BUKAN akhir

321 14 1
                                    

"Lo lagi ngapain disini?"

Levin mendongak, begitu juga Kimberly yang langsung mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

.
.
.
.
.
.
.

"Vin!"

Levin berbalik ketika dirasa ada seseorang yang memanggil namanya. Rupanya Kimberly tengah berlari menuju ke arahnya.

"Vin, gw minta maaf ya soal kejadian Minggu lalu." Ujar Kimberly dengan nafas yang tersengal-sengal.

Levin hanya tersenyum tipis.

Siapapun pasti tidak akan pernah menyangka, ketika sebuah perpisahan terjadi tanpa kehendak kita. Terjadi begitu saja, tanpa kita harapkan. Tapi itulah konsekuensi dari sebuah pertemuan bukan?

"Santai aja kali, Kim, bukan salah Lo juga." Levin duduk dikursi tak jauh dari sana, diikuti Kimberly.

"Lagian gw juga udah muak sama hubungan Gw." Lanjutnya.

"Maksud Lo?"

"Gw nggak akan nyatain perasaan gw sama Lo waktu itu, kalo gw masih sayang sama dia."

Kimberly terdiam, tubuhnya tiba-tiba membeku. Walaupun Laki-laki didampinginya telah berkata bahwa ini bukanlah kesalahannya, tapi hati dan pikirannya terus mengatakan ini semua salahnya.

"Lo lagi ngapain disini?"

Levin mendongak, begitu juga Kimberly yang langsung mengalihkan pandangannya pada sumber suara.

"Lo ngapain disini?" Tanya Levin balik.

"Harusnya gw dong yang nanya." Sahut gadis yang baru saja datang itu.

"Tadi Lo udah nanya, kan? Giliran gw lah." Gadis itu memutar bola matanya malas.

Sudah bersama sejak satu tahun terakhir rupanya tak membuat gadis itu mengenal Levin jauh. Tapi gadis itu tahu jika Levin memang lebih senang bersikap seperti ini.

"Gw cuma lewat, terus nggak sengaja liat Lo disini sama cewek ini." Tunjuknya pada Kim.

"Jauhin jari Lo, dia Kim."

"Lo pikir gw nggak tahu?"

"Baguslah kalo Lo udah tahu."

Sumpah saat ini Kimberly tak mengetahui apapun yang sedang terjadi dihadapannya. Tapi dia kesal dengan sikap Levin pada kekasihnya sendiri.

"Lo tuh nyebelin banget sih, udah nggak ada kabar, kalo gw ajak ketemu ngehindar, terus sekarang gw liat Lo sama dia." Gadis itu kesal.

"Gw abis ngerjain tugas."

"Tugas apa?"

"Jagain dia." Kimberly melongo dengan jawaban yang terlontar dari mulut Levin.

Seringan itukah dia berkata? Astaga... Anak ini.

POTRET PERSAHABATAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang