part 20

16 8 0
                                    

Tanggal 20 Januari 2014, Garuda Indonesia mendarat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Bandara Internasional Adisutjipto.

"Iya mah, emang udah selesai ujian. Tapi aku masih ngurus urusan yang lain. Pokoknya masih sibuk. Baru bisa pulang bulan Mei." Jelas gue melalui video call pada mamah.

"YaAllah itu lama banget, Shena." Desah mamah gue. Wajahnya kecewa.

"Ih ih, lebay banget deh. Orang aku baru ke Jakarta sebulan yang lalu. Mamah juga ngusir ngusir aku suruh kuliah. Sekarang udah kangen lagi aja."

Mamah tertawa dari Jakarta. Gue menjulurkan lidah meledek mamah dari Jogjakarta.

"Udah ah aku mau date dulu sama pacar." Kata gue dan kalimat mamah mengakhiri video call kami, "Entah hari ini atau besok, ada kejutan, Shen."

Gue membaca pesan yang masuk dari Gibran.

"Aku udah di bawah." Katanya.

Dengan cepat gue pergi menuju lift tanpa berpamit pamitan dengan Alena karena ia sedang tour ke Malang dengan keluarganya. Menikmati liburan semester ganjilnya.

"Halo, selamat malam!" Sapa gue dengan penuh semangat saat melihat Gibran di lobby utama apartemen. "Hey! Yuk jalan." Katanya sembari menggenggam tangan gue jalan menuju pintu keluar apartemen.

Tujuan gue dan Gibran malam itu adalah pameran yang diadakan oleh seluruh fakultas di universitas gajah mada.

Sampai di parkiran univ, gue langsung turun dari mobil. Lebih dulu berlari untuk mendatangi stan bazar makanan hingga seseorang menyenggol bahu gue. Salah. Gue menabraknya.

"Sorry." Kata gue dengan cepat kepada orang di hadapan gue. Berniat langsung pergi setelah meminta maaf adalah rencana awal gue.

Hingga mata orang itu balik menatap mata gue.

Terasa familiar.

Dan ia menyunggingkan senyumnya pada gue.

"Hey." Sapanya. Gue terkejut saat menyadari siapa yang gue temui itu. "Ratu? Sejak kapan lo di Jogja?" Tanya gue dengan nada bingung. Niatnya ingin bertanya dengan nada senang dan antusias.

Hingga Gibran datang menyusul gue. "Kayak the flash lo, Shen. Cepet banget. Ke fakultas dulu bentar, ya? Temenin gue?" Kata Gibran yang langsung memegang lengan gue.

Sampai seseorang memanggil namanya, "Gibran?" Gue terkejut. Bukan karna Ratu memanggil nama pacar gue. Tapi karena Ratu mengenalnya.

Gibran mengarahkan mata dan kepalanya pada wanita yang sedang berada dihadapannya dan dihadapan gue. Raut wajahnya seakan sedang mengingat ingat siapa wanita tersebut. Hingga dengan sukarela wanita itu memperkenalkan diri,

"Gue Ratu. Keluarga lo sering ke Jakarta buat bisnis sama bokap gue." Kata Ratu dengan raut wajah bahagia. "Oohh Ratu, iya iya, baru ingat. Sorry sorry." Jawab Gibran yang juga antusias.

Atmosfer ini juga familiar. Entah menghilang sebelum disingkirkan atau disingkirkan sebelum sempat menghilang. Gue tidak bisa memilih. Gue hanya diam di tengah tengah obrolan asik mereka hingga gue mendengar Ratu berbicara,

"Oh iya, tadi lo mau ke fakultas kan? Sama gue aja gimana? Shena kayaknya tadi buru buru banget mau ke stan makanan." Entah opini atau menyuruh. Gue menganggukan perkataan Ratu. "Iya, gue laper banget. Sorry Gib, ga bisa nganter lo ke fakultas."

Kemudian, dialog terakhir yang gue dengar sebelum mereka berjalan semakin jauh adalah, "Inget ga dulu waktu lo nginap di rumah keluarga gue...."

Gue berjalan lunglai di sisi sisi stan hingga gue sampai pada stan paling ujung. "Eh eh, minum dulu sini minum."

Beberapa laki laki yang sepertinya senior memberikan satu gelas minuman pada gue. Gue meminumnya, dan minuman itu berhasil membuat pikiran gue malayang layang.

Bagaimana jika Ratu merebut Gibran dari gue?
Atau bagaimana jika Gibran jatuh pada pesona Ratu?

Gue merasa sangat pusing. Seisi dunia seperti sedang porak poranda.
Hingga akhirnya,

"Woy woy!"

Semua terasa gelap.

BreachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang