Part 27

9 1 1
                                    

"Masuk, Shen." Teriak Alam yang sudah membukakan pintu mobilnya dari dalam. Gue berlari masuk ke dalam mobilnya, dan membasahi jok mobilnya. "Sorry jok mobil lo basah." Kata gue dengan suara sengau.

Alam hanya mengangguk kemudian mengambil sesuatu di jok tengah mobil. Ia menaruh paper mini bag McDonald's di pangkuan gue, "Tuh makan." Katanya sebelum akhirnya kembali menjalankan mobilnya.

"Ini buat siapa?" Tanya gue. "Ya buat lo lah, masa gue kasih lo tapi buat anjing gue." Jawabnya. "Maksud gue, tadinya ini buat siapa?" Gue mengulang pertanyaan gue. "Makan aja, ga perlu mikirin sejarahnya."

Gue menatap paper mini bag yang ada di pangkuan gue sekilas lalu kembali menatap Alam, "Thanks ya, Lam." Alam hanya mengangguk - anggukkan kepalanya. Gue membuka kantung tersebut, lalu Alam sedikit mengencangkan volume radionya. "Sorry gue gaada jaket." Katanya sembari mengatur temperatur suhu mobilnya.

"Lam, mampir dulu." Kata gue setelah mobil Alam sampai di lobi apartemen. "Setuju." Jawabnya sebelum melajukan mobilnya menuju basement.

Gue dan Alam keluar dari mobil, memasuki lift yang mengantar pada lantai 22. Sesekali tangannya bergesekan dengan tangan gue. Menimbulkan sambaran aneh yang membuat jantung gue terpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya.

Sampai di lantai 22, gue jalan mendahului Alam, mengetuk pintu apartemen gue yang kemudian menampilkan Ratu. "Astaga, Shen, kok bisa basah kuyup gini, sih?" Tanya Ratu yang langsung masuk ke dalam apartemennya, mengambilkan handuk piyama untuk gue.

"Gapapa, tadi gue keujanan." Jawab gue. "Gue mandi sebentar ya." Kata gue pada keduanya. Ratu dan Alam.

Alam mendudukkan diri di sofa ruang tengah lalu Ratu mengikutinya. "Lam, tau ga hari ini hari apa?" Tanya Ratu setelah tubuhnya ikut mendarat di sofa ruang tengah. Alam mengecek layar ponselnya untuk sekedar melihat tanggalan, kemudian ia terkekeh.

Ratu tersenyum, "Padahal satu tahun yang lalu, kita masih anniversary yang ke tiga. Harusnya tahun ini yang ke empat." Kata Ratu. Alam hanya bersuara dalam hati, harusnya ga ada anniversary apapun, Ra.

"Waktu cepet banget berlalu ya, tapi perasaan gue tetep gini - gini aja." Ratu kembali bersuara. Ia memegang tangan Alam lalu mengusapnya pelan, "Gue kangen lo, Lam." Katanya. Alam menarik tangannya dari Ratu, "Gue ga bisa kayak dulu lagi, Ra." Alam bangkit dari duduknya, "Sorry gue harus pulang, bilang ke Shena gue pamit." Katanya sebelum pergi dari apartemen Shena.

Ratu mengetuk pintu kamar gue, "Shen, barusan Alam pulang. Dia ga sempet pamit sama lo." Teriak Ratu. "Oh, oke." Jawab gue yang masih berada di dalam bilik kamar mandi, di dalam kamar gue.

Gue keluar dari kamar mandi, duduk di depan meja rias sembari mengeringkan rambut. Lalu gue mendengar ponsel gue bergetar. Gue mengambil ponsel tersebut, lalu melihat nama Alam di sana. "Halo?" Sapa gue lebih dulu.

"Ke rooftop." Kata Alam singkat, namun membuat gue langsung berlari menuju lemari dan berpakaian secepat mungkin. Gue berlari keluar kamar, beralibi ke mini market pada Ratu.

Gue berlari menuju lift, menekan tombol lantai teratas dan menemukan Alam yang tengah berdiri membelakangi gue, menghadap pemandangan kota.

Alam membalikkan tubuhnya saat gue berjalan ke arahnya, berlari sedikit lebih cepat, lalu memeluknya. Gue memeluknya. Tangan Alam perlahan membalas pelukan gue, salah satu tangannya bergeser dari punggung mengusap pangkal kepala gue. "Sorry karena Gibran nyakitin lo."

BreachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang