20

2.7K 76 0
                                    

Dua minggu telah berlalu dan Tovan masih belum sadarkan diri. Sedangkan Zain dan Zee harus beraktivitas seperti biasa yaitu mengajar. Beberapa hari yg lalu Zain pergi ke toko rotinya dan di sana Zain bertemu dengan Leo. Awalnya Zain menghindar tapi Leo memaksa untuk berbicara dengan Zain. Leo menceritakan semuanya, tentang masa lalu nya bersama dengan Zee. Sebenarnya Zain sdh mengetahui tentang hal itu. Tapi ternyata ada satu hal yg belum Zain tau, dan Zee tidak menceritakan itu kpd nya. Zain tidak marah, hanya saja itu membuatnya sedikit sulit untuk bernapas. Dadanya terasa sesak. Entah apa yg membuatnya seperti ini. Apa karena Zee yg tidak menceritakan semuanya atau karena Zain telah mengetahui kebenaran nya?.

Flashback on

Setelah kejadian Leo yg ingin memperkosa Zee. Zee tidak pernah bertemu dengan Lufti. Padahal ini sdh jalan satu minggu, tapi kenapa lelaki itu tidak menghubunginya. Karena penasaran Zee pun mencoba untuk menemui Lutfi di rumahnya. Zee tidak ragu pergi ke rumah Lutfi karena Zee tau Leo tidak ada di rumah, entah ke mana perginya Leo Zee sdh tidak ingin tau.

Zee mengetok pintu, tapi tidak ada jawaban. Bahkan Zee sdh menekan bel tapi hasilnya masih tetap sama. Lalu Zee memberanikan diri untuk membuka pintu dan ternyata tidak di kunci. Zee memanggil Lutfi dan mulai mencari ke seluruh ruangan. Dapur, taman belakan, garasi. Dan terakhir kamar.

Saat Zee berjalan mendekati pintu kamar, Zee mendengar seperti suara desahan. Terdengar sangat menjijikkan. Perasaan Zee sdh mulai tidak enak. Apa jangan² Lutfi yg sedang berada di kamar dan melakukan hal yg tidak senonoh, ahh tidak. Batin Zee segera membuang jauh² pikiran negatifnya terhadap Lutfi. Dengan perasaan cemas, Zee perlahan membuka gagang pintu, setelah pintu terbuka betapa terkejutnya Zee melihat pemandangan yg ada di depan nya sekarang. Tubuhnya bergetar, kakinya lemas, lidahnya kaku, untuk bernapas pun Zee hampir tidak bisa.

"Lutfi" ucap Zee lirih, tapi Lutfi masih bisa mendengar suara itu dan Lutfi yakin itu adalah suara Zee. Dengan cepat Lutfi menengok kebelakang, di lihatnya Zee sdh berdiri di depan pintu dengan air mata yg mengalir deras. Lufti menghentikan permainan menjijikan itu lalu segera mengambil handuk, tapi Zee lebih dulu berlari meninggalkan kamar Lufti.

"Zee tunggu!" teriak Lutfi tapi tidak Zee hiraukan. Saat di ruang tamu, Lufti berhasil menahan Zee.

"Lepasin!" teriak Zee karena tangan nya di cengkram kuat oleh Lutfi agar Zee tidak bisa pergi.

"Dengerin aku dulu Zee. Ini gak seperti yg kamu bayangin" Zee meronta² agar bisa lepas dari Lufti. Tapi Lufti semakin erat menggenggam tangan Zee, membuat pergelangan tangan Zee memerah.

"Kamu tau saat aku di depan kamar kamu aku tetap berpikir positif tentang kamu, kalo kamu gk mungkin melakukan hal itu. Dan kamu bilang semua gk yg kayak aku bayangin? Iya kamu bener, semua gk yg kayak aku bayangin! Kamu ternyata" Zee menggantung kalimatnya.

"Kamu lebih parah dari yg aku kira Fi. Aku gk tau kalo kamu bisa melakukan hal itu. Aku mau sekarang kita PUTUS!!!" teriak Zee. Lufti yg mendengar kata putus segera memeluk Zee erat.

"Enggak Zee. Aku gk mau putus sama kamu. Aku sayang sama kamu. Ini gk seperti yg kamu lihat. Please jangan tinggalin aku"

"Lepasin" Zee berusaha lepas dari pelukan Lufti tapi nihil tenaga nya tidak ada bandingan nya dengan Lutfi, di tambah badannya terasa lemas ketika melihat hal yg seharusnya tidak Zee lihat.

"Aku ngelakuin itu semua karena aku punya alasan nya Zee" Zee tidak peduli dan terus berusaha lepas dari pelukan Lufti.

"DENGERIN AKU DULU!" mendengar Lutfi membentak nya Zee merasa takut. Lutfi tidak pernah seperti itu sebelumnya, dia selalu memperlakukan Zee dengan sangat baik. Tidak pernah membentak atau berbuat kasar. Zee perlahan mulai berhenti meronta tapi air matanya semakin mengalir deras.

"Aku ngelakuin itu karena aku gk mau ngerusak kamu. Aku pengen jagain mahkota kamu sampai kita nikah nanti. Aku gk bisa melakukan hal itu sama kamu Zee. Karena aku terlalu mencintai kamu" alasan apa itu, apa masuk akal, batin Zee.

"Bullshit! Alasan apa itu Fi?! Jangan mencari pembenaran. Kamu pikir dengan kamu melakukan itu dengan orang lain dan tetap menjaga aku, aku akan berterima kasih gitu sama kamu? Nggak! Seharusnya kalau kamu mau menjaga aku dan kamu mencintai aku, kamu gk akan melakukan hal itu apa pun alasannya. Kamu gk mikirin gimana sakitnya perasaan aku. Sekarang lepasin aku, aku udh gak mau denger omong kosong kamu lagi"

"Enggak Zee. Kamu gk bisa pergi dari aku. Kamu cuman milik aku. Aku cowok normal Zee, tapi aku gk bisa ngerusak kamu karena itu aku melakukan dengan yg lain. Kamu harus ngerti Zee"

"Lepasin!" teriak Zee. Belum sempat Lufti membuka suara sebuah tangan telah menarik Zee dan melepas Zee dari pelukannya. Tanpa aba² Lutfi dapat serangan tiba². Di lihatnya ternyata itu adalah Leo. Leo terus memukul Lutfi tanpa memberikan kesempatan untuk Lutfi membalas.

Saat pertengkaran itu berlangsung Zee tidak menyia²kan kesempatan itu. Dia pergi meninggalkan Leo dan Lutfi. Tapi saat hendak masuk ke mobil sebuah tangan kembali menahannya. Ternyata itu Leo.

"Lepasin gue!"

"Zee gue... "

"Siapa yg ngijinin lo bicara? Kalian itu bajingan tau gk bagai pinang di belah dua. Yg kakak ngasih alasan karena gk mau ngerusak gue, sedangkan yg adik biar bisa dapetin gue. Sama kan. Sama sama berengsek! Gue gk tau kesalahan apa yg udh pernah gue lakuin sampai gue harus ketemu sama orang bejat macam lo dan sodara lo itu! Gue udh gk mau kenal sama kalian. Tolong jangan ganggu gue lagi. Gue rasa udah cukup kalian nyakitin gue" Zee merasakan genggaman tangan Leo mulai mengendor, dengan itu Zee bisa melepaskan genggaman tersebut. Lalu pergi meninggalkan Leo. Sedangkan Leo masih mematung di tempatnya, memikirkan semua perkataan Zee. Apa dia memang sebejat dan seberengsek itu? Apa dia salah satu org yg di sebut sebagai bajingan?

Flashback off

Zain berbaring di sofa yg ada di ruangan nya, ruangan yg memang di khususkan untuknya. Zain perlahan memejamkan matanya, hari ini semuanya terasa berat. Dia merasa lelah, bukan tubuhnya tapi pikirannya. Beberapa hari terakhir dia memang banyak pikiran. Semenjak Tovan kecelakaan dan mengalami koma, semua terasa lebih rumit.

Sedangkan Zee tengah mengajar di kelas. Di kelas banyak yg membicarakannya. Lebih tepatnya membicarakan kakaknya, karena berita kecelakaan Tovan telah menyebar jadi banyak yg membicarakan hal itu.

"Kasian ya bu Zee, dia jadi lebih kurus semenjak kecelakaan kakaknya"

"Liat deh lingkaran hitam di bawah mata bu Zee. Gue gk pernah liat dia sekacau sekarang"

"Semoga aja pak Tovan segera pulih. Gak tega gue liat bu Zee kayak gitu. Rasanya dunia gue suram"

"Padahal kan bu Zee baru pulang dari bulan madu, tapi sayang kebahagiaan itu harus di gantikan dengan kejadian naas ini"

Dan masih banyak lagi. Karena sdh tidak tahan Zee menghempaskan buku nya ke atas meja. Membuat semua yg berada di kelas terkejut. Zee menatap tajam pada semua orang yg ada di ruangan itu. Dia berusaha sebisa mungkin agar tangis nya tidak pecah. Mendengar ocehan² itu membuat Zee kembali mengingat kondisi Tovan yg belum ada perubahan. Membuat rasa khawatir itu semakin besar. Dan membuat pikiran nya negatif, Zee mulai ragu bahwa Tovan bisa kembali seperti dulu. Itu adalah ketakutan terbesar dalam hidupnya. Entah bagaimana nantinya dia jika Tovan benar² pergi. Memikirkan nya pun Zee tidak sanggup.

"Silahkan kalian lanjutkan acara gosip kalian. Saya rasa kehadiran saya di sini tidak di hargai. Jadi saya permisi" Zee pergi meninggalkan kelas. Semua siswa/i melihat Zee yg mulai menghilang di balik pintu. Perasaan bersalah pun datang. Seharusnya mereka tidak membicarakan hal tersebut di saat ada Zee. Tapi semuanya telah terjadi dan mereka hanya bisa di penuhi rasa bersalah.

Zee menangis di ruangannya, mengeluarkan rasa sesak yg sedari tadi di tahannya. Zee mulai membuka password hp nya, lalu membuka galeri. Zee membuka satu persatu foto nya bersama dengan Tovan. Air mata mengalir deras. Zee melihat foto diri nya dan juga Tovan yg tengah duduk manis di taman belakang rumah mereka. Itu adalah foto candid yg di ambil oleh sang bunda. Zee kembali mengingat² kejadian itu. Betapa bahagia nya dia saat itu ketika bersama dengan Tovan. Kakaknya, super hero nya dan sandarannya. Tapi kini Tovan hanya terbaring lemah. Tidak ada senyuman, tidak ada kekhawatiran, tidak ada ocehan, tidak ada tawa, tidak ada air mata. Wajah kakaknya hanya datar, terlihat sangat damai. Mungkin Tovan terlalu menikmati istirahat panjangnya. Istirahat yg membuat orang² di sekitar Tovan khawatir akan dirinya.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang