BAB 22 SPECIAL GIFT ON THE LAST INJURY TIME

2.3K 82 0
                                    

BAB 22
SPECIAL GIFT ON THE LAST INJURY TIME


“Meskipun kita tidak hidup sebagai manusia abadi, tapi kupastikan jika cintaku abadi.. Bahkan sampai di kehidupan kedua kita nanti...”


“Haiii... Kau jangan berlari secepat itu. Perhatikan jalanmu atau nanti kau akan jatuh dan terluka.” Teriakku pada seorang anak laki-laki bertubuh gempal yang sedang berlarian di tengah taman bunga hortensia.

Taman itu sangat luas, dengan begitu banyak bunga hortensia yang sedang bermekaran terlihat sangat indah. Bunga-bunga tersebut di tanam di setiap sisi jalan sempit berbeton dengan cukup rapi juga teratur.

Anak laki-laki itu berlarian sangat girang, yang kulihat dia juga menggenggam serumpun bunga matahari di tangannya sambil berteriak ‘poppet’ yang aku rasa dia sedang memanggil seseorang. Aku terus berusaha mengejar anak laki-laki tersebut untuk mencari tahu apa yang sedang ia lakukan dan hendak kemana dia.

Dia berhenti di suatu pohon besar dan kemudian mengagetkan seorang gadis kecil yang sedang duduk di sana. “Hello Poppet.” Teriaknya riang dengan senyuman lebar yang sangat menawan.

Akupun ikut menghentikan langkahku dan menatap mereka dari kejauhan. Sangat lucu pikirku.

Gadis yang anak laki-laki itu panggil dengan sebutan poppet pun menoleh. Dia berusaha berdiri sambil berdecak kesal menempatkan kedua tangannya pada pinggang kecil miliknya.

“Berhenti memanggilku poppet atau aku akan menghajarmu, gembul...” kata gadis tersebut setengah berteriak karena tidak mau dipanggil poppet.

Anak laki-laki di hadapannya pun tersenyum sesaat, kemudian senyuman itu lenyap di balik tawanya yang menggelegar. “Bagaimana gadis kecil tanpa gizi sepertimu mau menghajarku? Walaupun aku bertubuh gemuk seperti ini, setidaknya aku adalah anak laki-laki yang sehat.”

Melihat mereka yang saling mengejek seperti itu membuatku tertawa. Terkadang memang anak kecil suka bertingkah lucu saat saling melempar ejekan.

Seolah tidak mau kalah, gadis kecil itupun membalas ejekan dari anak laki-laki yang dipanggilnya gembul. “Aku bisa saja menarik jaketmu yang bau karena penuh dengan peluh itu sambil berlari. Pasti kau akan terhuyung-huyung kemudian kau akan jatuh. Badanmu itu tidak akan bisa bertahan cukup lama untuk tetep berdiri saat aku melakukan keinginanku itu. Karena kau sangat gemuk... Hahaha...”

“Hentikan ocehanmu itu poppet. Tubuhmu yang sekecil itu mana mampu menarikku? Tenagaku cukup kuat. Bocah kerempeng sepertimu tidak akan mampu membuatku terjatuh. Lihat saja..” balas si bocah laki-laki yang kemudian menyerahkan bunga hortensia di tangannya pada si gadis poppet.

“Aku akan tetap mencintaimu walaupun kau membenciku karena berat badanku...” kata anak laki-laki itu. Dia beranjak dari tempat tersebut dengan wajah menunduk seolah bersedih.

Aku yang melihat kejadian tersebut merasa ikut bersedih karena si bocah laki-laki terkesan kalau cintanya bertepuk sebelah tangan. Apakah anak laki-laki yang aku taksir berusia 12 tahun itu sedang berusaha meyakinkan cintanya? Ahh... Mereka sangat menggemaskan...

🍁🍁🍁

Hembusan deru angin yang menerpa kulit tubuh Lucy membuatnya merasakan semilir dingin. Ia meringkukkan tubuhnya dan menarik selimut sampai ke batas dagu untuk menutupi bahunya. Tangannya meraba-raba dada bidang yang sempat memberinya kehangatan.

Akan tetapi, dia tidak menemukan dada bidang tersebut. Dengan mata yang masih terpejam, Lucy juga menggerakkan kakinya untuk memastikan keberadaan kaki yang semalaman menghimpit kakinya.
Namun hasilnya sama, dia tidak menemukan kehangatannya pagi itu.

You Are My Destiny (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang