~51-(Hari Keenam)~

206K 11K 601
                                        

°°Bagaimana ingin bertahan, disaat yang dipertahankan ingin berlari meninggalkan.°°


***


Namanya rindu. Dia penyakit berbahaya jika tidak ada obatnya. Karena rindu akan menyerang paru-paru, detak jantung dan juga pikiran seseorang. Dan rindu hadir karena sebuah jarak yang tercipta. Jika tidak segera diobati akan terjadi sesak di dalam hati sang perindu. Mungkin seperti itu.

Dan begitu pula yang dirasakan seorang gadis yang tengah melamun di ruang makan sendirian. Dia meletakan kepalanya di meja lalu memejamkan matanya. Berusaha menghilangankan sebuah perasaan aneh yang menghimpit dadanya.

"Mefla, kamu bikin kue ?"

Suara itu membuat dia membuka matanya lalu berdiri menghampiri Mamanya. Dia berjalan menuju dapur dengan wajah muram.

"Iya. Mefla yang bikin kuenya, Ma." Jawab Mefla yang kini sudah ada di samping Mamanya.

"Tumben kamu bikin kue, buat siapa kuenya?" Tanya Nesa kepada anaknya dengan senyum menggoda.

Mefla tertawa pelan, menertawakan dirinya sendiri lebih tepatnya.

"Mefla bikin kue buat Billy," ujar Mefla dengan jujur.

"Bikinnya kok sedikit sih? Mama nggak kebagian dong," gurau Nesa sambil menatap Mefla dengan wajah yang dibuat sedih.

"Sedikit juga belum tentu Billy mau makannya, Ma." Gumam Mefla.

"Lagian kan kue buatan Mama lebih enak," lanjut Mefla sambil menyusun kue-kue itu di kotak makan miliknya.

Mama menatap Mefla dengan senyum tipisnya.

"Ma, besok hari terakhir kita di Indonesia ya?" Tanya Mefla dengan senyum kecutnya.

"Kita bisa ke Indonesia lagi, tapi setelah kamu selesai kuliah, Mefla." Ujar Mama berusaha memberi secuil harapan pada anaknya.

Mefla menatap Mamanya dengan wajah sendu, "Mefla nggak bisa kuliah di sini aja?"

"Nggak bisa, sayang. Kamu harus nurut sama omongan Papa ya?"

"Tapi, Ma-"

"Mefla, dengerin Mama. Apapun yang dilakukan sama Papa itu buat kebaikan kamu. Mungkin cara Papa salah, tapi kamu harus tau satu hal. Papa cuma mau membagi waktunya buat kamu sama Aci. Kamu selama ini tau kan? Papa kerja di luar negeri. Dia nggak pernah ada waktu buat kamu kan? Kamu juga harus menghargai perasaan Papa kamu. Dia sayang sama kamu," jelas Mama sembari membelai lembut helaian rambut Mefla.

"Kenapa Papa nggak kerja di Indonesia aja? Kenapa harus jauh-jauh di London?"

"Papa kamu meneruskan perusahaan kakek, Mefla. Saat Kakek meninggal, beliau memberi amanah sama Papa untuk itu. Kamu harus tau, Papa selama ini bekerja keras buat bangkitin perusahaan itu lagi yang hampir bangkrut. Mungkin selama ini kamu berfikir kalo Papa sama Mama pergi hanya untuk uang. Bukan kayak gitu, selama ini Papa selalu menguras tenaganya untuk membangkitkan lagi perusahaan peninggalan kakek. Sedangkan Mama hanya bisa menyemangati Papa kamu. Disaat dia lelah, dia hampir putus asa, Mama harus mengkuatkan Papa kamu, sayang." Jelas Mama dengan wajah yang sudah berkaca-kaca.

Mefla memeluk Mamanya erat. Dia salah selama ini. Semua pemikirannya salah besar.

"Maafin Mefla, Ma." Lirih Mefla.

Nesa melepaskan pelukan Mefla lalu menghapus air mata yang kini sudah membasahi pipi Mefla. Entah sejak kapan.

"Kamu nggak perlu minta maaf sama Mama. Kamu minta maaf sama Papa ya? Kasian dia, mungkin Papa kamu sakit hati sama ucapan kamu."

My Cold Ketos✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang