WHERE IS LOVE?

235 15 4
                                    

Hari yang cukup cerah untuk Minggu ini, sudah satu Minggu terakhir ini langit selalu saja mendung, menyembunyikan matahari dibalik awan gelapnya. Kimberly sedang bersiap untuk pergi ke sekolah. Gadis itu tampak rapi dengan seragam yang digunakannya. Jemarinya menari indah menyisir rambut hitam tebal miliknya yang sengaja digerai.

Setelah merasa tidak lagi yang perlu dilakukan, gadis itu berpamitan untuk segera berangkat. Rutinitas yang tidak pernah dilakukannya adalah berangkat pagi, pagi sekali. Gadis itu memanaskan mobilnya sebentar lalu melakukannya menuju luar garasi dan segera menancapkan gas menuju sekolah. Akhir-akhir ini Kimberly lebih sering membawa mobilnya. Dengan alasan, penghematan ongkos.

"Pagi Kim!"

"Pagi..."  Balas Kimberly ketika beberapa siswa yang lewat menyapanya. Tak begitu banyak, tapi cukup membuat mulut Kimberly berbusa jika harus terus menjawab sapaannya.

"Kim!"

Kimberly menoleh saat suara yang dikenalnya memanggil nama dirinya. Levin, rupanya laki-laki itu sedang berlari menghampiri Kimmy. Dengan nafas yang terpogoh-pogoh Levin mencoba untuk menyapa Kimberly, hingga membuat Kim tertawa dengan ekspresi lelah anak itu.

"Ngomong nafas dulu Napa." Kekeh Kimberly.

"Hah? Iya, mau ke kelas kan? Bareng sama gw aja." Levin menarik tangan Kimberly hingga gadis itu sedikit tersentak.

Beberapa siswa memperhatikan mereka, bukan apa, mereka taunya Kimberly itu kekasih Putra, dan sekarang? Apa yang terjadi? Kenyataannya laki-laki lain mengandeng gadis yang diketahui kekasih sang kapten basket SMU Pandawa. Kimberly melepaskan genggaman tangan Levin ketika tanpa disadari Putra lewat dihadapan mereka. Levin juga sedikit kaget dengan itu, dengan segera dia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Kim.

"K-kak!"

"Hai, saya ke kelas dulu ya." Ujar Putra dingin.

//Dingin banget mas nya kayak es batu aja!

Setelah itu Putra pergi berlalu tanpa berkata lagi kepada Kimberly, apakah Putra marah? Itu yang ada dipikiran Kimberly saat ini. Tapi kenapa? Kenapa Putra harus marah dengan ini, toh Levin hanyalah teman bagi Kimberly tak lebih dari itu. Dan selamanya akan begitu. Tapi kenyataan berkata lain. Sepertinya Putra memang marah.

Sepertinya Kimberly harus berbicara empat mata dengan Putra, ini sudah membosankan bagi gadis itu. Kemarin saat Kimberly menghampiri nya saat latihan juga Putra tidak berkata apa-apa, malah Kimberly mengobrol dengan Tama.

"Kim! Gw... Gw minta maaf, gw nggak maksud buat---"

"Santai aja kali Vin, kayak sama siapa aja."

"Yaudah kalo gitu. Ayo lanjutin." Mereka kembali berjalan beriringan menuju kelas, tapi kali ini tak ada tangan yang saling bertautan satu sama lain. Ini lebih baik.

••••••••

Seperti yang sempat terpikirkan oleh Kimberly bahwa dia harus bicara pada Putra. Terlebih lagi ini harus segera dilakukan, karena Putra hanya tinggal beberapa bulan lagi berada disekolah ini. Dan takutnya Kimberly tidak sempat lagi untuk bicara karena dia juga bulan depan akan disibukan untuk Penilaian akhir tahun.

Kimberly melangkahkan kakinya menuju kelas Putra dengan langkah ya g agak tergesa-gesa. Gadis itu menghampiri Putra yang tengah asik mengobrol bersama teman-temannya di teras kelas. Kimberly duduk disamping Putra.

Tapi, kejadian aneh terjadi. Putra malah bangkit dari duduknya dan duduk ditempat lain. Dengan demikian Kimberly ikut bangkit dan duduk kembali di samping Putra. Lagi-lagi Putra mengulang hal yang sama. Hal itu berhasil membuat Kimberly jengkel. Gadis itu kembali bangkit tapi kini bukan menghampiri Putra.

POTRET PERSAHABATAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang