Gue menekan semua tombol lift yang ada di dekat gue. Berharap salah satu dari empat lift ada yang langsung terbuka untuk gue masuk kedalamnya.
Kaki gue melangkah keluar dari lift yang membawa gue pada rooftop apartemen. Ini adalah kali pertama gue pergi ke rooftop apartemen karena sebuah keresahan.
Sebenarnya, gue sedikit bersyukur ada tempat seperti itu di sana. Setidaknya, pemandangannya membuat suasana hati gue selalu lebih baik dari sebelumnya. Anyway, tidak selebay itu sih.
Gue berjalan menuju tepi rooftop yang menampilkan seperempat kota Jogjakarta. Matahari masih unjuk diri di langit. Gue melirik jam dinding di dekat lift yang menunjukkan pukul 3 sore. Agak sedikit mendumel karena Alam datang tanpa memberi kabar dahulu.
Tapi, kalo beri kabar juga untuk apa ya? Ujung ujungnya gue juga tetep kabur dari apartemen.
Hampir dua jam gue berdiam diri di tempat itu. Mulai dari pikiran gue yang merasa resah hingga tidak ada apapun yang berkecamuk di otak gue, gue tetap berdiam di sana. Hingga gue merasa ingin kembali ke apartemen gue, pikiran resah kembali membuncah di kepala.
Gue berjalan keluar lift setelah turun dari rooftop menuju lantai 22. Berdiam di depan pintu apartemen, mendengar suara tawa Ratu yang tidak kedap suara dari dalam. Dan kaki gue kembali melangkah menuju lift untuk kembali ke singgahan gue sebelumnya. Ternyata gue belum terlalu lama bersemedi di atas, pikir gue saat itu.
*
Alam keluar dari pintu apartemen dengan ponsel di genggamannya. "Senang akhirnya bisa ketemu lo lagi, Lam." Kata Ratu yang mengantar Alam hingga ke depan pintu apartemen. Alam tersenyum merespon omongan Ratu, "kalo gitu gue balik dulu ya, Ra."
Alam jalan menuju lift namun tidak sengaja melihat seorang wanita dengan tubuh yang sangat familyar memasuki salah satu dari empat lift yang ada di sana. Alam berlari sedikit mengejar, tapi pintu lift lebih dulu tertutup.
Alam memerhatikan layar di atas pintu lift yang menunjukkan tujuan lift itu. Sebenarnya dia tidak yakin dengan pikirannya, tapi apa salahnya memastikan?
Pintu lift terbuka untuknya. Alam masuk dan menekan lantai teratas di apartemen tersebut. Pikirannya sedikit tidak tenang. Tanpa dia sadari, ia mulai berharap kalau wanita yang sekilas ia lihat tadi adalah benar Shena.
Pintu lift terbuka. Membuat Alam sedikit menahan napas panik, tiba tiba merasa nervous kalau wanita itu benar benar Shena. Ia kembali teringat setiap detik pada kejadian kemarin malam.
Alam membuang napasnya pelan - pelan. Berusaha meredakan rasa salah tingkahnya.
Ia berjalan keluar lift dan tidak menemukan siapa siapa di sana. Tidak selain satu wanita yang sedang membelakanginya. Wanita itu berdiri di tepi rooftop, menyandarkan diri pada sanggahan kaca yang berfungsi sebagai pagar balkon.
Kaki Alam terus melangkah menuju wanita itu sampai jaraknya kurang dari dua meter dengan wanita tersebut. Saat itulah, Alam yakin bahwa wanita di hadapannya benar benar wanita yang ia harapkan.
"Di tungguin lama lama, taunya ada di sini."