dia berdiri. "Setelah sarapan papa akan bicara padamu di ruang tengah. Jadi segera selesaikan sarapanmu. Aku ingin sekali mengadili dirimu, tapi aku tidak ingin bertengkar di depan meja makan." Setelah Lucy membalas perkatannya dengan anggukan, Billy langsung berlalu dari ruang makan.

You Are My Destiny (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang