part 25

23 2 4
                                    

Gue memutar balikkan tubuh, sangat terkejut dengan apa yang gue lihat. "Eh, Lam." Gue membenarkan posisi berdiri yang semula menyender di pagar rooftop. "Kok lo tau gue di sini?" tanya gue sedikit kaku.

"Makanya itu, Shen. Harusnya dari tadi sore gue kesini." Alam menyenderkan tubuhnya di pagar kaca, matanya menelaah setiap sudut kota yang terlihat dari atas rooftop.

Gue tidak menjawab lagi, hanya ikut menikmati pemandangan yang tertangkap dari atas balkon.

"Dari jam berapa lo di sini Shen?" Tanya Alam, gue menoleh sedikit menatapnya lalu kembali melihat pemandangan di depan gue, "Baru kok. Baru banget."

"Sebelumnya ke mana?" Tanya Alam lagi, gue diam sedikit berpikir, namun tidak tahu ingin menjawab tempat apa, "Mau tau aja lo." Jawab gue akhirnya.

Alam membenarkan posisi berdirinya, menghadapkan tubuhnya pada gue yang sedang berdiri di sampingnya. "Gue ke apartemen lo dari jam 3 sore tadi. Gue bawain Chattime. Tapi tadi pas gue ke sana gaada lo. Kebetulan gue cuma beli satu Chattime." Jelas Alam yang sebenarnya menggantung tapi gue sudah tahu seperti apa penyelesaian kalimatnya.

"Gue lagi ga pengen Chattime." Jawab gue berusaha menahan bayangan gue yang sedang meminum Chattime.

Alam mendesah, "Kalo gitu tadi waktu Ratu nannya itu Chattime buat siapa gue bilang aja buat dia ya?" Gue sedikit menyunggingkan senyum, namun tidak ingin merasa kepedean, gue memastikan, "Hah? Gimana maksudnya?"

"Tadi gue bilang gini ke Ratu, 'Sorry Ra, tapi Chattimenya buat Shena. Gue ga tau kalo lo lagi di sini. Sorry ya.' Gitu." Jelas Alam dengan sangat amat jelas dan konkret.

"Terus tadi ngapain lama banget di apartemen gue?" Tanya gue sedikit mengintrogasi Alam. Gue juga terkejut dengan kekeceplosan mulut gue saat itu. Tapi maklum, gue sadar kok saat itu gue emang cemburu, ??*$#

"Ooh itu, gue ngobrol - ngobrol aja. Melepas rindu karena udah lama ga ketemu mantan." Seketika kepala gue panas, entah Alam sedang mengompori gue atau apa. Intinya, gue kesal dengan jawabannya.

"Terus dia bikinin apa buat lo? Di apartemen gue kan gaada makanan." Tanya gue lagi. "Ada kok. Dia ngangetin sup gitu dari kulkas. Kayaknya itu sup yang gue beli semalem buat lo deh..." Jawab Alam sambil menyipitkan kedua matanya.

Gue hanya tersenyum merespon jawaban Alam. Hingga Alam kembali bersuara, "Terus ternyata gue masih laper. Tadi supnya hambar. Apalagi makannya sama Ratu. Makin hambar." Gue menaikkan sebelah alis gue, "Terus?"

"Makan sate yang di Jalan Bhinneka Tunggal Ika itu, yuk?" Tanpa menunggu persetujuan dari gue, Alam langsung menarik tangan gue menuju lift dan membawa gue menuju basement. "Gue kenyang." Jawab gue saat dia menarik tangan gue menuju pespanya. "Gue ga nannya."

"Gue ga mau makan."

"Gue mau makan."

"Yaud..." Belum selesai gue bersuara, Alam langsung memotong omongan gue, "Sama lo, Shena. Gue mau makan sama lo pokoknya. Terserah lo mau makan atau engga. Tapi harus temenin gue."

Alam menyuruh gue untuk naik ke pespanya. Entahlah, gue juga sebenarnya lapar. Tapi setelah gue ngomong seperti tadi ke Alam, rasanya malu untuk pesan makan nanti.

Gue dan Alam menelusuri Jalan Kaliurang ditemani langit yang sudah mulai menggelap dengan warna ungu tua bercampur merah muda. Memasuki Jalan Bhinneka Tunggal Ika, gue dan Alam berhenti pada tenda penjual sate ayam di tepi jalan.

"Sate ayamnya 20 tusuk, lontongnya dua porsi, sama es teh manis dua ya, Pak." Alam memesan ketika gue dan dia baru akan memasuki tenda sate. "Gue mau." Kata gue dengan cepat. "Hah?" Tanya Alam yang tidak mendengar suara gue.

"Mau" Kata gue sangat pelan hingga Alam mendekatkan telinganya pada gue, "Apa?" Tanyanya. "Mau" Jawab gue tetap dengan nada pelan, lalu Alam tertawa. "Emang lo bawa duit?" Tanyanya. Dan gue hanya menggeleng pelan sambil menunduk.

Malu gue, asli!

Beberapa menit kemudian, datang penjual sate membawa 2 es teh, 2 piring berisi lontong dan 1 piring sate bumbu kacang ke meja gue dan Alam.

"Ini buat siapa, Lam?" Tanya gue pelan, Alam hanya bergumam sembari memulai untuk menyantap makanannya. "Lam?" Panggil gue.

"Buat lo."

Gue terdiam, menutupi senyum yang merekah di wajah gue dengan kedua telapak tangan gue.

"Di makan, Shen. Keburu idup lagi tuh ayam." Kata Alam. Akhirnya, gue mengambil satu tusuk sate untuk santapan pertama gue. "Jangan lupa baca doa. Siapa tau gue ga ikhlas."

BreachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang