Entah sudah berapa banyak hari yang Kimberly lewati tanpa kehadiran Putra dalam keseharian nya. Yang pasti, sama sekali tidak ada kabar dari Putra. Kecemasan hebat sempat melanda dalam diri Kimberly. Apalagi setelah kejadian beberapa hari dengan sikap dingin Putra kepadanya, hingga rasa cemburu Kimberly atas kedekatan Putra dengan Zefanya.
"Putra kok nggak ada kabar ya Ra?" Tanya Kimberly.
"Ya mana gw tau." Jawab Raline cepat.
Kimberly hanya menatap gadis itu jengah, dia sama sekali tidak memperhatikan Kimberly berbicara. Gadis itu hanya sibuk mengunyah makanannya, tanpa memperdulikan kekhawatiran sahabatnya sendiri.
"Ra... Stop dulu dong makannya! Dengerin gw dulu." Rengek Kimberly. 'Kimmy manja banget sih kamu'
"Dari tadi juga gw denger Kim. Orang telinga gw, nggak dipake buat ngunyah." Zahra terkekeh geli mendengar jawaban Raline.
"Ra... Ra, Lo tuh ya, temen lagi susah juga masih aja bisa bercanda." Ujar Zahra disela-sela tawanya.
"Harus..."
"Tau akh." Kimberly hanya memalingkan wajahnya kesembarang arah, asalkan tidak menatap teman laknat macam Raline. Tak berperikemanusiaan pikir Kimberly. Bukannya menghibur, malah sibuk makan, gimana badan nggak melar terus.
Tak lama itu, datang titisan, maksudnya, Hanin dari pintu masuk kantin, (ya iyalah, orang tuh anak baru nongol). Dengan mata sembab, serta derai air mata yang masih membanjiri wajah cantiknya. 'nggak bikin danau sekalian, mbak?'
"Kimmy..." Hanin datang dengan mata yang sembab.
Gadis itu menghambur kedalam pelukan Kimberly, tak mempedulikan berapa banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya saat ini. Ketiga temannya hanya bisa menatap aneh dengan tingkah laku gadis satu ini. Raline berusaha mengacuhkannya yang sedang sesegukan tanpa sebab yang diketahui dengan melanjutkan aktivitas makan siangnya.
"Ra! Ra! Woy!!!"
Kimberly menggoyangkan tangan Raline yang sedang mengambil gelas minumnya hingga membuat semua isinya tumpah diatas rok abu-abunya. Semburat merah penuh amarah terpancar sempurna, tapi dengan berbaik hati Zahra segera membersihkannya. Sementara itu rasa marah masih menyelimuti Raline, tapi Kimberly tak peduli, saat ini perhatiannya terfokus pada Hanin yang sedang menangis dalam dekapannya.
"Makanya, stop dulu Napa, makan Mulu." Ujar Kimberly.
"Lo kenapa sih Nin?" Tanya Zahra, sembari masih membantu Raline membersihkan roknya.
"Patah hati mungkin."
Bukan Hanin ya... Tapi mulut lemes Raline yang ngomong.
Kimberly menoyor pelan kepala Raline. Tatapan tajam, nan membunuh dikeluarkan Raline sebagi senjata, tapi Kimberly sama sekali tidak takut dengan itu, justru gadis itu membalasnya dengan tatapan lebih membunuh.
"Ck... Bukan muhrim, Jan pada liat-liatan gitu. Kasihan tuh Hanin." Ujar Zahra. "Lo kenapa Nin?... Coba cerita sama kita."
"Iya Nin, Jan nangis Mulu Napa, malu tau." Tambah Kimberly.
"Kemaren hiks~ Lo ju-gga nangis hiks~."
Kimberly cengengesan, benar kata Hanin, kemarin juga dirinya menangis dalam dekapan Hanin. Eits... Tapi beda lah, Kimberly menangis didalam kelas sehingga hanya teman-teman sekelasnya yang mengetahui. Berbeda dengan Hanin ini, dikantin bukannya makan malah nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTRET PERSAHABATAN [End]
Teen Fiction[Follow dulu Author nya sebelum baca] Bercerita tentang 4 orang sahabat dengan karakter yang sangat berbeda. Berawal dari pertemuan di SMU Pandawa mereka menjadi sahabat. Mereka saling peduli antara satu sama lain, jika satu dari mereka bersedih sem...