DESTINY

256 14 4
                                    

Disini, keberadaan Kimberly sekarang. Ditempat ini. Di tepi danau, dengan teratai yang menutupi permukaan air. Menambah keindahannya. Kimberly terduduk di atas sebuah kursi panjang berwarna putih. Tengah menantikan kedatangan seseorang.

Sudah hampir setengah jam lebih gadis itu berada disana, menunggu dan terus menunggu. Hingga akhirnya yang ditunggu menampakkan dirinya.

"Sorry aku telat, jalanan macet." Ujarnya.

"Alasan yang bagus." Kimberly menyunggingkan senyum nanar.

"Loh kok alasan? Ini beneran, jalanan macet banget." Kimberly mengangguk.

Gadis itu tak lagi mau terlalu berlama-lama menanggapi.

"Apa kabar?" Tanya Kimberly.

"Kamu ngajak aku ketemu cuma mau nanyain kabar doang?" Jawabnya dengan pertanyaan.

"Itu hanya sebatas basa-basi." Tutur Kimberly. "Aku cuma lagi kangen aja sama kakak, udah lama juga kan kita nggak ngobrol kek gini."

Putra terdiam.

Laki-laki masih berusaha mencari tahu apa yang akan menjadi topik pembicaraan Kimberly.

"Gimana sama Kak Zefanya?"

Putra melongo ketika sebuah nama yang disebut Kimberly itu terdengar ditelinganya.

"Baik."

"Syukurlah..."

"Kenapa kamu nanya kek gitu?"

"Nggak, cuma lagi kecewa aja." Jawab Kimberly. Gadis itu masih tersenyum.

Membuat Putra semakin bertanya-tanya dengan tingkah gadis itu.

"Apa hubungannya kecewa sama Fanya?"

"Nggak ada sih tapi...

.... Oh iya aku mau minta penjelasan kakak. Boleh?"

"Apa?"

Kimberly mengeluarkan ponselnya. Gadis itu akan menunjukkan foto yang didapatnya dari Raline. Gadis itu benar-benar akan meminta penjelasan Putra terlebih dahulu sebelum dia akan mengambil keputusan besarnya.

"Ini." Tunjuknya.

Raut wajah kaget Putra tergambar jelas dimata Kimberly. Mungkin sekarang otak Putra sedang bertanya-tanya dari mana gadis itu mendapatkan semua ini.

Putra menatap Kimberly nanar, penyesalan yang amat dalam terpancar disana. Tapi, Kimberly mencoba untuk tidak menatap mata itu. Dia takut, dia akan menjadi lemah dihadapan Putra.

"Kakak nggak perlu tahu aku dapet dari mana." Ucap Kimberly.

Putra mengangguk. "Maaf, aku nggak ngabarin kamu dulu."

"Bukan salah kakak kok, ini salah aku."

"Kamu nggak marah?"

"Aku nggak akan pernah bisa marah sama kakak, tapi aku boleh kecewa?!"

Putra terdiam. Laki-laki bingung harus menanggapi Kimberly bagaimana.

"Kecewa itu levelnya diatas marah. Orang Marah mungkin bisa gampang buat maafin, kalo orang kecewa? Dimaafin sih... Tapi nggak tahu bakal dilupain atau nggak." Kimberly tersenyum kecut.

"Aku lagi dapet tugas kelompok sama Fanya, makanya kemarin aku abisin banyak waktu sama dia."

"Tugas kelompok, pegangan tangan ya?" Kimberly terkekeh.

Entah bagaimana dia bisa Tertawa seperti itu.

Bukan, gadis itu bukan tertawa karena hal lucu. Tapi, hadis itu sedang mentertawakan dirinya sendiri. Menertawakan kebodohannya.

POTRET PERSAHABATAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang