Hari ini terasa sangat menyebalkan bagi Raya, karena Adis melupakan janji nya. Padahal hampir 2 jam Raya menunggu nya datang.
"Maaf, Ray gue ketiduran" kata kata itu terus berputar di atas kepala Raya.
"Arghh Adis! Bisa bisa nya sih lo lupain janji kita!" teriak Raya sendiri yang tidak bisa menahan emosi.
Dia tidak sadar berteriak di tengah kerumunan orang. Saat menyadari orang orang memperhatikan nya dengan tatapan aneh dan bingung, Raya tidak peduli. Dia malah menghentakkan kaki nya saking kesalnya dia.
Di sepanjang mall Raya masih saja menggerutu sendirian. Dan BUKK!!! Raya terjatuh kelantai karena tidak sengaja telah menabrak sesorang.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya orang itu ramah.
"Lo gak bisa liat gue jat-" mata Raya membelalak ingin keluar saat tahu siapa yang dia tabrak.
"Eh, Pak Leo!" Raya segera bangun dari duduknya.
"Ada yang sakit?" tanya Leo.
"Tidak Pak, saya baik baik saja" Raya sedikit memalingkan wajah nya lalu memukul mulut nya karena telah berkata kasar kepada Leo. Leo yang melihat pun langsung mehanan tangan Raya saat Raya ingin memukul lagi.
"Jangan di pukul nanti mulut kamu sakit. Pukul saya aja nih""Eee-"
"Kenapa kamu terlihat sangat kesal?"
"Gimana saya gak kesal coba, Pak.Adis ngelupain janji nya sama saya. Padahal saya udah nunggu dia hampir 2 jam di sini. Dan barusan dia nelpon katanya ketiduran dan masih ngantuk jadi dia tidur lagi"
"Dia janji mau menemin saya belanja barang barang buat apartemen saya"
"Kamu baru pindah?" tanya Leo.
"Iya Pak"
"Ya udah kalo gitu saya temenin aja gimana?"
"Emang nya Bapak gak keberatan? Bapak gak sibuk?"
"Engga kok. Ayo" ajak Leo kepada Raya.
Setelah seharian berbelanja, Leo dan Raya memutuskan makan siang bersama. Padahal Leo menolak nya berulang kali. Tapi Raya tetap kekeh untuk mentraktir Leo dan Leo pun mengalah. Percuma saja berbedat dengan Raya, dia sangat keras kepala.
"Bapak dengan Bu Zee sudah kenal dari lama?" tanya Raya memulai pembicaraan.
Leo sempat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Raya.
"Panggil Leo saja. Kita sedang tidak di kampus sekarang"
"Eh, tapi... "
"Apakah aku terlihat sangat tua?"
"Bukan gitu Pak, Bapak masih sangat muda dan... " Raya menghentikan bicara nya.
"Dan apa?" tanya Leo penasaran.
"Ganteng" jawab Raya sambil tersipu malu.
"Hahhha" tawa Leo.
"Kenapa? Apakah ada yang lucu?"
"Tidak. Hanya saja aku sering mendengar kata kata itu" jawab Leo bercanda. Raya memanyunkan mulutnya karena kesal.
"Bapak belum jawab pertanyaan saya"
"Pertanyaan yang mana?"
"Udah lama kenal sama bu Zee?"
"Lumayan" jawab Leo singkat. Raya pun berhenti bertanya. Meskipun sebenarnya dia ingin lebih banyak tau lagi.
Raya berjalan di apartemen baru nya dengan Leo yang mengekori nya sambil membawa belanjaan yg mereka beli.
"Silahkan masuk, pak" Leo pun masuk dan melihat lihat apartemen Raya. Masih sangat baru, tidak ada apa apa selain sofa dan meja makan di sana.
"Barang barang kamu kapan sampai?" tanya Leo kepada Raya.
"Mungkin nanti malam"
"Kamu akan menunggu di sini? Sampai malam?"
"Iya, pak. Lagian saya juga udh capek mau balik lagi"
"Ya sdh kalau begitu saya pamit".
"Langsung pulang?" tanya Raya spontan.
"Kenapa? Kamu ingin berlama-lama berdua dengan ku?" Rona merah di pipi Raya tidak bisa di sembunyikan. Raya tidak bermaksud begitu dan Leo tau itu. Dia hanya menggoda nya saja.
"Hahaha. Saya bercanda" Leo berjalan lebih dulu meninggalkan Raya yang masih berusaha mengontrol malu nya.
"Jangan lupa kunci pintu nya" kata Leo sebelum meninggalkan apartemen milik Raya. Raya hanya mengangguk pelan.Keesokan hari nya...
Zee kerepotan membawa berkas-berkas yang ada di tangan nya. Satu persatu berkas itu jatuh saat tertiup angin. Zee menjadi geram tapi masih berusaha menahan nya.
"Arghh harus ku apakan berkas-berkas sebanyak ini" ungkapnya kesal sambil memungut berkas itu. Selang beberapa detik ada yang ikut membantunya.
Raya tersenyum saat Zee menatap bingung kearahnya. "Biar saya bantu, bu" tawarnya. "Ah tidak perlu saya bisa sendiri" bohong! Zee berharap sekali Raya mau membantunya. Sekali lagi Raya hanya tersenyum.
"Ayo! Ke mana harus saya letakkan berkas-berkas ini?" Raya berjalan lebih dulu. "Karena kamu memaksa bawakan berkas itu ke ruangan saya".
Mereka berjalan berdampingan tapi tidak ada yang mau memulai obrolan atau sekedar basa basi, karena mereka tidak dekat. Hanya di pertemukan di saat moment tertentu saja. Seperti sekarang misalnya.
Setelah sampai di ruangan Zee. Raya meletakkan berkas yang di bawa nya di salah satu meja yg ada di sana. "Terima kasih sudah mau membantu dan maaf jika itu merepotkan mu". Raya tersenyum " Tidak sama sekali, bu. Saya senang bisa membantu. Jika ibu perlu bantuan saya, ibu bisa memanggil saya". Raya tidak bermaksud apa-apa dia tulus membantu dosen nya itu.
Tinggal lah Zee sendiri di ruangan nya. Pikiran nya kembali melayang mengikuti arah angin. Ahh jangan di pikirkan karena itu hanya peribahasa ku saja. Tovan, Zain, Leo, Lutfhi. Satu persatu nama itu muncul di otak nya. Sungguh ini mengganggu pikiran nya.
Suara dering telepon mengagetkannya. Di lihat handphone yang ada di samping nya. Zain is calling. Sebuah lengkungan kecil terbit di bibirnya. Membuat setiap orang yang melihat nya merasa damai. Ya! Senyuman itu terlalu indah untuk di sembunyikan. Dengan cepat Zee mengangkat telepon tersebut.
"Hallo istri" panggil Zain dari seberang sana. Hati Zee menghangat. Sudah lama sekali dia tidak merasakan perasaan ini.
"Hmm" gumam Zee. Dia tidak ingin orang di seberang sana tau bahwa sekarang ia tengah rindu.
"I miss you so much" Zee tidak menjawab. Handphone nya kembali bergetar. Ternyata Zain merubah mode telepon menjadi video call. Dengan senang hati Zee mengangkatnya.
"Kamu tidak merindukan ku?" tanya Zain dengan wajah cemberut nya. Ah Zee sangat rindu!
"Tidak" kata Zee dengan muka datarnya. "Biarkan saja, yang penting aku merindukan mu" meskipun terlihat acuh tapi Zain sangat berharap istrinya itu merindukan nya.
"Kalau aku rindu memang nya kamu bisa apa?" tanya Zee. Zain kembali bersemangat. "Aku akan senang hati pulang untuk bertemu istriku" jawab Zain dengan memamerkan gigi nya yg rapi. "Tapi hanya sebentar, karena pekerjaan ku di sini belum selesai Zee"
"Kalau begitu aku tidak ingin merindukan mu" walaupun sebenarnya Zee sangat merindukan sosok yang tengah di lihatnya di layar handphone. "Sebaiknya begitu. Benar kata Dilan. Rindu itu berat, biar aku saja" lalu mereka berdua tertawa bersama. Di hati masing-masing mereka sama-sama bersyukur meskipun keadaan nya tidak bisa di katakan baik. Tapi apapun keadaan nya jika kalian mensyukuri nya bukan kah itu sudah cukup?
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionZee Anggreina Berlly seorang dosen muda yang cantik di jodohkan oleh orang tua nya dengan alasan tidak ingin lagi putri nya di sakiti oleh laki laki yang tidak bertanggung jawab. Dia akan di jodohkan dengan dosen muda yang akan mengajar di Universit...