Bgm :
Aboji - BtoB
Dear my Family - SMTown.
.
.
.
Bintang berkerlap-kerlip dengan riang menemani malam yang cerah ketika Jaehyun berjalan pelan menuntung sang mertua menuju halaman belakang setelah beberapa saat menghabiskan waktu mengelilingi rumah sembari bercengkrama. Tubuh rentanya dibantu duduk perlahan diatas bangku kayu yang menghadap pada kolam renang yang memantulkan cahaya bulan, lelaki tua itu tersenyum dan bergumam terima kasih atas bantuan sang menantu.
"Langitnya sangat indah ya Yoonoh." gumamnya pada Jaehyun yang sedang melilitkan syal pada lehernya. "Iya Ayah, sepertinya musim semi datang lebih cepat." ujar Jaehyun sembari mendudukkan diri disisi sang mertua yang kemudian menoleh untuk menatapnya dengan senyuman. "Taeyong suka musim semi. Wajahnya akan kemerahan jika musim itu tiba." ucapnya. "Dan keriangannya akan bertambah berkali-kali lipat." imbuh Jaehyun membuat keduannya kemudian tertawa bersama.
Jaehyun melirik dengan ekor matanya, bagaimana tawa yang digerus senja itu sangat amat jarang dilihatnya. Tawa seorang ayah yang sedang menceritakan tentang anaknya, dulu Jaehyun sangat ingin mendengarnya dan lewat ayah Taeyong impiannya bisa kesampaian, banyak hal yang kini Jaehyun syukuri bagaimana ia adalah seorang yatim yang tak pernah mencoba membanyangkan kembali mendapatkan hal-hal kecil namun bermakna antara ayah dan anak dalam hidupnya termasuk obrolannya kali ini bersama sang mertua yang masih betah menatap langit malam.
"Apa dia sudah tertidur?" Jaehyun mengangguk. "Sepertinya ia kelelahan seharian ini." tambahnya sembari merapatkan sweater sang mertua untuk menghalau angin yang menerjang tubuh rentanya. "Ayah lega ia mengandung seorang putra lagi." Jaehyun mengalihkan fokusnya dari kancing yang sedang dikaitkannya untuk menatap wajah sang ayah yang berbicara sembari menatap kosong pada langit, setelahnya Jaehyun tersenyum. "Akupun begitu Ayah, Mark akan punya saudara." ucapnya.
"Taeyong dikelilingi laki-laki hebat disisinya, aku amat bersyukur." Aboji berujar lirih. "Ada kau, Sehun dan dua jagoan kalian. Aku tak perlu khawatir lagi bukan?" imbuhnya, sedangkan Jaehyun mengangkat alisnya heran merasa ada yang tersirat dari ucapan sang mertua. "Tentu." jawabnya cepat untuk menepis segala pemikiran aneh yang tiba-tiba memenuhi kepalanya, sang Ayah tersenyum lagi.
"Sudah dekat bagiku untuk menjaganya dari jauh." Lelaki tua itu kembali bergumam membuat Jaehyun harus memiringkan tubuhnya untuk bisa menangkap maksud dari ucapannya. "Maksud Ayah?" tanyanya, yang ditanya kemudian menoleh. "Ayah tau kau sudah tau kondisi Ayah bukan?" jawabnya pada Jaehyun yang langsung menundukkan kepalanya, tangan keriputnya terulur untuk mengusap belakang kepala Jaehyun. "Kau memperhatikan Ayah lebih dari yang Ayah tau." Sang menantu berdehem kemudian membuang pandang untuk menyembunyikan matanya yang mulai berair. "Dia seolah hidup dalam dirimu." gumamnya lagi, membuat Jaehyun seketika menoleh dengan mata merahnya. "Dia?"
"Sudahkah Ayah bercerita tentang jiwa Taeyong yang lain?" Jaehyun mengerutkan alis dan menggeleng. "Siapa dia yang dimaksud Ayah?" tanyanya. Sang mertua lagi-lagi tersenyum lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku yang dingin, untuk sejenak suasana diantara kedua lelaki itu hening, hanya kucuran air mancur yang bersuara, Jaehyun dengan sabar menunggu sang mertua menjawab rasa penasarannya.
"Dua puluh delapan tahun lalu ada seorang lelaki yang berbahagia, Tuhan memberinya dua malaikat kecil yang akan menambah suka cita ditengah keluarga kecilnya. Ia amat senang untuk menyambutnya, bekerja siang malam tanpa lelah demi memenuhi segala kebutuhan calon Ibu yang mengandung dua malaikatnya."
"Namun, sesuatu yang berlebihan memanglah tidak baik. Karena terlalu semangat dan bahagianya ia sama sekali tak tau jika Istrinya ternyata tengah menderita sakit. Sampai diusia tujuh bulan kandungan barulah Istrinya memberi tahu bahwa sumsum tulang belakangnya tak lagi berfungsi layaknya orang kebanyakan."