"Eh Kim mana sih kok belum balik juga?" Tanya Zahra.
"Boker dulu kali dia." Jawab Raline asal.
"Sembarangan Lo kalo ngomong Ra, bukan boker tapi....." Semua menunggu lanjutan dari ucapan Hanin. "Tapi.... Be'ol."
Semua tertawa, tiba-tiba Banyu nyelonong masuk kedalam kelas dan mengambil tas milik Kimberly.
"Eh mau Lo bawa kemana tas Kim?" Tanya Raline.
"Nggak penting!" Jawab Banyu berlari.
"Pentinglah!!! Kalo Kim nyariin gimana?" Teriak Hanin.
"Ada apa sih ini? Nggak paham gua." Ucap Zahra.
Tiba-tiba sebuah benda melayang dan menimpa kepala Raline. Gadis itu meringis kesakitan. Sebuah benda jatuh, bukan benda dari langit tapi sebuah kotak semacam kado berwarna merah.
"Aduh... Sejak kapan coba pala gua jadi landasan pacu?" Gerutu Raline.
"Jidat Lo luas banget sih..." Ledek Zahra.
"Kado apaan nih?" Hanin memungut kado itu. "Untuk Bintangku 'Azzahra Zahira' lah buat Lo Za."
Zahra mengernyitkan dahi, kenapa dia sering sekali mendapatkan kiriman misterius semacam ini. Padahal dia sama sekali tidak tahu menahu soal apapun. Hanin membuka kotak itu. Didalamnya ada sebuah jam tangan branded yang harga nya sangat mahal.
"Wah... Jam tangan gila, ini mahal banget loh Za." Raline merebut jam tangan itu dari Hanin.
"Masa sih?" Tanah Zahra.
"Iya, kemarin itu gua mau beli cuma uang gua belom cukup."
"Udah-udah simpen balik aja." Titah Zahra.
"Lah Napa?"
"Gua kan nggak tahu ini dari siapa?"
"Terus Lo nggak mau make?"
"Nggak lah!"
"Sayang banget kali, mending buat gua!" Ucap Raline memakai jam tangan itu.
Dari luar seseorang berlari dan merebur jam tangan itu dari Raline.
"Apa-apaan sih Lo? Kan orang nya ngasih buat Zahra. Kenapa Lo yang pake." Celoteh Bagas
"Lah Napa Lo yang sewot? Emang ini jam Lo yang kasih Hah?" Ucap Raline.
"Iya lah..." Bagas menutup mulutnya.
"Maksud Lo?" Zahra mengernyitkan keningnya.
"Eh nggak, maksud gua... Tadi ada orang yang nitip ini sama gua! Dan dia bilang Zahra harus pake jam tangan ini." Jawab Bagas.
"Jangan percaya Za." Ucap Hanin.
"Terus siapa yang ngasih? Orangnya dimana?" Tanya Zahra.
"Udah pergi, lagian gua juga nggak tau siapa. Orang itu pake Hoodie hitam, sama pake masker jadi Mukanya nggak jelas." Semua masih menatap Bagas tak percaya. "Udah ah gua balik ke kelas aja."
∆∆∆∆∆
"Lo mau bareng gua nggak Ra?" Tawar Zahra.
Hari ini memang Raline tidak membawa serta motornya kesekolah. Karena ayahnya ada dirumah. Ayahnya tidak mengijinkan dia untuk membawa motor, alasannya masih kecil belum punya SIM.
"Lo duluan aja."
"Ya udah gua balik duluan, Nin gua cabut dulu!" Hanin mengangguk.
"Lo nggak pulang Nin?" Tanya Raline.
"Nunggu jemputan!" Jawab Hanin.
Mereka duduk di bangku here depan sekolah. Tempat anak-anak biasa menunggu angkot atau jemputan.
"Sama siapa?"
Belum Hanin menjawab pertanyaan Raline, sebuah mobil sudah berhenti didepan mereka. Seorang laki-laki keluar dari dalam mobil itu.
"Itu orang nya!" Tunjuk Hanin pada Damar.
"Hai!" Sapa Damar.
"Hai!"
"Pulang langsung atau..."
"Pulang aja." Jawab Hanin.
"Lo pacaran sama Damar Nin?" Bisik Raline.
"Nggak! Masih dalam tahap." Jawab Hanin berbisik.
"Yaudah kita duluan ya Kim!" Ucap Damar.
"Gua Raline bukan Kim!"
"Eh sorry, gua lupa lagi " damar cengengesan.
"Nggak papa!"
"Gua duluan ya Ra!" Raline hanya mengangguk.
Beberapa menit kemudian, mobil menjauh dari halte. Kini hanya tinggal Raline sendiri, ditemani desir angin dan riuhnya daun-daun yang berterbangan. Sebuah motor mendekat kearah halte tempat Raline menunggu kakaknya.
"Kamu belum pulang?" Tanya laki-laki pemilik motor. Rama.
"Kelihatannya?" Ucap Raline ketus.
"Ketus amat dah! Mau pulang bareng?"
"Nggak perlu, gua dijemput."
"Sama siapa?"
"Pacar!"
"Lo udah punya pacar?"
Raline menepuk jidatnya. "Ya sama Abang gau lah..."
"Abang?"
"Huh.... Bang Rayan." Rama hanya ber-oh ria.
Raline sangat jengah sekali dengan kehadiran Rama sisinya. Bisa-bisa nenek lampir... Ups Kata maksudnya datang lagi. Raline sama semi berusaha untuk tak menginginkan keberadaan Rama. Tapi Rama terus saja diam disana tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"Kenapa Lo nggak balik sih?" Bentak Raline.
"Gua nunggu Lo!"
"Kan gua bilang, gua dijemput Bang Rayan."
"Ya gua tunggu aja sampai Abang Lo datang." Raline tambah geram.
Tiba-tiba lantunan nada dering terdengar dari ponsel Raline.
"Hallo!"
'........'
"Hah?"
'.......'
"Banyak alasan banget sih Lo! Bilang aja mau jalan sama cewek!"
Raline mematikan Ponselnya, dan memasukkan kembali pada saku roknya. Rama menatap dengan tersenyum.
"Napa Lo senyum-senyum?"
"Nggak ada kok! Jadi Lo mau balik sama gua nggak?"
"Nggak makasih! Nanti gua di lantai lagi sama cewek Lo!" Rama mengernyitkan dahi.
"Siapa?"
"Ya cewek Lo siapa?"
"Kara? Gua udah putus kali sama dia."
Raline terlonjak mendengar ucapan Rama. Tapi, entah mengapa ada kebahagiaan tersendiri saat mendengar itu.
"Udah Lo balik sama gua aja."
"Nggak mau."
"Abang Lo nitipin Lo sama gua."
"Nggak percaya."
Ting!
Sebuah pesan masuk.
Bang Rayan
OnlineLo balik bareng Rama, gua udah nyuruh dia tadi.
14.45 WIBRead...
Raline menghembuskan nafasnya kasar. Sementara Rama? Laki-laki itu tersenyum puas.
"Ini!" Raline mengambil helm itu.
∆∆∆∆∆
KAMU SEDANG MEMBACA
POTRET PERSAHABATAN [End]
Fiksi Remaja[Follow dulu Author nya sebelum baca] Bercerita tentang 4 orang sahabat dengan karakter yang sangat berbeda. Berawal dari pertemuan di SMU Pandawa mereka menjadi sahabat. Mereka saling peduli antara satu sama lain, jika satu dari mereka bersedih sem...