Sekembalinya mereka dari hiking kemarin, mereka memutuskan untuk bolos sekolah selama dua hari. Anak nakal toh bukan bolos beneran, mereka juga tidak lupa mengirimkan surat kepada guru sebagai tanda permohonan izin.
Dua hari rasanya cukup untuk beristirahat, dan dua hari juga mereka semua tak saling mengabari. Karena memang sudah perjanjian bahwa selama dua hari tidak boleh ada yang menelpon, atau pun mengirim pesan. Baik personal message atau bahkan di grup.
Azzahra menghabiskan sisa hari terakhir waktu istirahatnya hanya dengan guling-guling di tempat tidur. Nggak ada kerjaan banget sih Lo Za. Mau bagaimana lagi, rupanya dia sudah Merasa bosan, ditambah lagi keadaan rumah yang selalu sepi membuatnya semakin bosan. Jadi, yang dilakukan gadis itu selama dua hari ini adalah tidur, mendengarkan musik, dan berkutat dengan ponsel serta laptopnya.
"Gabut banget sumpah, gara-gara perjanjian gila. Lama-lama bisa mati gw kalo terus kek gini." Zahra membenarkan posisinya, dari posisi yang awalnya terngkurap menjadi duduk bersandar di kepala ranjang. "Apa gw ke rumah Bagas aja ya? Ah iya, caw pergi aja." Gadis itu Bangkinang dari duduknya.
Gadis itu berjalan menuju kamar mandi Hanya sekedar untuk mencuci muka dan menyikat giginya. Padahal gadis itu belum mandi pagi ini biar sajalah, sehari tidak mandi tidak akan membuat semua laki-laki menjauh darinya. Toh Zahra adalah gadis yang sangat cantik. Siapa saja bisa terpikat oleh parasnya. Zahra gw bilangin umi Lo nanti loh...
Gadis itu berjalan menuruni deretan anak tangga yang cukup banyak. Setelah menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, gadis itu berjalan menuju ruang makan terlebih dahulu untuk mengambil sehelai roti. Setelah itu, Zahra melangkahkan kakinya kembali menuju rumah Bagas, yang tak jauh dari rumahnya. Hanya beberapa meter saja jaraknya.
Tangan gadis itu meraih pegangan pintu dan membukanya. Saat mengayunkan kakinya kedepan, tak sengaja gadis itu menendang sebuah kotak berukuran besar yang membuat kakinya cukup sakit. Rupanya Zahra hanya mengenakan sandal. Kapan-kapan Lo pake boot aja Za, biar aman.
"SIAPA SIH YANG NARO KOTAK DISINI? DIKIRA RUMAH GW PENITIPAN KOTAK APA!" Capslock jebol. Umpat Zahra sembari mengelus kakinya yang terasa begitu sakit.
Setelah dirasa kakinya membaik, gadis itu memungut kotak yang sempat tak sengaja ditendangnya dan membuka apa isinya. Sebuah kotak musik berwarna merah muda yang sangat cantik bertengger didalamnya. Pantas saja kaki gadis itu terasa sakit saat menendangnya. Eh, tapi, tunggu dulu. Siapa yang mengirimkan benda itu? Dan untuk siapa? Ada sebuah goresan kata yang berhasil merebut perhatian Zahra.
"Azzahra Zahira lah nama gw, tapi kan gw nggak pernah beli kek ginian, emang gw bocah?" Dari pada berlama-lama memikirkan siapa yang mengirimkan benda itu padanya. Zahra memutuskan membawanya bersama untuk mengunjungi kediaman Bagas.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Zahra menapakkan kakinya didepan sebuah rumah yang sangat indah dipandang mata, dengan cat berwarna putih bersih serta beberapa ornamen-ornamen klasik yang turut menghiasi membuat rumah itu terkesan elegan. Tangan Zahra menekan bel beberapa kali, hingga seorang wanita tua muncul dibalik pintu.
"Eh, non Zahra, mau bertemu sama Den Bagas ya?" Tanya bi Jum dengan nada menggoda.
"Nggak, Za mau ketemu sama Om Herman." Herman adalah nama ayahnya Bagas. Jawaban itu sukses membuat Bu Jum membulatkan matanya lebar.
"Mau apa toh non ketemu sama bapak?" Zahra menggeram dalam hati.
"Bagas ada?" Bi Jum mengangguk. "Yaudah saya masuk." Zahra melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah tanpa dipersilahkan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTRET PERSAHABATAN [End]
Teen Fiction[Follow dulu Author nya sebelum baca] Bercerita tentang 4 orang sahabat dengan karakter yang sangat berbeda. Berawal dari pertemuan di SMU Pandawa mereka menjadi sahabat. Mereka saling peduli antara satu sama lain, jika satu dari mereka bersedih sem...