37

4.4K 77 34
                                    

"Hallo istri" Sapa Zain senang karena Zee menghubunginya lebih dulu.

"Hai Zain" balas Zee dengan senyum manis nya.

"Cieee yang vidcall duluan, kangen ya... " goda Zain.

"Apaan sih. Pede banget"

"Zee kamu gendutan ya?" hening seketika. "Aduh Zee marah gak ya? Kenapa pake di tanya segala sih. Kan udah keliatan" gumam Zain dalam hati.

"Iya deh kayaknya" jawab Zee santai. "Akhir akhir ini nafsu makan aku nambah tau gak" kata Zee heran dengan perubahan diri nya.

"Zee jangan jangan kamu hamil. Kan kemarin kita banyak usaha buat bikin anak"

"Sembarangan"

"Loh kamu gak mau punya anak?"

"Bukan gitu, ih"

"Coba kamu cek gih. Pake apa tuh nama nya. Aku lupa lagi"

"Test pack"

"Nah iya itu"

"Aku gak punya. Lagian kayak nya emang belum deh"

"Gak ada salah nya di coba. Suruh bibi atau mang ujang buat beli sana"

Karena malas berdebat dengan Zain, akhirnya Zee pun memutuskan untuk membeli test pack. Tak tanggung tanggung. Dia membeli dari harga yang paling murah sampai yang mahal. Zee masuk ke kamar mandi dengan video call yang masih tersambung dengan suami nya.

"Gimana Zee?" tanya Zain dengan tidak sabar. Ekspresi Zee datar. Sedatar tembok cina. Zain tidak bisa menebak hasil test pack itu. Zee memperlihatkan semua test pack yang di gunakan nya tadi. Tapi semua nya hanya menunjukkan 1 garis merah. Ada perubahan ekspresi yang signifikan dari raut wajah Zain. Tidak lama. Dia cepat cepat tersenyum lagi. Tapi secepat apa pun Zain menutupi kekecewaan nya Zee bisa menangkap dengan sangat jelas.

"Maaf" kata Zee. Zain menggelengkan kepala nya. "Jangan minta maaf, Zee. Aku yang salah. Kamu gak salah apa apa". Harus nya dia tidak memaksa Zee tadi. "Mungkin kita harus sering sering usaha" kata Zain dengan senyuman mesum. Zain sengaja agar kesedihan mereka tidak berlarut-larut. Zee mengerti maksud Zain. "Kamu ada ada aja". Zee pun tidak ingin membahas lebih lanjut. Tidak tega dengan Zain yang sangat bersemangat sekali waktu membahas kehamilan Zee.

Raya dan Adis baru saja menyelesaikan kuliah mereka. Mereka tidak langsung pulang. Dan memilih makan di kantin. Memanjakan perut mereka yang sudah demo sedari tadi. Kedua nya memesan bakso untuk makan siang kali ini.

"Ray" panggil Adis. Raya hanya menoleh ke arah Adis tanpa berniat menjawab. "Kayak nya gue suka deh sama Pak Leo" masih sama, tidak ada jawaban dari Raya. Raya tau dari awal Adis tertarik dengan dosen tampan itu. Jadi dia sudah tidak terkejut lagi.

"Pak Leo baik, sopan, lemah lembut, ramah. Fisik? Ugh jangan di tanya lagi. Wajah ganteng, tubuh pelukable banget. Kurang apa coba?" Raya tidak merespon sama sekali. Dia tetap fokus pada bakso di depan nya. "Dih! Respon apa kek gitu! Masa gue dari tadi cuma di kacangin" Adis menunjukkan wajah cemberut nya.

"Gue udah tau lo suka sama pak Leo. Gue juga udah tau kebaikan dan kegantengan nya dia. Terus lo mau gue respon apaan. Gue harus bilang wow gitu?"

"Iiih gak gitu. Menurut lo gue harus kayak gimana? Kira kira pak Leo suka gak sama gue?"

"Lah mana gue tau" plak. Sebuah pukulan mendarat di kepala Raya.

"Sakit bego!" sambil mengelus elus kepalanya.

"Gue dari tadi lagi serius ih. Kesel gue lama lama" jawab Adis tanpa dosa.

"Iya iya maaf. Canda elah. Gue lagi laper nih. Selesain gue makan dulu kek" Akhir nya mau tidak mau Adis harus menunggu Raya menghabiskan bakso nya dulu.

"Gue gak tau pak Leo suka ato enggak sama lo. Tapi kalo lo suka ya udah usaha aja buat deketin dia. Siapa tau dia juga suka sama lo" Adis mendengarkan Raya dengan seksama.

"Tapi gak tau kenapa, gue ngerasa kalo pak Leo itu suka sama bu Zee" Adis terkejut mendengar penuturan itu.

"Kok lo ngomong gitu. Kan bu Zee udah nikah sama pak Zain. Terus kan pak Zain sama pak Leo temenan"

"Emang kenapa? Salah ya kalo suka sama orang yang udah berumah tangga. Lagian perasaan itu kan gak bisa di pilih kita mau suka sama siapa. Orang itu masih sendiri atau udah nikah. Itu masalah perasaan gak bisa di kendalikan".

"Kayak lo yang suka pak Zain padahal dia udah punya istri?"

"Iya! Gue bisa apa? Perasaan itu tumbuh dengan sendiri nya. Sama kaya lo yang suka sama pak Leo. Beda nya lo jatuh pada orang yang masih sendiri sedangkan gue jatuh pada orang yang udah beristri. Tapi itu emang bukan sesuatu yang bisa kita pilih kan?". Kedua nya hening setelah penjelasan panjang lebar. Mereka sibuk dengan pikiran dan perasaan masing masing.

Jujur saja Raya sedikit kesal dengan Adis. Adis seperti memojokkan nya. Emang nya salah ya kalo dia suka sama pak Zain? Salah kalo suka sama orang yang udah beristri? Kalo bisa milih Raya juga gak mau. Dia lebih memilih suka sama orang yang sama sama sendiri. Tapi sekali lagi, Raya bisa apa?.

Kedua nya memutuskan berpisah setelah acara makan bakso itu. Mereka harus meredakan emosi masing masing agar tidak terjadi perselisihan di pertemanan mereka.

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang