CERITA KEMARIN SORE

1.3K 51 5
                                    

Pagi-pagi sekali Zahra sudah berada disekolah karena dia yang bertugas dalam mengurus kegiatan piket.

"Kemana sih ni orang pada, belom pada Dateng dikira gua babu apa kudu talangin mereka nyapu terus."

Sekolah masih sangat sepi sekali, mungkin hanya ada beberapa murid rajin yang datang lebih pagi. Tapi dalam tanda kutip "mereka harus mengerjakan pr yang tak tuntas dikerjakan dirumahnya." Tapi nggak semua murid seperti itu kok masih ada Kimberly, Raline, Hanin dan Zahra yang rajin menuntaskan dirumah.

Walaupun begitu bukan berarti mereka tidak pernah mengerjakan tugas disekolah, beberapa kali mereka pernah melakukannya. Itu jika tugas yang diberikan tidak terjangkau oleh otak manusia biasanya.

Prestasi mereka juga tidak terlalu buruk kok, apa lagi Kimberly. Dia menjadi juara kelas dikelasnya 10 IPA-1, dikuti Hanin yang mendapatkan peringkat 4, Raline ke-5, dan Zahra ke-6.

"Ssst... Nanti ketauan."

"Satu.... Dua.... Tiga. Dorrr....."

"Astaghfirullah haladzim, Coy Lo pada bikin kaget aja." Hanin dan Raline hanya tertawa terpingkal-pingkal melihat Zahra nista.

"Akh Lo mh kagetnya nggak seru, nggak kayak Mamah gua." Ucap Hanin.

"Emang nyokap Lo kagetnya gimana Nin?." Tanya Raline masih sambil tertawa.

"Nih ya kalau dia kaget semua bisa diucap kek gini nih. 'Astagfurullah... Mang Udin, Sanusi nikah bareng kambing. Kambingnya mati kebawa arus sungai' and bla bla bla...." Raline dan Zahra tertawa melihat tingkah Hanin yang memperagakan seperti mamahnya.

"Ni kualat Lo baru tau rasa Lo. Nanti kisah Lo diangkat jadi judul sinetron. Nanti gini 'Azab anak durhaka yang bikin nyokapnya mati kepentok kambing'." Raline tertawa semakin keras.

"Kok kepentok kambing sih? Kan gua kagetin." Ucap Hanin.

"Ya kan Lo kagetin karena dia kaget nggak sengaja tuh kepentok kambing." Balas Zahra.

"Emang bisa?." Tanya Hanin.

"Bisa kali. Udah ah, Za kantin yuk!" Zahra mengangguk setuju.

"Gua?." Teriak Hanin.

"Gantiin gua nyapu." Balas Zahra.

Mereka berdua berjalan beriringan, sementara Hanin masih berlari mengejar mereka. Saat dipinggir lapangan Mereka melihat Kimberly yang sedang mengobrol dengan Banyu.

"Itu Banyu kan?." Raline dan Zahra berhenti sejenak.

Bugh...

Raline tersungkur, Lututnya menabrak tembok lapangan. Dan sedikit luka. "Aduh... Hanin!!!!"

"Sorry Ra sorry!!! Abisnya kalian berhenti mendadak kan gua lagi lari." Hanin dan Zahra membantu Raline berdiri. Tanpa sadar Kimberly sudah ada saja didepan mereka.

"Lo kenapa Ra?." Kim tertawa kecil.

"Nih, ulah temen sebangku Lo. Masa gua ditabrak dari belakang." Gerutu Raline, sambil membersihkan roknya yang agak kotor karena debu lapangan.

"Kan nggak sengaja Ra, gua kan udah minta maaf juga." Hanin tak mau kalah.

"Nggak cukup, Lo traktir kita bertiga makan." Ucap Raline.

"Setuju." Ucap Kim dan Zahra bersamaan.

"Gua nggak bawa uang lebih sumpah." Hanin mengacung jari telunjuk dan tengahnya.

"Huhuhu... Gua nggak denger lagi pake kacamata huhuhu..." Raline berjalan mundur, dan tanpa sadar.

Bugh....

POTRET PERSAHABATAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang