"Shenina Zumaira Althaf." Seseorang membaca nama panjang gue dari sebuah buku tulis bertema ben10 yang ada di genggamannya. Gue mendongakkan kepala gue dari ponsel menuju orang tersebut.
"Selamat ya, geografi lo 100." Lanjutnya sembari mengulurkan buku tulis tersebut pada gue. Tapi tangan gue enggan menerima uluran itu, sampai Alam melempar buku itu pada kursi di samping gue. "Tadi kelas gue ngoreksi tugas geo kelas lo." Alam kembali melanjutkan kalimat ketiganya.
"Oh."
Hanya itu respon yang ada di otak gue. Gue mengambil buku yang tergeletak di bangku samping gue kemudian pergi dari hadapan Alam.
Mari kita perjelas suasana hati gue sebelum hari itu.
Ardarian Tarupa Putra. Adalah laki laki yang selanjutnya mencoba mendekati Ratu. Tapi cara pendekatannya unik. Selalu datang di pagi hari untuk memberikan susu ultra. Kadang youghurt dan kadang juga kopi.
Waktu itu, sebagai laki laki yang sudah benar benar jatuh hati dengan Ratu, ia pergi menemui sahabat Ratu. Arda mendatangi gue. Saat itu adalah pukul 16.57. Sudah lewat 1 jam 57 menit dari bel pulang sekolah. Hanya sedikit orang yang masih bersemedi di sekolah. Dan salah satunya adalah gue.
Saat itu gue sedang mengisi mading sekolah. Arda memanggil gue dan bertanya mengenai Ratu.
Dan saat itu respon gue adalah, "tapi Ratu kan pacar Alam. Lo ga ada peluang kalo sekarang. Tunggu aja sampe mereka putus."
Dan baru itu gue tahu, kalau Arda ternyata punya otak psikopat. Arda menyekik gue. Arda menyekik gue dengan sangat kencang. Ia benar benar membuat gue merasa akan mati saat itu.
Tubuh gue panik namun juga kaku. Mgikuti irama cekikannya, tubuh gue berjinjit keatas. Saat itu gue benar benar panik dan lupa caranya menarik napas. Sampai akhirnya Alam datang dan menghajar Arda dengan satu pukulan di rahang laki laki itu.
Membuat bekas biru yang membuktikan kerasnya pukulan tersebut. Alam melontarkan kata kata kasar kepada Arda. Emosinya tumpah ruah.
Tidak ada air mata. Tapi gue merasa jantung gue berdetak tidak stabil. Mungkin karena takut. Mungkin juga karena Alam membela gue.
Alam menarik lengan gue menuju tempat parkir di sekolah. Mengeluarkan kalimat bernada panik saat melihat memar kecil yang terlukis di lingkaran leher gue. Matanya terpatri pada luka gue. Menyentuh titik memar di leher gue dengan jemari tangannya.
"Gue gapapa." Kata gue sembari menjauh saat jemari jemari Alam mulai mengusap lembut bagian memar di leher gue. Alam tidak berbicara sepatah katapun pada gue. Namun rahangnya begitu mengeras. Seakan emosinya sudah terkalut kalut ingin meledak sejadi jadinya.
Apa yang ditutupi Alam? Perasaannya yang seperti apa? Semua pertanyaan dengan jawaban mungkin dan tidak mungkin bersarang di otak gue.
Dia pacar Ratu. Adalah kalimat yang terus terusan gue ucapkan saat kembali dari parkiran menuju mading sekolah.
Dan di hari selanjutnya, tanpa komando gue terus menjauhi Alam. Mungkin Alam menyadarinya. Tapi tidak mungkin peduli. Karena gue bukan contoh wanita yang bisa mendapatkan kepedulian seorang Alam.
Jadi ini jawabannya. Bahwa Ratu tidak memiliki gebetan lagi selain Alam. Hingga kelulusan sma gue tiba. Ratu masih memiliki Alam.
But this is the best part. When i came to the prom night. With no one. Even my maybe-best-friend came with her lover, I was still came alone. But I was told you, it is best part.
Seorang MC bertubuh sangat besar, namanya Rico. Satu satunya pria bertubuh bugar di angkatan gue. Rico mencuat cuat di atas panggung. Menceritakan pengalaman lucunya selama berada di senior high sebelum akhirnya menyebutkan nama nama yang mendapatkan berbagai macam angket dari rembukan bersama.
Dan gue mendapatkannya. Menjadi seorang ratu prom. Mendampingi Alam sebagai king prom.