"Ekhmm" dehaman itu sukses menyadarkan Zain dari lamunannya. Zain tersenyum melihat Zee yg kini tengah mengenakan pakaian yg sdh dia siapkan.
"Udah siap?" tanya Zain dan Zee hanya mengangguk. Tanpa di duga Zain merangkul pinggang Zee possessive, Zee tersentak kaget karena merasakan sebuah lengan melingkar di pinggangnya tapi setelah itu Zee buru-buru menetralkan mukanya.
Jujur saja sebenarnya Zee risih dengan keadaan sedekat ini dengan Zain, tapi dia tidak melepaskan lengan Zain dan tetap membiarkan lengan itu terus merangkul pinggang rampingnya.
Dan di sinilah sekarang mereka, menyisiri pinggir pantai tanpa ada pembicaraan dari ke duanya. Mereka terus berjalan dan larut dalam pikiran masing-masing. Sebenarnya banyak yg ingin mereka sampaikan khususnya Zain, tapi seperti kehilangan kata-kata untuk bicara jadi mereka memilih untuk diam saja.
"Kamu mau apa? Berselancar, naik banana boat, skyboard, naik kapal atau menyelam?" tanya Zain memecahkan keheningan diantara mereka. Zee hanya menggeleng pelan, semua itu hanya akan mengingatkannya akan masa lalu nya saat bersama dengan Lutfi.
"Mau main istana pasir gak?" Zain lihat Zee sdh mulai risih karena di sana terlalu ramai pengunjung. Zee mengerutkan kening mendengar penawaran dari Zain, tapi tidak ada salahnya mencoba hal baru karena Zee tidak pernah bermain istana pasir, menurutnya itu hanya untuk permainan anak-anak. Tapi kali ini Zee akan mencobanya.
Zee dan Zain sudah berjongkok sambil membelakangi dan mulai sibuk membuat istana pasir mereka masing-masing.
"Punya ku sdh selesai, apa kamu udh selesai Zee?" tanya Zain belum berbalik dan masih menunggu jawaban dari Zee.
"Hmm sdh" jawab Zee, karena Zee memang sdh menyelesaikan istana pasirnya dari tadi. Setelah mendapat jawaban, Zain pun mulai berbalik dan saat Zain melihat istana pasir milik Zee, Zain tidak bisa menyembunyikan tawanya, tawanya seakan meledak tapi Zee yg melihat itu hanya acuh dan mengerutkan keningnya, apa yg salah dengan istana miliknya?
"Maafkan aku Zee aku tidak bisa menahan tawaku" kata Zain masih belum bisa berhenti tertawa.
"Kamu yakin itu istana pasir Zee?" tanya Zain dan Zee hanya mengangkat alisnya.
"Itu terlihat seperti rumah teletubbies Zee, hanya sebuah gundukan! Bedanya dengan rmh teletubbies adalah itu gunung sedangkan ini pasir"
"Kayak punya kamu bagus aja" jawab Zee sinis, dia kesal karena Zain meremehkan istana pasirnya. Tapi Zain yg mendengar nada bicara Zee mulai sedikit berubah Zain berhenti tertawa dan kemudian dia mulai menggeser badan nya ke samping. Lalu terlihatlah istana pasir yg memang benar² istana dari pasir, bukan gundukan seperti rumah teletubbies. Zee sedikit tidak percaya karena Zain bisa membuat pasir itu menjadi istana yg sangat bagus menurutnya. Oke Zee mengakui bahwa istana Zain jauh tampak lebih baik dari pada istana yg Zee buat.
"Itu apa?" tunjuk Zee ke sebuah gundukan kecil² yg terbuat dari pasir.
"Oh itu penyu, aku sengaja membuatnya" jawab Zain.
"Dan itu... " Zee tidak meneruskan bicaranya, tapi Zain mengerti apa yg di maksud oleh Zee.
"I Love You, kalo kamu tanya tulisannya" Zain memang sengaja menuliskan kata i love you di samping istana pasir itu. Kemudian Zain membersihkan tangan nya dari pasir yg masih menempel lalu dia meraih kedua tangan Zee dan mulai membersihkan tangan itu.
"I Love You Zee" ucap Zain lalu menghembuskan napasnya pelan, Zain masih menggenggam tangan Zee. Dia mengambil napas sebelum melanjutkan kata²nya.
"Aku sayang dan cinta sama kamu Zee, walaupun aku tau kamu gk mempunyai perasaan apa² sama aku. Kamu tau, aku udh suka sama kamu pertama kali kita ketemu, saat kamu gk sengaja nabrak aku di kampus, dan apa kamu tau kalo aku bahagia banget saat tau kamu itu adalah calon istri aku. Meskipun sekarang kamu masih belum bisa menerima aku sebagai suami kamu dan masih belum bisa membuka hati kamu buat aku, tolong izinkan aku untuk berjuang dan berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaan ku. Aku akan selalu bersabar untuk hari itu Zee dan aku akan selalu berusaha untuk bisa membahagiakan kamu, karena sekarang kamu adalah prioritas dalan hidupku" Zee tidak membalas kata² Zain dan hanya diam saja. Zain memaklumi itu, dan dia tidak memaksa Zee untuk membalas kata²nya. Zain hanya ingin mengungkapkan perasaannya kpd Zee dan karena dia sdh mengatakannya Zain pun merasa lebih lega. Seakan² beban yg selama ini dia rasakan telah menghilang dari hati dan pikirannya, meskipun tidak semuanya, tapi itu cukup meringankan bebannya.
"Kamu gk perlu jawab, dan kamu gk perlu merasa terbebani atau merasa gk enak, karena aku cuman pengen kamu tau sama perasaanku yg sebenarnya" lalu Zain mencium punggung tangan Zee kemudian mengecup kening Zee. Dalam hati dia merasa beruntung karena bisa memiliki Zee.
"Habis ini kamu mau ke mana?" tanya Zain. Krukk krukk (anggap aja suara perut keroncongan). Zain tersenyum mendengar suara itu bukan berasal dari perutnya tapi dari perut Zee.
"Kamu laper?" tanya Zain dan Zee mengangguk pelan.
"Yaudh kalo gitu kita cari makan dulu. Ayo!" ajak Zain mengulurkan tangannya kpd Zee. Awalnya Zee ragu, tapu setelah itu Zee menerima uluran tangan itu. Sepanjang jalan mereka bergandengan tangan sampai ke parkiran.
Zain melajukan mobilnya dan berhenti di sebuah restoran, Zain memang sengaja tidak kembali ke hotel karena masih ingin jalan² bersama Zee. Zain turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Zee. Zain berharap perlakuan kecil seperti ini nanti bisa meluluhkan hati Zee.
Sekarang sdh terhidang makanan yg sebelumnya mereka pesan. Zee yg sdh sangat lapar langsung menyantap makanannya, sampai dia tersedak karena makan yg terlalu cepat. Zain menepuk² pundak Zee, lalu memberikan air putih kpd Zee.
"Hati² Zee makannya. Laper banget ya sampai segitunya? Aku gk bakal minta punya kamu kok jadi makannya pelan² aja ya" kata Zain kembali duduk ke tempat nya. Tanpa merasa malu Zee tetap melanjutkan makannya, tapi sekarang sdh lebih santai dari pada sebelumnya.
"Nih" kata Zain menyodorkan sendok yg sdh berisi makanan yg telah di pesannya untuk menyuapi Zee. Zee menatap Zain sebentar, lalu Zain mengangguk mengatakan bahwa Zee bisa memakan makanan yg Zain punya. Setelah mendapat persetujuan dari Zain, Zee pun memakan makanan itu.
"Enak" kata Zee sedikit mengangkat sudut di kedua bibirnya, Zain pun ikut tersenyum tapi tidak seperti Zee yg sangat irit tersenyum, Zain malah menunjukkan senyum lebarnya. Ternyata kamu manis juga Zain, batin Zee. Padahal kamu cuma sedikit tersenyum tapi senyum mu manis sekali dan meluluhkan hati setiap org yg melihatnya, andai aku bisa melihat senyum kamu setiap saat pasti aku akan menjadi pria yg paling beruntung, batin Zain.
"Kalo kamu suka, kamu boleh makan punya ku semuanya" Zain mengambil piring punya Zee lalu Zain meletakkan piringnya di depan Zee.
"Kamu gk lapar?" tanya Zee.
"Aku udh kenyang kok, biar aku makan sisa punya kamu" kata Zain.
"Mending kamu pesan yg baru" tawar Zee, karena makanan punya nya sdh hampir habis dan makanan itu adalah bekas Zee, Zee merasa tidak enak jika Zian memakan makanan bekas punya Zee. Sedangkan Zain, dia hanya sekali menyendokkan makanannya dan berikutnya Zain malah menyuapi Zee.
"Gkpp, aku makan yg punya kamu aja""Emang kamu gk jijik?" tanya Zee
"Ngapain jijik punya istri sendiri juga" kata Zain lalu menyedokkan makanan ke mulutnya, melihat itu Zee pasrah saja dan memilih untuk melanjutkan makannya.
.
.
.
.
Jgn pelit² ngasih ⭐ oke.
Aku update nya emang gk nentu, kalo lagi punya waktu dan otak aku lagi lancar ya aku bisa ngelanjutin ceritanya. Tapi setiap minggu aku bisa update sekitar 3 - 4 part kok. Sekian!
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
Teen FictionZee Anggreina Berlly seorang dosen muda yang cantik di jodohkan oleh orang tua nya dengan alasan tidak ingin lagi putri nya di sakiti oleh laki laki yang tidak bertanggung jawab. Dia akan di jodohkan dengan dosen muda yang akan mengajar di Universit...