Seminggu setelah kejadian itu gue dan Zain masih belum bertemu, bahkan saat di kampus pun gue berusaha sebisa mungkin agar tidak bertemu dengan dia, entahlah rasanya gue masih kecewa sama dia, dan dia pun juga gak berusaha untuk menghubungi gue meskipun gue tau dia sering menanyakan kabar gue sama kak Tovan.
Saat hendak mengajar, ada beberapa siswi yg mendatangi gue dan menanyakan sesuatu yg menurut gue gk penting.
"Eh bu, mau nanya dong" kata siswi yg kalo gak salah namanya Anna.
"Apa?"
"Jadi saya itu pernah liat ibu sama pak Zain lagi ada di butik, dan itu khusus untuk orang yg mau nikah. Emang ibu sama pak Zain mau nikah?" tanya nya sedikit antusias.
"Saya rasa itu bukan urusan kamu" kata gue sambil pergi meninggalkan mereka.
"Ish songong banget sih, coba aja kalo bukan dosen udah gue jambak tuh orang" kata Anna kpd temannya, gue dengar tapi gue gk mau ambil pusing dan terus melangkah meninggalkan mereka.
"Pagi... " kata gue saat memasuki kelas.
"Pagi bu... "
"Eh bu katanya ibu sama pak Zain mau nikah ya?"
"Berarti calon istri pak Zain itu ibu dong"
"Kok bisa sih bu, gimana ceritanya"
"Gak usah sama pak Zain bu, sama saya aja. Saya mau kok jadi suami ibu"
"Enak aja, pasti bu Zee gak mau lah. Dia pasti lebih milih gue" dan masih banyak lagi ocehan mereka membuat gue malas untuk ngajar.
"Kalian mau menggosip atau mau belajar!?" kata gue tegas, seketika kelas menjadi tenang. Gue gak tau sejak kapan gosip itu mulai menyebar, tapi setelah gue pikir² itu bukan gosip karena itu lah kenyataan nya.
Selesai mengajar gue berencana untuk mengunjungi kak Tovan di kantor, udh lama juga gue gk pernah ke kantor dia. Sebelumnya gue mampir di sebuah toko roti, saat gue memilih-milih roti mana yg akan gue beli, ada orang yg sedang memperhatikan gue. Gue ke kasir untuk bayar, tapi ada orang yg lebih dulu memberikan beberapa lembar uang kpd kasir, gue kaget melihat siapa orang yg di samping gue.
"Biar pakai ini" katanya sambil menyodorkan uang itu kpd kasir, saat melihat dia gue langsung keluar dari toko roti itu dan buru² masuk ke mobil. Tapi dia juga langsung keluar dan menyusul gue dan nahan tangan gue.
"Maaf" katanya belum melepaskan tangannya dari gue. Badan gue mulai gemetar dan mulai melemas, tapi gue buru² menarik tangan gue dan langsung masuk ke mobil, setelah itu gue melajukan mobil meningalkan dia yg masih blm bergerak dari tempatnya. Gue liat di spion di masih ngeliatin kepergian gue. Gue segera menghapus air mata yg sdh membasahi pipi, gue gk mau kalo kak Tovan meliat gue dengan keadaan yg kayak gini, karena gue tau dia pasti akan khawatir.
Keluar dari mobil, gue mengambil napas dan menghembuskan nya pelan, setelah itu gue pun masuk ke kantor nya kak Tovan. Hampir setiap karyawan yg melihat, menyapa gue ramah dan hanya mendapat anggukan dari gue tanpa menunjukan lengkungan di bibir gue. Mereka sudah biasa melihat gue seperti itu, karena gue jarang senyum sama mereka.
"Bu Zee" kata sekretaris nya kak Tovan. Gue mengangkat alis sebelah tanpa menjawab panggilannya.
"Silahkan masuk bu, di dalam ada pak Tovan sama temannya" kata sekertaris itu tetap ramah. Dan gue cuma mengangguk lalu masuk ke ruangan kak Tovan.
"Zee... " panggil kak Tovan setelah melihat gue masuk. Gue gk langsung masuk karena di dalam ternyata ada Zain. Zain yg melihat gue langsung bangun dari duduknya dan bersiap hendak pergi dari sana. Tapi setelah itu gue masuk dan duduk di sebelahnya kak Tovan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionZee Anggreina Berlly seorang dosen muda yang cantik di jodohkan oleh orang tua nya dengan alasan tidak ingin lagi putri nya di sakiti oleh laki laki yang tidak bertanggung jawab. Dia akan di jodohkan dengan dosen muda yang akan mengajar di Universit...