part 10

23 9 0
                                    

"Ngapain?" Tanya gue tanpa basa basi. "Gatau. Kok lo ada di apartemen Alena?" Tanya Alam balik. Dan gue dengan bodohnya merasa malu karna jawaban Alam.

Gue membuang pikiran gue yang menyalahkan Alena atas kedatangan Alam yang gue kira akan mengusik gue.


"Nih, martabaknya Alena." Kata Alam menyodorkan kotak persegi panjang berisikan martabak. "Lo part time?" Setelah gue bertanya, gue kembali merasa bodoh.

Kenapa juga gue nannya sih?!

"Iya, jadi martabak delivery." Gue hanya mengangguk angguk sambil membuang muka ke sembarang arah. "Oh. Yaudah sini, nanti gue kasih Alena."

"Nih. Tolong ingetin dia, jangan lupa baca mulut, makannya pake bismillah. Yaudah, gue pulang dulu ya. Makasih." Alam pergi dari hadapan gue setelah memberikan sebungkus martabak itu pada gue.

"Jangan lupa baca bismillah, makannya pake mulut." Gue bersuara sendiri membenarkan kalimat aneh Alam sebelumnya.

Sembari menutup pintu apartemen, gue menaruh kotak martabak dengan sedikit rasa tidak terima. Entah apa alasan gue mengambek. Tapi gue kesal dengan Alam.

Sekarang apa? Taruhan lagi sama temennya?! Buat dapetin Alena?

Kenapa harus Alena sih?!


Gue masuk ke dalam kamar. Mencoba melupakan hal yang baru saja terjadi pada gue dan Alam.

Hampir setengah jam gue melamun tidak jelas. Malah semakin memikirkan Alam dan menghayal bagaimana jika Alena benar benar berpacaran dengan Alam.

Kemudian, suara pintu menyadarkan gue akan lamunan yang benar benar ngawur itu. Gue keluar dari kamar, menemukan Alena yang masih dengan seragam ospeknya.

"Yaampun, Len. Gila lo ya? Lo ga malu apa jalan jalan pake baju ospek kayak gitu? Oon banget lo ya? Gue kira lo bawa baju ganti." Oceh gue sembari jalan mendekati dirinya. "Berisik lo ah. Gue juga kenal dia baru hari ini. Bagus lo ga gue suruh suruh bawain baju ganti buat gue." Jawabnya sambil melepas kaus kaki putih setinggi dengkul.

"Oh iya, lo tau Alam masuk ugm, Len?" Tanya gue, kemudian Alena mengangguk. "Nama dia kan ada di list group sma kita. Dia lulus tes sbm." Alena bersuara sembari jalan menuju bar kecil dekat dapur.

"Kok belom di makan martabaknya?" Alena mengeluarkan kotak martabak dari kantung plastiknya. "Lo dulu aja. Oh iya, kalo mau makan jangan lupa baca bismillah, makannya pake mulut." kata gue menjalankan amanat dari Alam.

"Apaan sih? Gaperlu dikasih tau gue juga udah tau kali." Alena terkekeh. "Itu pesan Alam", jelas gue lalu gue melihat wajah Alena yang mesem mesem, pasti merasa senang dengan kelucuan Alam. Karena dulu, Ratu sering memunculkan ekspresi wajah seperti itu juga. Tapi tiba tiba, Alena bersuara agak kencang, "Ih gue ga suka cokelat."

Gue menghampiri Alena, melihat isi dari kotak martabak tersebut.

2011
"Shena!" Ratu setengah berlari mengejar gue yang sudah nyaris masuk ke dalam angkutan umum.

"Jangan pulang dulu dong. Temenin gue makan yaa? Please..." Ratu memohon pada gue. Kala itu, gue tahu ia sudah ada janji dengan Alam. Tapi entah kenapa gue tidak menolak untuk menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.

Mungkin pikir gue saat itu, hanya makan siang.

"Lo mau pesen apa, Shen?" Tanya Alam setelah ia mengambil kertas pesanan beserta dengan penanya.

"Martabak triple chocolate." Jawab gue. "Aku spaghetti carbonara!" Susul Ratu dengan antusias. "Minumnya apa?" "Air putih aja." Kata gue yang kemudian diisi 3 buah oleh Alam.

"Oh iya, Lam!" Panggil gue ketika Alam jalan menuju meja pesanan. "Basenya greentea dong." Kata gue. "Base apanya?" "Base martabak."

Alam menunjukkan wajah bingungnya. Yang membuat gue akhirnya menghampirinya ke meja pesanan. Dan meminta sendiri kepada pelayan untuk membuatkan martabak triple chocolate dengan base greentea.

"Nanti ompong makan cokelat banyak banyak." Kata Alam setelah gue selesai berbicara pada pelayan. "Gapapa. Yang penting waktu ompong masih bisa makan cokelat."

Hei Alam, sebenernya malam itu gue sangat berharap martabak yang lo kasih benar benar untuk gue. Hehe.

BreachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang